Hanum Salsabiela terpaksa menerima sebuah perjodohan yang di lakukan oleh ayahnya dengan anak dari seorang kyai pemilik pondok pesantren tersohor di kota itu. Tidak ada dalam kamus Hanum menikahi seorang Gus. Namun, siapa sangka, Hanum jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat sosok Gus yang menjadi suaminya itu. Gus Fauzan, pria yang selalu muncul di dalam mimpinya, dan kini telah resmi menikahinya. Namun siapa sangka, jika Gus Fauzan malah telah mencintai sosok gadis lain, hingga Gus Fauzan sama sekali belum bisa menerima pernikahan mereka. “Saya yakin, suatu saat Gus pasti mencintai saya“ Gus Fauzan menarik satu sudut bibirnya ke atas. “Saya tidak berharap lebih, karena nyatanya yang ada di dalam hati saya sampai sekarang ini, hanya Arfira..” Deg Hati siapa yang tidak sakit, bahkan di setiap malamnya suaminya terus mengigau menyebut nama gadis lain. Namun, Hanun bertekad dirinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 8
Gus Fauzan baru saja selesai mandi dan mengenakan pakaiannya, dan kini dirinya sudah mengenakan kemeja serta celana panjang bahannya.
Hanum yang melihat suaminya keluar dari dalam kamar mandi di buat tertegun, sungguh dirinya tak menyangka akan jatuh hati pada pesona seorang Gus Fauzan sedari pandangan pertama.
Salahkan Hanum jika dirinya ingin mempertahankan pernikahannya? Dirinya juga ingin bahagia, dan dirinya tidak ingin kalah dengan gadis manapun itu.
Sekuat mungkin selama setahun ini, Hanum akan mencoba meluluhkan hati suaminya, tak peduli dengan amarah Gus Fauzan, bahkan sikap pria itu yang datar padanya.
"Mau kemana?" Tanya Hanum saat melihat suaminya sedang menyisir rambut,
Gus Fauzan menghentikan gerakan tangannya, lalu menghela nafasnya kasar. "Saya sudah bilang, jangan urusi urusan saya. Mau kemana saya bukan urusan kamu." Kata Gus Fauzan dengan nada dingin.
Hanum tersenyum miris, perkataan suaminya sungguh membuat hatinya sakit. Tapi, bukankah dirinya harus tetap tegar?
"Sepertinya Gus Fauzan lupa. Apakah Gus tidak ingat? Saya istri sah Gus. Bagaimana pun, saya harus tau kemana Gus pergi. Gelar yang saya punya sungguh terhormat, bahkan semua orang memuji saya."
Gus Fauzan tersenyum sinis. "Jadi kamu haus pujian? Baru tau saya sifat asli kamu itu. Tidak menyangka kamu seperti ini. Ccckk, rugi sekali orang di luaran sana yang sudah memuji kamu. Bahkan mereka menganggap kamu sebagai wanita berhati lembut. Tak di sangka kamu ular."
Hanum terkekeh kecil. Dirinya berjalan menuju ke sofa dan duduk di sana. "Saya sama sekali tidak haus pujian Gus. Saya bahkan tidak peduli dengan semua orang yang memuji saya ini dan itu. Bagi saya itu tidaklah penting."
Gus Fauzan mendengus. "Halah, mau mengelak lagi. Sudah jelas-jelas kamu tadi bilang seperti itu."
"Sepertinya Gus salah paham. Jadi begini... Saya seorang istri Gus yang terhormat di pondok pesantren ini. Bukankah itu suatu hal yang sangat mulia? Bahkan mereka semuanya memuji saya. Itu bukan berarti saya haus pujian, oh tidak... Maksud saya, bagaimana seorang Gus yang sangat terhormat itu akan pergi keluar bersama dengan selingkuhannya, dan tiba-tiba ada seseorang yang mencari Gus. Saya harus jawab apa? Tidak mungkin kan kalau saya berkata yang sebenarnya?" Sarkas Hanum, membuat Gus Fauzan langsung membanting sisir yang di pegangnya.
Sialan, emosinya terpantik karena perkataan Hanum. Walaupun Gus Fauzan seorang Gus, tapi dirinya juga manusia biasa yang punya emosi. Apalagi harus menghadapi Hanum yang sepertinya bukan gadis biasa.
"Atau saya katakan saja pada mereka, kalau Gus sedang bermesraan di luaran sana? Oh apa tanggapan mereka ya? Mereka akan menghormati anda lagi, atau mereka akan–"
"DIAM KAMU!!" Pekik Gus Fauzan, matanya menatap Hanum dengan tatapan berkilat marah. Lalu memejamkan kedua bola matanya, dan mengucapkan istighfar berulangkali.
Hanum tersenyum. "Saya tidak menyangka, jika seorang Gus bisa meninggikan nada bicaranya seperti itu, di depan istrinya." Kata Hanum.
Gus Fauzan menghela nafasnya kasar. "Kamu yang sudah memancing emosi saya," Gus Fauzan bahkan masih menyalahkan Hanum.
"Saya? Salah saya dimana?"
"Kamu masih tanya lagi?! Kamu jelas tentu bersalah karena telah mengungkit hal seperti itu. Siapa yang selingkuh, saya tidak selingkuh sama sekali." Ucap Gus Fauzan dengan tegas.
Hanum tersenyum. "Lantas apa namanya jika seorang pria yang telah memiliki istri bertemu dengan wanita lain? Apa namanya mas? Kamu bahkan tau hukumnya apa! Kamu melupakannya? Karena kamu terlalu mencintai wanita itu bukan?" Hanum lalu terkekeh miris.
"Saya tidak menyangka, seorang Gus yang memiliki pendidikan tinggi bisa melupakan hal semacam itu. Bahkan kamu tau, bagaimana hukumnya, jika kamu bertemu dengan yang bukan mahram-mu hanya berdua saja. Terlebih istrimu sama sekali tidak tau." Sentak Hanum, membuat Gus Fauzan terdiam, dengan wajah pias.
"Sekarang katakan, salah saya dimana? Saya akan memperbaikinya, saya akan menjadi istri yang baik untuk kamu" kata Hanum.
Gus Fauzan tersenyum sinis. "Jangan terlalu banyak bermimpi Hanum. Karena sampai kapanpun saya tidak akan memiliki perasaan apapun padamu, sekalipun kamu menjadi istri yang paling sempurna di mata saya!"
Hanum tersenyum miris, tak menyangka jawaban Gus Fauzan kembali menyayat hatinya, bahkan kini lebih dalam lagi. Hanum sudah menarik simpulan, jika Gus Fauzan sangat mencintai wanita itu. Dan bahkan Gus Fauzan sampai melupakan hal-hal yang di larang oleh agama.
Gus Fauzan tak peduli jika Hanum sakit hati, dirinya harus lebih tegas pada gadis itu, karena tak mau membuat Hanum nantinya akan berharap lebih padanya. Dan dirinya juga cukup terkejut saat mendengar Hanum mengatakan jika dirinya akan bertemu dengan Arfira. Dirinya tidak tau Hanum tau darimana. Tapi dirinya tak peduli.
"Dan kamu juga harus tau, saya bertemu juga bukan di tempat sepi. Kami bertemu di tempat ramai,"
"Saya tau. Tapi bukankah setan itu ada Gus? Bahkan jika sekalipun di tempat ramai, anda juga bisa terkena bujukannya."
Gus Fauzan menggeram, wajahnya pias kembali mendengar perkataan Hanum. "Kamu–"
Tok tok tok
"Assalamualaikum bang, mbak!!" Suara seruan seseorang membuat Gus Fauzan dan Hanum menoleh ke arah pintu yang tertutup bersamaan.
Gus Fauzan langsung melangkahkan kakinya menuju ke pintu. Tangannya memutar handle pintu itu, hingga terbuka. "Waalaikum salam, ada apa Ramiah?" Tanya Gus Fauzan dengan wajah datarnya.
Ramiah meringis, merasa salah waktu datang ke kamar sang Abang. "Maaf ganggu bang. Tapi Ramiah harus datang dan menyampaikan pesan dari Abi." Kata Ramiah. Ramiah berpikir dirinya telah mengganggu waktu bermesraan kakaknya itu.
Gus Fauzan mengangguk singkat. "Katakan saja."
Ramiah berdekhem. "Abi suruh Abang dan mbak Hanum untuk bersiap-siap, hari ini Abi dan ummi ingin mengajak Abang dan mbak Hanum untuk pergi ke acara tasyakuran anaknya paman Rama." Kata Ramiah.
"Bilang sama Abi, kalau Abang tidak bisa–"
"Ada Ramiah? Ada keperluan apa Ramiah? Maaf mbak tadi lagi di kamar mandi." Sela Hanum sambil tersenyum ke arah Ramiah.
Ramiah membalas senyuman Kakak iparnya itu. "Ramiah datang ke sini ingin memberi tahu Abang dan mbak Hanum. Abi dan ummi ingin mengajak mbak dan bang Fauzan untuk datang ke acara tasyakuran anaknya paman Rama." Kata Ramiah mengulang perkataannya.
"Bilang sama Abi dan ummi, Abang tidak bisa–"
"Oh, sampaikan dengan Abi dan ummi, mbak dan mas Fauzan akan segera bersiap-siap." Kata Hanum menyela perkataan suaminya, dirinya tau apa yang ingin di katakan oleh Gus Fauzan.
Ramiah mengangguk langsung pamit pergi dari sana.
Sedangkan Gus Fauzan mendengus dengan wajah kesal. "Kamu?! Apa-apaan! Apa yang kamu katakan, saya tidak ingin pergi, karena saya ada–"
"Ada janji bertemu dengan selingkuhan? Oh, tidak apa-apa, silahkan saja pergi. Saya juga tidak melarangnya. Tapi anda harus tau Gus. Saya akan membawa ummi dan Abi ke kafe permata tempat Gus bertemu dengan gadis itu." Kata Hanum sambil tersenyum menyeringai.
Gus Fauzan mendelik, matanya menyorot Hanum dengan tatapan tajamnya.
"Kamu?!"
"Silahkan pilih Gus. Saya tidak masalah kok, yang kena masalah kan kamu, bukan saya." Setelah mengatakan itu, Hanum berlalu pergi meninggalkan Gus Fauzan yang menggeram marah.
Sialan, Hanum bukan gadis sembarangan.
....
ada yah Gus macam itu
🤦🤦🤦🤦
bikin Emosi dan Kesel soal Gus Abal-abal yg sok Suci dan Bener itu 😡😤
biar ucapannya dilihat sendiri... siapa yg demikian hina nya melakukan apa yg dituduh kan nya itu 😡😡😡😤
itulah akibat nya, bergaul dengan lawan jenis walau disebut Klien..
intinya Barangsiapa telah melanggar aturan Alloh, pasti ada Akibat yg di Tanggung nya !!!