Setelah bertahun-tahun pasca kelahiran pangeran dan putri bungsu, mereka tetap berusaha mencari pelaku pembunuh sang ratu. Hidup atau mati! Mereka ingin pelakunya tertangkap dan di hukum gantung!Dapatkah para pangeran dan putri menangkap pelakunya?
*update setiap Minggu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mailani muadzimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kutukan Sihir Pelemah 2
Hari ini cerah, langit biru dengan awan yang teduh, serta angin sepoi-sepoi yang sejuk membuat siapapun berpikir ini waktu yang pas untuk piknik. Akan tetapi, lain dengan cuaca yang cerah, saat ini kondisi Ratu Harika sudah semakin melemah. Kutukan Sihir Pelemah itu mulai kembali beraksi, Cahaya Pemulih yang Liam masukkan ke tubuh Ratu Harika beberapa bulan lalu sudah semakin berkurang. Bersamaan dengan melemahnya kondisi Ratu, kandungannya juga semakin membesar dan tibalah hari kelahiran.
Ratu Harika melahirkan hari ini. Lalu, seperti yang dikabarkan sebelumnya, anaknya kembar. Butuh waktu tujuh jam bagi Ratu Harika untuk melahirkan kedua anaknya itu. Lima jam pertama, bayi laki-laki lahir dan diberi nama Arka Elle de Dandelion. 2 jam selanjutnya, bayi perempuan lahir dan diberi nama Arsha Elle de Dandelion.
Raja Finn mendampingi Ratu Harika selama proses persalinan berlangsung, sementara Zayden, Ezra dan Liam menunggu di luar kamar dengan perasaan gelisah. Banyak di antara para pelayan dan dayang yang menyediakan camilan untuk para pangeran, namun tidak ada satu pun dari camilan itu yang mereka sentuh, sebab mereka sangat mengkhawatirkan Ratu Harika.
Liam yang menghambat Kutukan Sihir Pelemah dengan kekuatan spirit cahaya, juga Ezra yang punya kemampuan menyembuhkan, tahu betul bahwa kondisi ibu mereka akan semakin memburuk usai melahirkan. Mau tidak mau, mereka harus siap dengan kemungkinan terburuk.
***
Akhirnya dokter bersalin istana keluar dari kamar Raja dan Ratu. Dia adalah Evelyn Forestheart, adik perempuannya Cedric.
"Bagaimana keadaan Mama?" tanya Zayden.
"Apakah adik kami lahir dengan selamat?" tambah Ezra.
"Apakah Mama dan adik kami baik-baik saja?" tanya Liam.
"Tenang lah, Yang Mulia Pangeran. Yang Mulia Ratu baik-baik saja, juga Yang Mulia Pangeran Keempat dan Yang Mulia Putri, keduanya lahir dengan selamat dan sehat." jawab Evelyn tenang.
"Ternyata adik kembar kami laki-laki dan perempuan?" tanya Zayden, Ezra dan Liam hampir bersamaan. Mereka senang sekali, mata mereka berbinar.
Evelyn mengangguk, "selamat karena anda bertiga telah menjadi kakak..." ucapnya.
"Apakah kami boleh masuk?" tanya Liam.
"Tentu. Silakan masuk, tapi Ratu Harika sedang istirahat sekarang, jadi jangan lari-lari, ya." jawab Evelyn lagi.
Setelah mendengar ucapan Evelyn, ketiga pangeran pun langsung merangsek masuk. Hal pertama yang mereka lihat adalah Raja Finn yang sedang berdiri sambil menggendong dua bayi.
"Zayden, Ezra, Liam. Lihatlah, adik kalian sudah lahir." ucap Raja Finn sambil tersenyum.
Zayden, Ezra, dan Liam terharu karena Ratu Harika berhasil, meski kondisinya sangat lemah. Ezra dan Liam segera memeriksa kondisi Ratu Harika dengan kekuatan mereka masing-masing.
Berdasarkan hasil pindaian Ezra, kondisi Ratu Harika sekarang sangat buruk, dia kehilangan banyak darah dan tubuhnya sangat lemah. Beruntungnya di sana ada dokter Cedric, dia sejak tadi sedang berusaha melakukan transfusi darah dengan stok darah dari pendonor yang sebelumnya memang sudah ada. Ada banyak pendonor yang rutin mendonor darah ke Menara Medis. Di saat bersamaan, Ezra membantu memulihkan kondisi fisik Ratu Harika dengan kekuatan penyembuhnya.
Berbeda dengan Liam, jika Ezra memeriksa dan membantu memulihkan kondisi fisik Ratu Harika, Liam sibuk mengendalikan Kutukan Sihir Pelemah yang saat ini sudah mulai bergerak meskipun sangat lambat. Liam berkeringat dingin, dia merinding dengan Kutukan Sihir Pelemah yang sangat mengerikan.
"Bagaimana Liam?" tanya Raja Finn usai menaruh dua bayi kembarnya di keranjang bayi.
"Kutukan Sihir Pelemah itu mulai bergerak," jawab Liam apa adanya.
"Berapa lama lagi sisa waktunya?" tanya Raja Finn.
"Tiga bulan, Papa..." jawab Liam lesu.
Raja Finn mengelus kepala Liam lembut. "Tidak apa-apa, Liam. Ayo kita berusaha agar Mama bahagia dan sehat!" ucap Raja Finn semangat, dia menyembunyikan rasa sedihnya di hadapan ketiga putranya itu.
Ketiga pangeran mengangguk. Liam menyeka air mata di sudut matanya. Zayden dan Ezra menyembunyikan air mata mereka dan tetap berusaha tegar, meski mata mereka berdua berkaca-kaca, berkedip sedikit saja air mata mereka pasti jatuh. Tersirat muncul rasa putus asa yang menyelimuti dada mereka.
***
Usai melahirkan, kondisi Ratu Harika semakin menurun. Ratu Harika tidak bisa bangun dari tempat tidurnya sebab tubuhnya sangat lemah, dia bahkan hanya makan bubur dan tidak bisa lepas dari infus.
Hal yang paling membuat Ratu Harika sedih adalah ketika dia mendengar bayi kembarnya menangis karena lapar, namun dia tidak bisa menyusui bayinya secara langsung sebab Kutukan Sihir Pelemah itu. Jika bayi kembarnya minum ASI, maka Kutukan Sihir Pelemah itu akan masuk ke dalam tubuh bayi kembarnya juga. Terpaksa bayi Arka dan Asha minum susu pengganti.
Tiga bulan pun berlalu begitu saja dengan kondisi Ratu Harika yang makin hari makin memburuk. Di suatu malam, Ratu Harika akhirnya benar-benar pergi meninggalkan suami dan lima anaknya.
Malam itu salju turun deras sekali, tangisan bayi kembar Raja dan Ratu memenuhi kamar. Bayi kembar itu seolah tahu bahwa ibu mereka akan pergi selamanya. Raja Finn duduk di sisi Ratu Harika dan menemaninya sampai akhir.
"Istriku..." panggil Raja Finn dengan suara gemetar.
"Finn, sepertinya ini sudah waktuku. Tolong rawat dan jaga anak-anak kita. Jangan biarkan Arka dan Asha kelaparan, jangan lupa memberi mereka susu. Besarkan bayi kembar kita dengan penuh kasih sayang, seperti kita membesarkan Zayden, Ezra, dan Liam..." ucap Ratu Harika dengan suara yang lemah dan nyaris tidak terdengar.
"Istriku, aku pasti akan merawat mereka dengan baik. Aku akan menjaga mereka seperti kita merawat Zayden, Ezra dan Liam. Jadi tolong jangan katakan sesuatu yang menyedihkan... bukankah kita berjanji akan berjuang bersama melawan kutukan itu?" ucap Raja Finn sambil terisak.
Ratu Harika mengangguk pelan, "Iya, Finn. Kita sudah berjuang dengan baik. Terima kasih karena mau bersabar merawatku selama ini, aku mencintaimu. Aku juga mencintai anak-anak... kita..." itulah yang dikatakan Ratu Harika tepat sebelum dia benar-benar menutup matanya.
Mata Raja Finn membulat kaget saat melihat lengan istrinya terkulai lemah.
"Harika!" panggil Raja Finn sambil mengguncang tubuh istrinya.
"Tidak... Harika! Harika sadarlah! Harika!"
Akan tetapi, mau sekuat apa pun Raja Finn memanggil nama istrinya, Ratu Harika tidak akan pernah bangun lagi. Menyadari bahwa istrinya sungguhan telah tiada, Raja Finn terduduk lesu di tepian kasur. Belum sempat Raja Finn bilang cinta, belum sempat Raja Finn memuji kehebatan istrinya karena telah berjuang sejauh ini, belum sempat mereka membesarkan bayi kembar yang sudah mereka tunggu-tunggu selama ini bersama.
Raja Finn tertunduk, air matanya tidak bisa berhenti mengalir. Dia kemudian mengecup punggung tangan dan kening Ratu Harika.
"Aku mencintaimu. Sungguh... aku sangat mencintaimu, Harika... ayo, buka matamu..." ucap Raja Finn sambil memeluk jasad istrinya yang mulai dingin.
Malam itu, bersamaan dengan turunnya salju yang deras yang menandakan musim dingin telah tiba, Ratu Harika dinyatakan meninggal dunia. Dia meninggalkan bayi kembarnya yang masih berusia tiga bulan dan belum sempat disusui, sungguh bayi kembar yang malang.
***
Setelah Raja Finn mengabarkan tentang kematian Ratu Harika. Zayden, Ezra, dan Liam menangis tersedu-sedu, mereka bergantian memeluk Mama mereka untuk yang terakhir kalinya. Dokter Cedric sudah memeriksa Ratu Harika berkali-kali, namun hasilnya tetap sama, napas dan denyut jantung Ratu Harika sudah tidak ada. Tidak hanya Cedric, tapi dokter lain di seluruh Dandelion juga dipanggil untuk memastikan bahwa Ratu Harika memang sudah benar-benar tiada.
Tak hanya itu, Ezra dengan kemampuan penyembuhnya, juga memindai tubuh Ratu Harika, memastikan bahwa sungguh sudah tidak ada organ yang bekerja lagi. Benar saja, aliran darah Ratu Harika sudah berhenti, jantungnya juga sudah berhenti berdetak, yang tersisa hanyalah Sihir Pelemah yang saat ini sudah menguasai seluruh tubuh Ratu Harika. Seluruh tubuhnya terdapat garis-garis hitam seperti urat yang menandakan kalau Kutukan Sihir Pelemah memang sudah menyebar ke seluruh tubuh. Ini adalah kondisi terakhir korban kutukan, semuanya sama seperti yang dibaca Ezra di buku.
***
Esoknya, seluruh Kerajaan Dandelion berduka. Beberapa utusan dari kerajaan lain pun datang menghadiri pemakaman Ratu Harika. Ada banyak orang yang mendoakan dan menangisi kepergiannya. Seluruh anggota keluarga kerajaan tanpa terkecuali hadir untuk mengantar kepergian sang Ratu.
"Oh, Yang Mulia Ratu... Anda adalah bulan kerajaan, anda adalah Ratu yang baik. Ratu yang kami cintai. Berisitirahat lah dengan tenang di sana. Jasamu akan selalu kami kenang. Kami yakin anda sudah bahagia di sisi-Nya sekarang." Guardian menutup acara pemakaman itu.
Setelah acara pemakaman itu selesai, tepat ketika orang-orang hendak beranjak meninggalkan pemakaman, Liam jatuh pingsan. Semua penduduk berseru tertahan. Lyrien dengan sigap menangkap tuannya yang nyaris tersungkur ke tanah.
"Yang Mulia Pangeran!" seru Gideon dan Lilian serempak.
"Liam!" Zayden dan Ezra pun tak kalah cemas.
Raja Finn yang saat itu sedang menggendong Arka dan Arsha, segera menghampiri putranya itu.
"Napasnya tidak stabil, Baginda. Badannya juga panas..." lapor Lyrien sambil menggendong Liam yang pingsan.
"Cepat bawa Liam ke istana! Dia harus diobati." titah Raja Finn.
Tanpa menjawab perintah sang Raja, Lyrien segera melesat ke istana. Tidak lama dari itu, rombongan keluarga kerajaan beserta Raja Finn juga menyusul. Komplek pemakaman bangsawan itu pun berangsur-angsur mulai sepi. Udara juga semakin dingin karena salju turun semakin deras, langit seolah ikut menangis atas kepergian Ratu Harika.
***
Berbulan-bulan usai acara pemakaman Ratu Harika, suasana istana terasa muram. Raja Finn sering melamun di meja kerjanya, satu-satunya yang menjadi hiburan bagi Raja Finn adalah keberadaan bayi kembarnya. Sementara itu, Zayden dan Ezra melampiaskan kesedihan mereka dengan berlatih pedang dari pagi sampai malam.
Sedangkan Liam, dia syok berat. Asma Liam terus-terusan kambuh dan tidak membaik. Suara batuknya memenuhi kamar, napas Liam tercekat. Berkali-kali Liam tidak sadarkan diri.
"Kita harus menghibur Yang Mulia Pangeran Liam. Jangan buat dia stres." ucap Lilian.
"Tapi bagaimana caranya? Yang Mulia Pangeran Liam pasti sangat sedih setelah kehilangan Ratu Harika..." sahut Gideon.
"Kita harus selalu hadir di sisinya, Gideon. Hibur dia. Saat ini Raja Finn juga sedang sibuk mengurus berkas negara, juga pangeran dan putri kembar. Kita lah yang harus menghibur dan menjaga tuan kita sekarang." ucap Lilian lagi.
"Lilian benar. Sebisa mungkin, sebagai pelayan, dayang, dan pengawal, kita harus menghibur tuan kita. Selama ini Raja Finn dan Ratu Harika selalu memastikan kesejahteraan kita sebagai pekerja di istana ini, kini giliran kita yang memastikan kebahagiaan mereka. Setidaknya, mereka tidak berlarut-larut dalam kesedihan." ucap Vivian, pengasuh Zayden. Saat ini Vivian sedang dijadwalkan sebagai posisi untuk menjadi pengasuh Arka dan Arsha, sebab Zayden sudah besar dan tidak membutuhkan ibu pengasuh lagi. Suara Vivian terdengar bergetar menahan tangis.
"Lalu apa ide kalian?" tanya Deon, pengawal pribadi Ratu yang sekarang berubah posisi menjadi pengawal sementara buat Arka dan Arsha.
"Bagaimana kalau besok kita tawarkan Baginda dan para pangeran dan putri untuk piknik di taman istana? Kurasa ini ide yang bagus daripada keluar istana." ucap Bell, pengasuh Pangeran Ezra.
"Ya. Aku setuju, itu bukan ide buruk. Setidaknya Baginda tidak murung terus di ruang kerjanya, menghirup udara segar di luar bagus untuk meningkatkan perasaan yang sedang gundah..." sahut Lysander.
"Baiklah. Sudah diputuskan, besok kita bujuk masing-masing mereka agar mau menghirup udara segar. Aku kasihan melihat Putra Mahkota menebas patung di ruang latihan bersama Pangeran Ezra sampai tangan mereka terluka." ucap Calix.
Semua setuju.
Saat ini sudah tengah malam, seluruh pelayan, dayang, dan pengawal pribadi Raja dan pangeran sedang berkumpul, mereka tidak ingin Raja dan para pangeran sedih berlarut-larut. Agar suasana istana kembali cerah, mereka berpikir untuk membantu memperbaiki suasana hati Raja dan para pangeran, atau setidaknya meringankan rasa sedih di hati mereka, bahwa mereka masih punya orang-orang yang menyayangi dan setia.
Di saat yang sama, Raja Finn, Zayden dan Ezra, atau pun Liam yang belum bisa tidur karena asmanya kambuh pun tidak tahu tentang rencana itu. Lalu, tepat sebelum Dokter Cedric keluar dari kamar Liam, rapat dadakan antara pelayan, dayang, dan pengawal itu pun sudah bubar. Hanya tersisa Lilian dan Gideon di sana.
"Apakah anda sudah selesai mengobati Pangeran Liam, Tuan Cedric?" tanya Lilian.
"Belum. Ada obat yang tertinggal di Menara Medis, aku akan segera mengambilnya. Tolong jaga Pangeran Liam sampai aku kembali," ucap Cedric.
"Baik." jawab Gideon.
***
Lilian dan Gideon masuk ke kamar Liam. Gideon berjaga di samping pintu bagian dalam, sementara Lilian duduk di tepian kasur dengan kursi yang tersedia. Mereka bisa melihat Liam yang diinfus dan masker nebulizer terpasang.
"Yang Mulia Pangeran, apakah sekarang rasanya sudah membaik?" tanya Lilian sambil mengusap kepala Liam dengan lembut.
Liam menggeleng pelan. Dia tidak bisa bicara. Liam tampak sangat kesakitan dan sulit bernapas, suhu tubuhnya juga naik, mata birunya tampak sayu, sesekali dia batuk meski sudah dipasangkan masker nebulizer.
"Yang Mulia, sebentar lagi Dokter Cedric pasti akan datang setelah mengambil obat. Bertahanlah Yang Mulia..." ucap Lilian dengan mata berkaca-kaca.
Lima belas menit kemudian, Dokter Cedric tiba dengan obat-obatan. Dia merangsek masuk begitu saja tanpa salam. Hal itu dimaklumi, sebab kondisi Liam saat ini darurat. Kesampingkan dulu soal kesopanan, yang penting pasien selamat, begitulah motto Cedric.
"Yang Mulia Pangeran, saya akan menyuntik anda." ucap Cedric minta izin.
Liam diam saja saat Cedric menyuntikkan cairan obat, dia setuju saja selagi itu untuk pengobatan.
"Obat ini menimbulkan efek kantuk. Jadi nanti Yang Mulia akan tidur dengan nyaman. Untuk sekarang habiskan dulu uap nebulizernya." sambung Cedric usai menyuntikkan obat.
***
Lima menit usai disuntik, napas Liam dirasa membaik, dia sudah tidak megap-megap lagi sekarang. Batuknya juga berkurang. Obat itu sangat membantu kinerja uap nebulizer.
"Bagaimana Yang Mulia? Sudah enakan?" tanya Dokter Cedric.
Liam mengangguk pelan. Akhirnya dia bisa bernapas dengan lebih baik sekarang. Lalu, sambil menunggu uap nebulizer habis, entah karena panasnya yang terlalu tinggi atau hanya ilusi mata karena rindu, mata Liam yang sayu menangkap sosok Mamanya duduk di tepian kasur. Tampak Lilian berubah menjadi sosok Ratu Harika.
"Ma-Mama..." gumam Liam.
Samar-samar dilihatnya sosok Ratu Harika tersenyum lembut sambil mengusap kepalanya. Usai melihat ilusi itu, Liam tertidur, dia berpikir sentuhan tangan Ratu Harika yang hangat lah membuatnya tertidur.