roni, seorang pemuda tampan dari desa terpencil memutuskan untuk merantau ke kota besar demi melanjutkan pendidikannya.
dengan semangat dan tekat yang kuat iya menjelajahi kota yang sama sekali asing baginya untuk mencari tempat tinggal yang sesuai. setelah berbagai usaha dia menemukan sebuah kos sederhana yang di kelola oleh seorang janda muda.
sang pemilik kos seorang wanita penuh pesona dengan keanggunan yang memancar, dia mulai tertarik terhadap roni dari pesona dan keramahan alaminya, kehidupan di kos itupun lebih dari sekedar rutinitas, ketika hubungan mereka perlahan berkembang di luar batasan antara pemilik dan penyewa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aak ganz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
Malam hari pun tiba. Roni pergi menggunakan motornya menuju ke tempat diadakannya pertarungan jalanan.
Di sana begitu banyak pemuda yang berkumpul, bukan hanya yang ikut dalam pertandingan tapi juga penonton yang siap untuk bertaruh. Acara ini sering diadakan setiap bulannya, dan dari sinilah para petarung resmi diambil juga. Para preman dan kelompok-kelompok kriminal pun berada di sana untuk bertaruh dan melihat siapa yang lebih kuat di antara petarung yang siap unjuk gigi memperlihatkan kemampuan mereka menjatuhkan musuhnya. Bukan hanya pria, wanita juga banyak di sana. Tempatnya begitu tertutup agar tidak diketahui oleh polisi.
Roni sampai di sana sendirian. Waktu dia turun dari motornya, Miya menghampirinya. Roni tidak menyangka kalau Miya ada di sana.
"Miya... kok kamu bisa di sini?" tanya Roni, tidak menyangka kalau Miya juga datang.
"Tentu saja ingin melihatmu, Roni, apalagi siapa suruh kamu menerima tantangan Jack," ujar Miya sambil melipat tangannya di depan dada.
"Tapi ini bukan tempat untukmu, Miya. Di sini berbahaya, banyak penjahat dan preman," kata Roni sambil menyentuh pundak Miya.
"Tidak apa-apa, selama aku bersamamu aku pasti aman. Kalau kamu tidak bisa menjagaku, bagaimana bisa kamu menerima tantangan Jack," ucap Miya.
"Baiklah-baiklah. Sekarang kamu harus tetap di dekatku. Ayo kita masuk," kata Roni sambil menggandeng tangan Miya. Miya sangat senang saat Roni menggandeng tangannya.
Di dalam sudah ada yang bertanding. Roni memilih tempat penonton yang tidak terlalu ramai agar Miya tidak merasa sesak.
"Roni, kamu serius akan ikut bertarung? Lihat, mereka sangat kejam," kata Miya saat melihat para petarung yang sedang bertarung saling pukul berdarah-darah.
Roni justru malah menjadi tidak sabar untuk ikut bergabung dalam pertandingan itu. Sudah lama dia tidak mengetes kemampuannya yang sudah lama dia latih di kampung.
"Iya, aku harus ikut. Kamu tenang saja, mereka tidak akan bisa melukaiku," jawab Roni.
"Roni, kamu di sini? Sedang apa?" seseorang menyapa Roni, dan Roni menoleh. Ternyata dia adalah Bayu, yang juga ada di situ untuk menonton.
"Tidak, aku hanya penasaran saja dengan tempat ini. Aku pernah dengar di kota ada diadakan pertarungan jalanan, dan ternyata begini," jawab Roni berbohong sambil menyaksikan pertarungan di atas ring.
Di seberang, terlihat Jack sedang menatap ke arah Roni yang sudah datang. Sambil tersenyum, dia berkata, "Tolong daftarkan orang itu juga. Namanya Roni, dia akan bertarung juga di sini," kata Jack meminta anak buahnya mendaftarkan Roni agar ikut dalam daftar yang bertarung malam ini.
"Siap, Bos. Apa Anda juga akan bertarung malam ini?" tanya anak buahnya.
"Tentu saja, aku juga ikut," jawab Jack. Anak buahnya pun memberitahu panitia.
"Bung, saya punya daftar petarung malam ini. Ini namanya, itu orangnya. Bos meminta Anda memasukkannya. Oh ya, jangan lupa Bos juga akan turun malam ini," kata Ari, anak buah Jack.
"Baiklah, saya akan atur," kata panitia itu. "Oh ya, bilang sama Bos terima kasih atas partisipasinya dalam acara ini," ujarnya, karena Jack banyak mengeluarkan dana juga dalam acara ini.
"Ya, saya akan sampaikan. Tapi bukan cuma-cuma Bos mengeluarkan banyak dana. Ada sesuatu yang dia inginkan. Nanti dia sendiri yang memberitahumu," ujar Ari lalu berjalan kembali ke tempat Jack yang duduk di atas kursi sambil terus menatap kedekatan Miya dan Roni.
Dia melihat beberapa kali Miya memeluk Roni karena ketakutan melihat para petarung saling pukul di atas ring.
"Jack, kasih tahu kami kalau giliranmu nanti ya. Saya mau menikmati malam saya dulu," kata salah satu teman baik Jack, yaitu Jemi, sambil menggandeng wanita malam yang dia pesan.
"Sialan... urusan ranjang terus kau pikirkan, dasar," balas Jack.
"Oh ya, Bos, apa Bos juga saya carikan wanita untuk malam ini?" tanya Ari.
"Ya, aku ingin wanita di samping Roni," jawab Jack sambil terus menatap Miya.
"Maksud Anda Miya? Astaga, tapi kalau..."
"Tidak ada tapi-tapi. Setelah pertandingan nanti, bawakan aku Miya ke markas," ucap Jack.
"Lihat, Miya, kalian sudah masuk di kandang kekuasaanku. Malam ini aku akan mendapatkan apa yang aku mau. Dengan cara halus kau menolak, maka jangan salahkan aku dengan cara kotorku," kata Jack sambil tersenyum licik.
"Baik, Bos. Bentar saya akan memberitahu yang lainnya," ucap Ari sambil pergi.
"Baiklah, pertandingan selanjutnya..." kata seorang panitia dari pengeras suara.
"Jack melawan petarung lama kita, Radian..." panggilnya menyebut nama petarung yang akan bertarung selanjutnya.
Jack menggaruk alisnya yang tidak gatal lalu berdiri dari kursinya untuk bersiap naik ring dengan langkah arogan.
"Hai, lihat akhirnya Jack juga ikut dalam kompetisi ini. Sudah lama dia tidak keluar, akhirnya keluar juga. Astaga, siapa lawannya? Itu kan Radian, petarung lama juga yang pernah dikalahkan Jack waktu itu. Ini pasti sangat seru..."
"Iya, sangat seru. Apakah Radian bisa balas dendam atau justru ditumbangkan kembali oleh Jack?" ujar para penonton yang mengenal Jack dan menanti cukup lama aksi Jack lagi.
Mereka mulai melepas taruhan, dan kebanyakan dari mereka memegang Jack.
"Lihat, Roni, dia Jack. Petarung yang sering juara di kompetisi ini beberapa tahun silam. Dia tidak kalah jauh dari dirimu," kata Bayu yang juga pernah melihat Jack bertarung beberapa tahun lalu.
"Sepertinya kau banyak mengenal para petarung," kata Roni sambil tersenyum.
"Ya dong, tentu saja. Aku bahkan tidak pernah ketinggalan menonton kompetisi ilegal ini. Seru soalnya," jawab Bayu.
Jack melepas bajunya, memperlihatkan tubuhnya, lalu bersiap untuk memulai pertarungan melawan Radian. Radian mulai menyerang, dan dengan kemampuan yang dia miliki, Jack berhasil menghindari serangan Radian, membuat semua penonton berteriak meneriakkan nama Jack.
"Radian, keluarkan kemampuanmu. Aku tidak segan-segan memukuli lawanku. Aku kasih kau tiga kali kesempatan," ujar Jack menantang, membuat Radian semakin kesal. Radian kembali menyerang Jack, tapi Jack kembali menghindar. Setelah tiga kali serangan diberikan Radian, dan Jack berhasil menghindarinya, di situlah giliran Jack memberikan pukulan. Dengan beberapa kali pukulan mengenai wajah Radian, membuat Radian tidak dapat kembali bangkit. Semua orang langsung berteriak senang dan menyebut Jack sangat hebat.
"Hai, lihat! Sudah lama tidak melihat Jack tampil. Ternyata dia sekarang lebih kuat dari sebelumnya. Hebat sekali!" teriak penonton.
"Ya, dulu Jack begitu kewalahan melawan Brian waktu itu. Tapi sekarang Jack hanya mengeluarkan beberapa pukulan saja sudah menumbangkan Radian."
"Baiklah, pertandingan ini dimenangkan oleh Jack. Berikan tepuk tangannya!" kata panitia lewat pengeras suara.
Setelah beberapa pertarungan, tibalah waktunya Roni dipanggil.
"Baiklah, pertarungan selanjutnya. Kali ini kita ada petarung baru yang baru mendaftar dan akan siap memperlihatkan kita kemampuannya. Ya, dia adalah Roni! Beliau akan berhadapan dengan petarung lama yaitu Joni."
Bayu yang sedari tadi di samping Roni terkejut. Dia tidak menyangka Roni juga ikut dalam kompetisi.
"Roni... itu serius namamu dipanggil?" kata Bayu tidak menyangka.
"Cuma mengetes saja. Aku jadi tertarik untuk ikut setelah melihat tadi," jawab Roni, lalu berjalan naik ke atas ring. Miya yang sedari tadi di sana mulai khawatir. Dia tidak pernah melihat kemampuan Roni dalam bertarung. Padahal tanpa Roni melakukan ini, dia akan tetap selalu bersama Roni. Tapi Roni melakukan ini semua agar Miya tidak diganggu lagi oleh Jack.
Jack menatap Roni yang naik ke atas ring. Dengan santainya, Roni membuka bajunya, memperlihatkan tubuh kekar dan bersih, membuat penonton wanita seketika terdiam terkesima dengan tubuh indah yang dimiliki pria tampan itu.
"Lihat! Bukan hanya tampan, dia memiliki tubuh yang indah, sangat sempurna," kata salah satu penonton.
"Iya, tapi sayangnya wajah tampannya akan babak belur hari ini dihajar oleh Joni yang dikenal sangat garang di ring," kata mereka, meremehkan Roni, berpikir kalau Roni akan babak belur malam ini dan menyesali karena berani ikut dalam kompetisi berbahaya ini.
"Bisa dimulai," kata Roni sambil tersenyum ke arah wasit di tengah yang menjadi pemimpin pertandingan.
"Baiklah, kalian berdua siap. Mulai!" kata wasit.
Sebelum bertarung serius, Roni terlebih dahulu bermain-main, bahkan sambil mengedipkan mata ke arah Joni sebagai lawannya. Setelah cukup lama bermain, Roni melempar serangan dengan kakinya dan tepat mengenai pinggir wajah Joni, membuat Joni terlempar keluar ring dengan tendangan keras dari Roni.
Roni mengangkat tangannya sambil tertawa. "Jack, lain kali bilang sama panitianya agar memberiku lawan yang sepadan," ucap Roni sambil tersenyum menantang ke arah Jack.
Para penonton tentu saja terkejut dengan keberanian Roni. Tadi mereka terkesima dengan kemampuan Roni yang mampu mengalahkan Joni yang dikenal garang dengan mudahnya. Tapi setelah menantang Jack, mereka berpikir Roni terlalu berlebihan dan sombong.
Jack yang ditantang hanya tersenyum kesal. "Hai, bilang sama dia untuk menarik ucapannya. Apa dia bosan hidup?" teriak seseorang dari kursi penonton.
“Dia sangat berani. Sebenarnya siapa dia?” tanya seorang ketua gangster yang penasaran dengan kesombongan Roni.
“Dia hanya sekadar pemuda sombong yang baru menang sekali sudah koar-koar, Tuan,” jawab anak buahnya.
“Bodoh! Aku tidak peduli dia hanya anak baru. Tapi melihat kemampuan bertarungnya yang tidak kalah dari Jack, itu sungguh sangat hebat. Aku ingin tahu siapa dia. Tetap pantau dia saat aku tidak ikut menonton,” katanya, meminta anak buahnya untuk selalu memantau pertarungan Roni selanjutnya. Dia mulai tertarik dengan kemampuan bertarung Roni.
Setelah mengumumkan Roni sebagai pemenangnya, Roni turun dari ring. Tapi di saat itu juga beberapa wanita menghampiri dan menggoda Roni. Ya, seperti itulah mereka, mendekati petarung baru yang mendominasi untuk menawarkan jasa mereka.
“Maaf, dia sudah punya saya. Kalian pergi,” kata Miya datang menghampiri dan mengusir wanita-wanita yang mencoba merayu Roni.
Roni hanya tersenyum, tidak menyangka dirinya akan diperebutkan di tempat itu.
“Roni, sepertinya kau akan terkenal suatu saat nanti,” ujar Bayu sambil menepuk pundak Roni.
Jack kembali kesal. “Jangan biarkan dia lolos, dan bawa Miya kehadapanku. Ingat, jangan lukai Miya juga,” perintah Jack kepada bawahannya.
Karena kemenangan tadi, Roni akan lanjut ke pertarungan selanjutnya yang diadakan nanti malam.
Walaupun kompetisi itu ilegal, di sana cukup aman karena adanya orang dalam. Tapi karena ilegal juga, para petarung bisa saja saling membunuh, dan tidak ada yang melarang. Oleh sebab itu, tidak sedikit petarung yang meregang nyawa akibat mengikuti kompetisi tersebut.
Ada yang terbunuh di dalam ring, ada juga yang sengaja dibunuh di luar karena mengalahkan jagoan mereka. Pelakunya sering kali adalah para mafia atau gangster.
“Anak muda, kau harus selalu hati-hati. Karena kau begitu berlebihan tadi di dalam dan menantang orang-orang, akan banyak yang menemui kamu di luar. Berhati-hatilah,” ujar seorang kakek memperingatkan Roni.
“Terima kasih, Kek. Anda tenang saja, saya bisa menjaga diri,” jawab Roni sambil tersenyum. Kakek itu membalas dengan senyuman.
Roni keluar dari tempat pertarungan, bersiap untuk pulang. Di luar, sudah ada anak buah Jack yang menghadang.
“Lihat, dia sudah keluar. Cepat kepung dia, jangan biarkan lolos. Ingat, bos minta jangan menyakiti wanita itu,” kata Ari.
Roni langsung dikepung oleh mereka yang bersiap menghajarnya. Miya menjadi panik melihat situasi itu.
“Hai, kau lepaskan wanita itu, atau dia akan terluka juga bersama denganmu!” teriak Ari kepada Roni.
“Hai, Bung, apa masalahmu? Kami tidak buat masalah denganmu dan kami ingin pulang. Jadi, awas, kami mau lewat,” kata Roni dengan santai, berbeda dengan Miya yang mulai bergetar ketakutan.
“Sudah, kamu tenang. Jangan takut, mereka tidak akan melukai kita,” bisik Roni kepada Miya untuk menenangkannya.
“Tapi mereka membawa balok. Aku takut,” kata Miya.
“Kalian malah bucin! Kau dengar tidak? Lepaskan dia! Saya hitung sampai tiga,” teriak Ari.
“Satu...
Dua...”
“Miya, kamu ke pinggir dulu. Aku akan menghadapi mereka,” pinta Roni.
Tapi Miya tidak mau melepaskan tangan Roni karena ketakutan.
“Tiga... Baiklah! Ayo pukuli dia sesuka kalian. Ingat, yang perempuan jangan disentuh,” perintah Ari. Mereka mulai menyerang Roni, tapi di saat itu juga...
Dor! Suara tembakan mengejutkan mereka, membuat mereka berhenti dan menoleh ke belakang.
“Kalian sentuh dia, habis kalian!” kata seseorang yang menghentikan mereka.
Melihat siapa yang menghentikan mereka, ternyata seorang yang tidak bisa mereka singgung. Mereka langsung berhenti.
“Maaf, Tuan, ini urusan kami, jadi tidak ada sangkut pautnya dengan Anda. Bolehkah Anda tidak ikut campur?” kata Ari.
“Berbicara lagi, timah ini akan menembus lidahmu,” ancam orang itu sambil menodongkan pistol ke arahnya. Ari langsung ketakutan, meminta maaf, lalu pergi.
Roni berterima kasih kepada orang itu walaupun dia tidak mengenalnya.
“Maaf, Tuan, saya tidak mengenal Anda, tapi terima kasih telah membantu saya,” kata Roni.
“Tidak apa-apa. Saya hanya tidak suka keributan,” ujarnya, lalu berjalan pergi menuju mobil hitam yang menunggunya, kemudian pergi begitu saja.
Ya, dia adalah ketua mafia tadi. Dia membantu Roni agar besok malam Roni bisa ikut dalam kompetisi lagi, bukan hanya sekadar membantu begitu saja.
Setelah merasa semuanya aman, Roni dan Miya bersiap untuk pulang.
“Kau tadi bawa mobil? Di mana mobilmu?” tanya Roni.
“Tidak, tadi aku meminta sopirku pulang langsung setelah mengantarku. Karena aku ingin pulang bersama denganmu,” jawab Miya, yang kini sudah tidak merasa takut atau panik seperti sebelumnya.
“Baiklah, ayo,” ajak Roni. Mereka pulang berboncengan menggunakan motor Roni.
Saat sampai di rumah Miya, Roni malah tidak diperbolehkan pulang.
“Aku balik dulu ya ke kos. Kamu langsung tidur,” pesan Roni.
“Tidak. Kamu harus menginap malam ini. Aku juga mau kasih tahu orang tuaku kalau aku menyukaimu, dan memperkenalkan kamu sebagai pasanganku,” kata Miya.
Roni melebar matanya, terkejut mendengar itu.
“Astaga, jangan dulu! Aku... aku harus pulang,” kata Roni.
Tapi Miya tidak membiarkan Roni pergi. Dia mengambil borgol dari tasnya, entah dari mana dia mendapatkannya, lalu menggunakannya di tangannya dan tangan Roni.
“Apa ini, Miya? Astaga, kamu kenapa bisa punya benda ini?” tanya Roni, terkejut.
“Hehe, ada deh. Nah, sekarang kamu tidak bisa pulang. Kuncinya ada di dalam kamar aku,” kata Miya sambil tersenyum, melihat Roni panik.
“Tapi tidak pakai ini juga! Nanti kalau orang tuamu lihat bagaimana?” kata Roni jadi semakin panik.
“Lagian kalau nggak begini, kamu pasti tidak mau. Aku sudah rencanain, hehe. Tenang, kita pakai jaket aku untuk nutupin agar mereka tidak lihat dan mengira kita gandengan tangan terus,” ujar Miya.
Roni jadi tidak punya pilihan selain menurut. Dibuka paksa juga tidak bisa, karena kuncinya ada di dalam kamar Miya.
Miya melakukan ini karena kejadian kemarin. Dia tahu harus memaksa agar Roni mau, karena tidak mungkin dia akan menunggu Roni datang memperkenalkan diri sebagai pasangan.
Jadi miya harus berani agresif seperti ini.