Mirna gadis miskin yang dibesarkan oleh kakeknya. Dia mempunyai seorang sahabat bernama Sarah.
Kehidupan Sarah yang berbanding terbalik dengan Mirna, kadang membuat Mirna merasa iri.
Puncaknya saat anak kepala desa hendak melamar Sarah. Rasa cemburunya tidak bisa disembunyikan lagi.
Sang kakek yang mengetahui, memberi saran untuk merebut hati anak kepala desa dengan menggunakan ilmu warisan keluarganya.
Bagaimana kelanjutan ceritanya? Yuk baca kisahnya, wajib sampai end.
29/01'25
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deanpanca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 10 Amir
*
Purnomo mengangguk pelan. "Aku akan menikah dengan Sarah, tapi bapak harus menepati janji yang sudah kita sepakati." Pak Tejo mengangguk. Akhirnya dia bisa bernafas lega, anaknya setuju untuk menikah.
Sedangkan Salman sejak tadi hanya memperhatikan ekspresi sahabatnya. Dia tidak mau ambil pusing dengan rencana pernikahan Purnomo dan Sarah.
Dia masih bingung dengan sikap Purnomo, sejak kapan sahabatnya ini dekat dengan Amir. Amir adalah warga baru di kampungnya, saat Amir datang Purnomo juga masih kuliah. Dan belum cukup sebulan dia pulang karena sudah di wisuda.
Salman mencurigai sesuatu, tapi dia tidak mau asal menuduh.
"Lebih baik aku cari tau dulu, asal tuduh nanti jadinya dosa." Gumam Salman dalam hati.
"Sepertinya masalah Purnomo sudah beres ini, saya pamit dulu Bu, Pak." Ucap Salman
"Kok buru-buru, Man!"
"Lupa, Bu. Tadi disuruh Mang Asep ke rumahnya." Ujar Salman. Segera pergi dari sana.
Bu Ayu dan Pak Tejo bersiap pergi ke rumah Juragan Bandi, untuk menyampaikan kabar gembira. Saat hendak keluar, Amir datang.
"Mau kemana Pak kades?" Katanya.
"Mau ke rumah Juragan Bandi. Kamu ada perlu apa?" Tanya Pak Tejo.
"Dia ada perlu dengan ku, Pak." Purnomo yang menjawab. Dia tiba-tiba muncul dibelakang Bapaknya.
"Astaghfirullah! Kamu ini bikin kaget bapak saja, untung bapak tidak jantungan." Ucap Pak Tejo.
"Sudah ayok cepetan, Pak!" Ajak Bu Ayu.
Akhirnya Pak Tejo dan Istrinya pergi, Amir diminta untuk masuk oleh Purnomo. Semua itu dilihat oleh Salman, yang sejak tadi bersembunyi diatas pohon mangga yang cukup lebat. Dia sengaja menunggu Amir datang.
Salman keluar dari persembunyiannya hendak kembali ke rumah Purnomo. Tapi dia meminta pembantu disana untuk tidak memberitahu kan kedatangan Salman pada Purnomo.
Dia ingin tahu apa yang dibicarakan Amir dan sahabatnya itu, serta ingin memastikan kecurigaannya.
"Kamu kok lama sih datangnya, Mir?" Tanya Purnomo.
"Tadi ada sedikit kerjaan. Kenapa memangnya?" Kembali Amir bertanya.
"Kan kamu bilang, kalau pagi kamu akan buatin kopi spesial seperti yang dibuat Mirna." Jawab Purnomo.
"Oh, sampai lupa aku. Aku ke dapur dulu, buatin kamu kopi." Kata Amir. Dia pun segera ke dapur.
Air panas sudah tersedia, dia segera menyeduh kopi saset yang ada di rumah Purnomo. Tapi ada satu hal yang dia tambahkan.
Mata Amir awas melihat ke sekitar, jangan sampai ada orang yang memergokinya. Dia mengambil botol kecil berisi air dari dalam sakunya, segera dia tuangkan kedalam gelas kopi milik Purnomo.
"Kopi spesial apa yang dimaksud, sama saja dengan yang di rumahku." batin Salman.
Deg
Salman dibuat terkejut saat melihat, Amir menambahkan sesuatu ke kopi itu.
"Apa itu yang membuat kopinya spesial? Seperti buatan Mirna! Apa jangan jangan Amir tahu dimana Mirna berada?" Kembali banyak tanya yang timbul di pikiran Salman.
"Kok aku merasa ada yang memperhatikan, ya? Gumam Amir lirih. Tapi masih bisa di dengar oleh Salman.
Dia segera masuk ke tempat menaruh pakaian kotor di rumah Purnomo. Salman bersembunyi dibalik tumpukan baju.
Ternyata Amir cukup peka, dia juga masuk ke tempat itu. Tapi tidak menemukan apapun. Cukup lama dia disana memperhatikan dengan seksama, sampai seorang pembantu menegurnya.
"Loh, cari apa A'?" Tanya pembantu itu.
"Ah, tidak. Tadi saya bikin kopi, seperti melihat sesuatu masuk kesini." Kata Amir.
"Mungkin si Orange, kucingnya Bu Ayu. Kalau jam segini memang suka berkeliaran di dalam rumah." Terang pembantu itu.
Brak
Meong, erghh!
Betul saja kucing Bu Ayu tiba-tiba melompat dan menerkam seekor tikus yang cukup besar. Membuat Amir menurunkan tingkat kewaspadaannya.
"Kan! Hiii Orange, geli. Hus Hus!" Usir pembantu itu.
Amir pun ikut pergi. Dia mengira mungkin karena terlalu takut ketahuan, makanya dia berpikir yang tidak-tidak.
Dia segera membawa kopi spesial permintaan Purnomo.
"Pur, ini kopinya." Amir menyerahkan segelas kopi panas. Purnomo segera meneguknya sampai habis.
"Amir, dua hari lagi aku akan menikahi Sarah." Kata Purnomo sembari meletakkan gelas kopi yang sudah kosong.
"Apa? Kenapa bisa?"
"Aku dipaksa, ini juga salah satu cara agar aku bisa menemukan Mirna."
"Sarah itu keterlaluan sekali, jelas jelas kamu tidak menyukai. Kenapa memaksa sekali? Jangan jangan kamu sudah pelet dia?" Kata Amir.
"Enak saja, dia sudah suka aku sejak lama. Tapi aku cuma anggap dia sebatas teman." Terang Purnomo.
Memang sedari dulu Purnomo hanya menganggap Sarah teman tidak lebih.
Amir sendiri merasa senang, karena Purnomo tidak memiliki rasa apapun pada Sarah. Sehingga dia masih punya peluang untuk memiliki gadis itu.
Salman yang sejak tadi menguping kini sedikit tahu, kalau Amir juga sudah menjadi provokator dalam hubungan Purnomo dan Sarah. Tapi dia masih ingin mencari tahu lebih lagi.
*** ***
Malam sebelum acara pernikahan, diadakan pengajian di rumah Purnomo. Salman dan Amir turut serta hadir.
Amir sejak tadi memegang kantong celana, seperti ada benda yang akan kabur dari dalam sana.
"Salman! Kita ke tempat Purnomo, yuk." Ajak Amir.
"Mau apa? Orang lagi pengajian juga, tunggu sampai acara selesai saja." Kata Salman.
Amir tidak bisa banyak bicara, memang disana cukup banyak orang. Dia tidak akan bisa leluasa keluar masuk rumah orang.
"Ada apa dengannya? Apa akan membuat kekacauan lagi?" gumam Salman dalam hati.
Acara pengajian sudah selesai, Salman bersama dengan Pak kades dan Bu Ayu menemani tamu diluar. Kesempatan ini digunakan Amir untuk menemui Purnomo.
"Pur!" Kata Amir lirih.
"Amir! Ada apa?"
"Aku cuma mau lihat baju pengantin mu. Sempat besok aku gak bisa hadir, karena ada kerjaan." Bohong Amir.
"Usahakan datang, mir. Ini baju ku!" Purnomo menunjuk pada pakaian yang di hanger dan digantung di dinding.
"Baju mu bagus sekali, pasti besok tambah ganteng." Ucap Amir. Dia mengoleskan sesuatu pada ketiga pasang baju pengantin Purnomo.
"Aku pulang dulu, Pur. Besok kalau sempat aku usahakan datang." ucapnya dan segera keluar dari kamar purnomo.
Tak sengaja Salman melihat Amir yang baru keluar dari kamar sahabatnya.
"Darimana, Mir?" Tanya Salman.
"Dari kamar mandi." Jawabnya ketus dan segera meninggalkan Salman.
"Sebenarnya apa yang kau lakukan pada Purnomo, Amir?"