NovelToon NovelToon
Misteri Badik Punnawara'

Misteri Badik Punnawara'

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Romansa Fantasi / Dan budidaya abadi / Roh Supernatural / Fantasi Wanita / Pendamping Sakti
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mia Lamakkara

Miang tidak sengaja menemukan membuka kotak terlarang milik leluhurnya yang diusir oleh keluarga seratus tahun lalu. Kotak itu berisi badik keemasan yang bila disentuh oleh Miang bisa berkomunikasi dengan roh spirit yang terpenjara dalam badik itu.
Roh spirit ini membantu Miang dalam mengembangkan dirinya sebagai pendekar spiritual.
Untuk membalas budi, Miang ingin membantu Roh spirit itu mengembalikan ingatannya.
Siapa sebenarnya roh spirit itu? Bisakah Miang membantunya mengingat dirinya?Apakah keputusan Miang tidak mengundang bencana?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mia Lamakkara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dia Yang Mendorong kita, kan?

"Lihat! Bukannya itu token murid." Puang Tompo menunjuk bilah kayu ukir yang tergeletak di depan pintu perpustakaan.

Puang Uri memungutnya.

"Ini milik puang Jumi." Keningnya mengerut.

Puang Tompo juga berpikir hati-hati dan merasa ada yang ganjil.

"Kalian tetap disitu. Mungkin agak lama karena guru Wang tidak datang hari ini. Aku sekarang mencari penatua tertinggi dan master akademi." La Bulla mengirim transmisi suara ke puang Tompo.

Kening puang Uri juga mengerut seolah berpikir keras.

Di dalam perpustakaan.

“Aahhhh…. Pintunya tertutup. Puang Miang! Kita terkurung!.” Timang berteriak panik.

“Heii…. Siapa diluar buka pintunya!.” Dia memukul-mukul pintu perpustakaan dengan putus asa.

“Ughh…!!.”

Timang jatuh terduduk sembari memegang dadanya.

“Sa..sakit…ra.. rasanya ada sesuatu yang berat….di pundakku.” Tangannya yang lain bertumpu di lantai mencoba sekuat tenaga mendukung tubuhnya.

“Si..sial! ada energy roh spiritual!.” Meskipun I Miang tidak dipaksa jatuh ke lantai oleh kekuatan penindasan di ruangan itu, dahinya basah oleh keringat. Ini karena tingkat spiritual I Miang lebih tinggi dari Timang.

“Energi roh spiritual disini setidaknya untuk spiritual tingkat tujuh.” I Miang menebak. Dia kini berada di spiritual tingkat enam level menengah masih bisa mengatasinya tapi Timang sangat tersiksa.

“Hu…hu…hu…. Aku masih spiritual tingkat empat puncak.” Timang menangisi nasibnya dalam hati. Bajunya sudah basah dengan keringat. Dia bertekad akan berlatih untuk menaikkan tingkat spiritualnya kalau keluar dari tempat ini.

“Tidak heran kita dilarang mendekati ruangan ini.” I Miang mengeluarkan jepit rambut dan langsung memasang di rambutnya. Jepit rambut ini hadiah dari kakaknya tahun lalu, merupakan senjata pertahanan untuk spiritual tingkat delapan.

Dia juga mengeluarkan kipas bunga merah, membentangkan dan menyodorkan ke arah Timang.

“Pegang lah dulu.” Seketika energy spiritual yang mengekang Timang buyar.

“Sungguh kaya! Kamu bahkan memiliki senjata ajaib.” Timang sangat kagum pada I Miang.

“Ngomong-ngomong, terima kasih, ya.”Dia membolak-balik kipas di tangannya.

“Apa ini senjata ajaib tingkat bumi?.”

“Dulunya tingkat bumi tapi sekarang sudah tingkat langit.”

“Ini bahkan tingkat langit.” Timang sangat takjub.

Senjata ajaib juga memiliki tingkatan. Paling rendah senjata ajaib biasa, senjata ajaib spiritual, senjata ajaib tingkat bumi, senjata ajaib tingkat langit, senjata ajaib tingkat raja, senjata ajaib roh, senjata ajaib dewa, senjata ajaib ilahi.

Senjata ajaib bisa di tingkat ke tingkat yang lebih tinggi sesuai bahan dan keterampilan pengrajinnya. Tentu saja, tidak semua pengolah spirit bisa menjadi pengrajin, karena pengrajin harus memiliki elemen spirit khusus. Seperti spiritual elemen api, spiritual elemen petir dan spiritual elemen kayu alam.

Pengrajin ini adalah pengolah spirit yang bisa membuat senjata. Tapi, mereka berbeda dengan penempah. Penempah adalah pengolah spirit yang khusus membuat senjata dari logam. Penempah juga harus memiliki spiritual elemen logam dan api.

Jadi ada pengrajin yang bisa menciptakan senjata dengan menggabungkan berbagai senjata namun tidak bisa menempa besi atau baja biasa. Mereka harus meminta bantuan penempa.

La Topa memiliki spiritual elemen petir dan tidak bisa menempa. Makanya, dia hanya bisa membuat senjata dari menggabungkan beberapa senjata atau bahan setengah jadi. Dia juga membuat senjata hanya untuk dirinya dan keluarganya terutama kakak perempuannya dan adiknya. Kebanyakan aksesoris I Miang diberikan oleh kakaknya adalah senjata perlindungan dan senjata rahasia.

Kipas bunga itu pemberian dari kakek pihak ibunya. Konon katanya, kipas bunga pembayaran dari salah satu pasiennya di masa lalu. Si pasien telah berada di ambang kematian sedang ada masalah rumit yang mengharuskan dirinya ada untuk meredam pertumpahan darah. Kakek I Miang berhasil menyembuhkannya dan menyelamatkan situasi kacau saat itu. Meskipun keluarga pasien membayarnya, mereka juga memberikan senjata ajaib tingkat

“Ah… dimana murid tadi?.” Timang kemudian teringat pada murid yang mereka kejar tadi sampai terperangkap dalam perpustakaan ini.

“Itu bukan murid yang nyata.” Jawab I Miang.

“Apa maksudnya?.”

“Murid itu hanya kloning atau sosok yang diciptakan orang lain.” Dia mengangkat tangannya memperlihatkan kertas jimat di tangannya.

“Ini adalah jimat sihir pengganda.”

Timang meraih kertas jimat dan mengamati dengan seksama.

“Benar, ini jimat sihir.”

Jimat sihir di gambar dengan formasi berbentuk pentagram sedang jimat spiritual di gambarkan formasi berbentuk lingkaran. Pentagram melambangkan sumber unsur sihir dan lingkaran melambangkan kesatuan sumber spiritual yakni semesta.

“Kenapa seseorang mengirim kloning kesini? Mau mencuri sesuatu?.” Timang menyerahkan kembali jimat itu.

“Mustahil untuk mencuri, tingkat spiritualnya hanya di tingkat tiga karena begitu dia memasuki pintu dia dilenyapkan oleh energy penindasan.”

“Jadi?!.”

“Bagaimana kalau tujuannya memang kita dari awal?.”

“Maksudmu? Seseorang menargetkan kita? Dia sengaja membuat kloning untuk menarik perhatian kita menuju tempat ini?.”

“Gimana menurutmu?.”

“Kurasa itu masuk akal. Tapi kenapa?.”

“Kira-kira, kenapa orang ingin mencelakai orang lain?.”

“Tidak suka, benci, iri, atau mungkin bersaing.” Timang menebak.

“Tapi kenapa ada orang yang benci sama kita, coba? Selama kita masuk sekolah ini kita tidak pernah mencelakai orang lain. Iri? Kayaknya nggak ada yang akan iri padaku, deh. Orang aku biasa saja.” Timang menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Tentu saja itu berbeda denganmu.” Timang menyeringai.

“Sepertinya, kamu memiliki semua yang membuat orang iri.” Dia mengamati I Miang dari atas ke bawah.

“Kamu cantik, tingkat spiritual mu tinggi, keluargamu bangsawan, orang tuamu pejabat, kakakmu berbakat dan tampan, kamu juga kaya.”

‘Ck..ck…ck…bahkan aku juga merasa iri.”Timan mengelilingi I Miang sembari mengipas-ngipas dirinya.

“Awalnya mungkin cuma iri kemudian tidak bisa bersaing akhirnya menjadi benci.”Dia cepat membuat kesimpulan.

“Kurasa orang ini datang untukmu, puang Miang”

“Kamu terlalu banyak berpikir.” I Miang mengibaskan tangannya membuyarkan imajinasi Timang.

“Eh… tadi kok, aku merasa didorong. Iya nggak sih?.” Timang seolah bertanya pada dirinya sendiri.

“Terus…kemana itu…” Timang memutar dirinya mencari sesuatu.

“Apa?.”

“Itu…. Si puang Uri? Bukannya dia juga bersama kita?.”

“Dia nggak masuk. Cuma ada kita dan kloning itu saja.”

“Dia nggak masuk? Jangan bilang kalau dia yang mendorong kita?.”

“Dia yang mendorong kita, kan?.” Timang bertanya lagi karena tidak mendapat tanggapan dari I Miang.

“Jangan asal menuduh. Nggak ada alasan dia sengaja mengurung kita disini.”Kata I Miang tidak memperhatikan Timang yang uring-uringan. Dia sibuk memindai setiap sudut ruang perpustakaan.

“Kenapa tidak ada alasan? Dia jelas tidak menyukaimu.”

“Tidak menyukai belum tentu benci.”

“Apa bedanya? Tidak suka yang sudah pasti benci.”

“Kamu salah lagi.” I Miang menggeleng tanda tak setuju.

“Tidak suka bukan berarti benci tapi benci sudah pasti tidak suka.”

Alis Timang bertautan mendengar penjelasan I Miang.

“Sebenarnya sama tapi yang berbeda kadarnya. Kalau tidak suka, paling dia akan menolakmu atau tidak akan sepaham denganmu dan hanya melakukan hal-hal dangkal. Berdebat atau menjauhi mu.”

“Namun, kalau dia membencimu. Dia bukan sekedar tidak suka, dia juga akan memusuhi mu dan mencari cara untuk menjatuhkan mu, merusak reputasi mu atau bahkan mencelakaimu sampai titik terbawah. Puang Uri meski dia mengatakan tidak menyukaiku, dia hanya mendebatku. Dia juga orang jujur cuma sedikit arogan dan keras kepala. Musuh seperti puang Uri akan lebih mudah dihadapi ketimbang musuh yang munafik.”

“Daripada memikirkan kenapa dan siapa yang merancang kita berada di situasi ini. Ada baiknya kita mencari cara untuk keluar.”

“Caranya gimana?.” Tanya Timang dengan nada memelas. Dia memilih duduk di salah satu kursi dan mengipasi dirinya.

“Makanya, pikirkan caranya.”

“Aku nggak bisa berpikir.” Timang mendengus kesal.

I Miang tidak berdebat lagi. Dia berjalan disekitar perpustakaan. Meraba-raba dinding dan mengetuk-ngetuk lantai.

“Apa sih yang kamu lakukan?.”

“Mencari kompartemen rahasia yang mungkin berisi sesuatu yang bisa membuka pintu perpustakaan.”

“Kamu ini….” Timang tiba-tiba berdiri.

“Jangan sembarangan menyentuh. Bagaimana kalau itu bukan untuk membuka pintu tapi pemicu senjata rahasia? Bisa saja ada pedang terbang, hujan jarum atau bubuk racun kalau kamu asal menyentuh sesuatu secara sembarangan.” Omel Timang panik.

Bibir I Miang berkedut mendengar ocehan paranoid Timang.

1
Irul Munawirul
calabai=banci🤪😆 semangat daeng
kutu
Luar biasa
Sribundanya Gifran
lanjut
ladia120
Nggak sabar buat lanjut ceritanya!
Suzanne Milla
Gemes deh!
Mưa buồn
Seru abis 🤩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!