Ketika mario yang telah kehilangan separuh hidupnya karna sesuatu yang buruk telah terjadi pada sang kekasih, hingga datanglah seseorang yang berhasil membawa kembali rona bahagia pada kehidupan mario.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon piscesg, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jawaban hana
Romi tersenyum lebar dalam batinnya karna saat ini hana tengah merawatnya lantaran akting dia yang pura-pura pusing untuk menjauhkan hana dari mario.
"Lo pikir cuma lo doang yang bisa drama." Batin romi memandang mario remeh
Saat ini hana tengah menyuapi romi bubur di atas kasurnya, dengan dalih sakit dan romi yang tinggal sendiri pun berhasil membuat hana tak tega pada sahabat karibnya itu.
Mario dan maya masih di ambang pintu kamar romi, keduanya menatap ke arah romi dengan pandangan berbeda, jika maya memandang malas dengan tingkah sahabatnya lain dengan mario yang memandang penuh permusuhan ke arah romi.
"Hana suruh mereka pulang aja, kepala aku pusing kebanyakan orang di sini." Bisik romi pada hana yang duduk di sampingnya, hana pun mengangguk mengerti
"Emm, mar, may kalian pulang duluan gak papa deh, biar aku aja yang tungguin romi nanti baru pulang kalo romi udah mendingan." Ucap hana menatap keduanya
"Oke, lagian ibu juga udah nungguin aku pulang, kalo gitu aku pulang duluan ya." Pamit maya yang di angguki hana
"Dan kamu rom, awas kalo aneh-aneh." Lanjut maya memperingati romi membuat hana heran dengan maksud maya barusan, setelahnya maya melangkah pergi untuk pulang
"Aku tunggu kamu aja ya han takutnya kamu butuh bantuan aku kalo-kalo romi mau ke kamar mandi mungkin." Ucap mario beralasan, sebenarnya ia hanya tak ingin meninggalkan hana berduaan dengan romi, ia tak rela
Romi menggeleng pelan ke hana tanda tak setuju dengan usulan mario barusan.
"Gak usah mar, ini sebentar lagi juga kayanya romi baikan soalnya udah minum obat kan, kamu pulang aja gak papa." Tolak hana halus, ia tau maksud gelengan sahabatnya itu
"Terus nanti kamu pulang gimana?" Mario masih berusaha untuk tak meninggalkan keduanya bersama
"Aku udah bilang ayah, ayah lagi mau ke sini kok." Jawab hana, ia memang menghubungi ayahnya untuk datang
"Hmm...ya udah, kalo ada apa-apa kamu telfon aku ya." Pasrah mario, ia tak bisa memaksa lagi sekarang, itu justru akan terlihat buruk jika ia terus memaksa tetap berada di sana
Romi bersorak penuh kemenangan saat ini, melihat mario yang pergi, juga maya teman pengertiannya itu.
"Sekarang kamu istirahat ya rom, biar cepet baikan." Ujar hana bangkit dari duduknya
"Kamu mau kemana han?" Tanya romi yang melihat hana bangun dari posisi duduknya
"Mau naruh mangkok, sama mau nunggu ayah di depan, kayanya bentar lagi ayah sampe." Ucap hana
"Di sini aja han." Rengek romi
"Oke.." Hana pun mengiyakan keinginan romi dan kembali duduk
"Han, kenapa kamu ajak mario buat ikut kita pergi sih tadi." Tanya romi, ia hanya penasaran pada jawaban hana karna menurut romi seharusnya hana tau jika acara hari ini harusnya jadi acara kencan mereka setelah pengakuan perasaannya pada hana
"Kenapa emang rom?" Bukan menjawab hana justru kembali melemparkan pertanyaan pada romi
"Emmm....gak papa sih, cuma kan harusnya hari ini jadi kencan kita, tapi gagal." Murung romi
"Kencan?" Bingung hana
"Hmm..kencan, kan aku udah ngakuin perasaan aku ke kamu han, kamu lupa?" Makin murung saja wajah romi melihat reaksi hana
"Oh..enggak kok, nggak lupa, cuma aku gak tau kalo niat kamu mau ajak aku kencan, setau ku orang yang pergi ngedate itu bukannya kalo udah jalin hubungan ya rom, tapi kita kan enggak, jadi aku kira kamu ajak aku main kaya biasa makanya aku ajak mario juga." Jelas hana membuat romi tercengang, romi tak menyangka jika temannya itu sama sekali tak tau maksudnya mengajak keluar bersama
"Enggak han, kalo laki-laki ajak perempuan jalan berdua itu juga bisa di sebut ngedate atau PDKT, aku mau kamu liat sisi aku yang lain bukan sebagai sahabat kamu tapi sebagai seseorang yang suka dan punya perasaan ke kamu." Jelas romi
"Ahh...maaf rom, aku kurang paham tentang itu." Sesal hana, ia merasa tak enak, lagi pula ia ingin menyampaikan sesuatu pada romi harusnya hari ini
"Gak papa kok han, gak usah minta maaf, bukan salah kamu." Romi mengelus lembut pundak hana, setidaknya untuk mengurangi rasa tak enak yang hana rasakan
"Rom, sebenernya hari ini juga ada yang mau aku omongin ke kamu." Ucap hana setelah diam sejenak
"Ngomongin apa han?" Tanya romi penasaran
"Tentang perasaan kamu ke aku...." Hana menggantung kata-katanya di akhir
"Kenapa han? Kalo ada yang buat kamu gak nyaman gak papa ngomong aja." Romi seperti akan terkena serangan jantung sekarang setelah mendengar perkataan hana, rupanya hana mau membahas perihal perasaannya, namun romi berusaha setenang mungkin menanggapinya, ia tak mau hana tak nyaman ada di dekatnya
"Aku udah pikirin berulang kali dan aku rasa kita gak akan bisa lebih dari sahabat rom, maaf." Ucap hana, meski suaranya terdengar lirih namun masih terdengar jelas karna kamar romi yang sepi dan hanya ada mereka berdua di sana
"Boleh aku tau alasannya han?" Tanya romi, hatinya terasa sakit, tapi ia bisa menangani itu karna ia sudah menyiapkan mentalnya untuk kemungkinan terburuknya sebelum ia menyatakan perasaannya pada hana
"Alasan ya, aku gak tau apa ini juga termasuk alasan bagi kamu tapi yang jelas setelah hari kamu nyatain perasaan kamu ke aku, aku selalu mikirin kemungkinan-kemungkinan hari-hari yang akan kita lalui sama-sama ketika kita jadi pasangan." Hana menjeda ucapannya
"Tapi yang muncul dalam otak aku justru bukan kegiatan romantis layaknya pasangan pada umumnya, tapi selalu ada kita bertiga, setiap aku bayangin kamu pasti yang muncul selalu kita bertiga aku, kamu dan maya, main bareng, habisin waktu bareng, bercanda kesana kemari. Sekalipun, gak pernah rom aku bisa bayangin buat ada romansa di antara kita, aku udah anggap kamu sahabat aku, bahkan saudara aku, aku sayang kamu aku juga sayang maya tapi sayang aku layaknya sayang ke sahabat dan saudara rom, maaf aku gak bisa kasih lebih, kamu berhak sama orang yang bisa balas cinta kamu rom." Lanjut hana menjelaskan tentang perasaanya pada romi, ia tak mau menggantung sahabatnya itu terlalu lama, sahabatnya itu berhak mendapatkan cinta terbaik dan sebaiknya hana segera mendorong romi agar romi lebih cepat menemukan orang lain yang bisa saling mencintai dengan dirinya
Suasana mendadak hening setelah hana menyelesaikan kalimatnya, tak ada yang berniat membuka suaranya baik hana maupun romi, romi masih shock mendengar penolakan halus hana barusan.
"Rom, kamu marah?" Tanya hana pelan, ia sangat tak nyaman dengan atmosfer ruangan ini
"Ah..maaf, nggak kok aku gak marah han." Bibir tersenyum, hati sakit, dan batin menangis itulah yang romi rasa dan lakukan saat ini, ia tak mungkin dengan gamblang mengatakan jika ia sedih mendengar penolakan hana
"Soal tadi...." Gantung hana melihat raut wajah romi, hana tau ada gurat sedih di wajah sahabatnya itu, walaupun samar namun hana masih bisa menangkap itu
"Gak papa han, tapi aku mohon habis ini kita masih temenan kaya dulu ya han, aku gak mau nantinya kamu jadi canggung kalo ketemu aku atau kalo kita pas main bertiga." Ucap romi tulus
"Tentu rom, selamanya kalian itu temen aku kecuali kalo kalian duluan yang ninggalin aku."
"Ninggalin kemana sih han, aku aja lagi rebahan gini di atas kasur." Canda romi mencairkan suasana
"Hmm...dulu juga ada orang yang bilang gitu ke aku, tapi tau-tau orangnya malah pindah ke jepang kan ngeselin." Sindir hana
"Ya ampun, urgent han kondisinya, masih di bahas aja, sekarang kan aku udah balik ini." Jawab romi dengan wajah protesnya yang menurut hana lucu sehingga membuat wanita cantik itu tertawa pelan dan kembali membuat laki-laki di depannya itu terpesona
"Kalo kamu gini terus gimana aku bisa move on nya han." Gumam romi pada dirinya sendiri yang masih asik mengamati wajah cantik berseri milik hana
"Kenapa rom?" Tanya hana karna ia merasa mendengar romi mengatakan sesuatu barusan
"Enggak, ayah kamu kapan sampe?" Baru selesai dengan pertanyaannya kemudian terdengar suara bel rumah romi berbunyi
"Panjang umur, itu kayanya ayah, biar aku bukain dulu deh sekalian naruh mangkok bekas kamu makan tadi." Romi pun mengangguk setuju dengan perkataan hana kemudia hana pun perlahan jalan keluar kamar romi
Tak lama romi menunggu, hana pun kembali ke kamarnya, namun ia tak sendiri ada orang lain di belakangnya dan itu adalah mario, kehadiran mario sukses membuat mood romi makin buruk sekarang.
"Ternyata bukan ayah, tapi mario rom." Ucap hana
"Ngapain lo balik lagi." Ketus romi, entah kenapa ia tak bisa berbicara santai dengan mario
"Di suruh om buat jemput hana." Jawab mario, bagaimana pun ia harus jaga image di depan hana
"Katanya ayah yang mau jemput." Heran hana
"Oh, kebetulan pas aku sampe ke rumah kamu buat ambil mobil aku ketemu sama om, om bilang di ada urusan mendadak tentang kerjaan jadi om nyuruh aku." Jelas mario
"Ouh, maaf ya ngerepotin mar, kamu jadi harus bolak-balik gini kaya setrikaan." Ucap hana tak enak
"Gak papa kok han, santai aja." Ucap mario tersenyum, ia justru senang karna bisa menjemput hana
Setelahnya hana pun pamit untuk pulang karna romi bilang padanya jika ia sudah merasa lebih baik jadilah hana mengajak mario untuk pulang, tanpa hana tau jika sahabatnya itu memang butuh waktu sendiri untuk menerima kenyataan yang baru saja terjadi jika hana tak bisa untuk membalas perasaanya.