"Bapak gila ya!" sentak gadis itu.
"Iya, saya tergila-gila oleh kamu." bisikan serta kungkungan yang mampu membuat lawan bicaranya bergidik merinding.
Zander Wyat, menjadi orang gila hanya karena seorang gadis cantik berusia 19 tahun yang mampu membuatnya stres. Adik kecilnya mengacung tegak bahkan saat pertama kali bertemu dengan Leisha.
Kaburnya gadis itu membuatnya berupaya lebih keras bahkan hingga menjadi Dosen pengajar Leisha. Kenyataan pekerjaan sampingan gadis itu yang dipandang buruk dan terkesan negatif membuat Dosen satu ini memanfaatkannya agar bisa mendapatkan servis untuk adik kecilnya yang begitu mendamba Leisha.
"Ikut!"
"Ngapain?"
"Bercint*."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Olvi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DLTP
"Ehhh gue ada kabar terbaru cokkk!"
Siang-siang Leisha mendapati temannya menggosip secara terang-terangan dan keras di dalam kelas. Tidak mungkin tidak ada yang mendengar karena suara bak corong masjid itu membuat orang tidur pun terbangun.
"Loh! tumben udah dateng?" Mei Mei terkejut melihat temannya datang begitu awal.
"Pengen rajin aja," balas Leisha.
"Ternyata Pak Zander udah punya tunangan coyyy!"
Baik Leisha maupun Mei Mei menatap asal suara yang begitu keras sekali. Bahkan si penyebar berita tak menyadari bahwa dirinya menjadi pusat perhatian karena suara corongnya itu, atau lebih tepatnya karena topik yang dibawa terlalu hot!
"Lo tau dari mana?"
"Nyokap gue temenan sama nyokapnya pak Zander, di arisan sih bilangnya otw tunangan gitu! Baru-baru ini malah!"
Leisha mengalihkan pandangannya, menurutnya bukanlah berita yang penting. Bersyukur sekali jika itu benar, itu tandanya hidupnya akan kembali tentram! Tetapi dia tak sengaja melihat ekspresi Mei Mei yang tersenyum besar dan percaya diri.
"Kenapa senyum-senyum gitu?" tanyanya bingung.
"Eheheh, nggak papa. Pak Zander ke mana ya? Dari tadi aku keliling prodi sampai fakultas kok nggak ketemu sih!" gadis itu sedikit kesal tapi masih menunjukkan senyuman kesenangan yang terlihat sangat puas.
Tentu saja Leisha tak percaya, hidup bersama bertahun-tahun membuat dia memahami temannya. Perubahan Mei Mei terlihat sangat ketara sekali, apakah di kira dirinya tidak melihat perubahan itu? "Aneh," balasnya.
Namun securiga apa pun, Leisha tak pernah ikut campur urusan orang lain. Asalkan orang itu tak ikut campur dalam masalah hidupnya maka dia juga tidak akan mempermasalahkannya. "Aku cantik gak sih Sha?"
Gadis bermata sipit itu menatap poninya dan melihat riasannya yang masih on top. "Cantik kok, tambah cantik malah." puji Leisha jujur.
Karena menurutnya akhir-akhir ini Mei Mei jadi tambah cantik. Jika sebelumnya gadis itu malas dan tidak berminat menggunakan make up bahkan bedak sekalipun maka saat ini berbeda. Dia bahkan menggunakan make up lengkap yang sepertinya dirias oleh penata rias profesional.
Tapi setiap hari? Leisha tahu keluarga gadis itu kaya raya tapi dari pada menggunakan penata rias bukanlah lebih baik belajar? Padahal dia sering menawarkan hal itu tapi selalu ditolak. "Kalau gitu udah cocok ya sama pak Zander?"
"Cocok-cocok aja si," balas Leisha dengan wajah cengo.
"Selamat siang!"
Sebenarnya Mei Mei masih ingin banyak bercerita tapi kehadiran dosen mereka membuatnya terpaksa menghentikan cerocosannya.
Jam kuliah hari ini berjalan lancar seperti biasanya. Leisha melirik jam yang menunjuk angka pukul tiga sore. Karena jam akhir dosennya ada suatu kepentingan jadi mereka mendapatkan potongan tiga puluh menit. Karena itu ia berniat menggunakannya untuk pulang dan membersihkan diri dengan tujuan agar datang ke tempat kerja tepat waktu.
Namun lagi-lagi dosen killernya mengganggu, pria itu menarik paksa tangannya untuk dibawa ke ruangannya. "Lepas!"
"Bapak apa-apaan sih!" Leisha berhasil menarik tangannya setelah mereka tiba di ruangan pria itu.
Dia baru sadar kalau ruangan pria ini luas sekali, sepertinya tidak campur dengan dosen-dosen lain? Apakah dia dosen ekslusif? Tapi apakah ada? Dilihatnya juga Zander masih dosen baru. "Kenapa tidak menjawab pesan saya dari kemarin?"
"Saya sibuk!" balas Leisha.
Kata yang membuat keduanya mengingat suatu hal. Sebuah kejadian kelam yang mereka alami hanya karena kata sibuk. Leisha mendadak merasakan jantungnya berdetak kencang, Perlahan dirinya berjalan ke belakang namun Zander yang mengetahui niatan tersebut langsung mengukung tubuh gadis itu di sudut tembok.
"A-apa yang bapak lakukan!" meskipun gugup, Leisha masih berani melawan. Tangannya sejak tadi mencoba mendorong tubuh gagah, tegap, dan bidang milik pria itu yang begitu serasi jika di sandingkan dengannya tapi tidak jika dilawankan dengannya.
"Saya hanya ingin mendapatkan jawaban yang sebenarnya," Zander berbisik. Pukulan-pukulan serta dorongan Leisha sungguh tidak berarti apa-apa baginya karena memang tidak terasa.
"Ja-jawaban apa!?" Leisha sedikit menunduk tatkala tatapan tajam dan serius pria itu layangkan kepadanya.
"Kenapa tidak menjawb pesan saya?"
"Ka-karena saya malas!" Leisha berhasil keluar dari kungkungan dengan cara licik yakni menundukkan tubuhnya dan keluar dengan polos. Terlihat seperti anak kecil yang bermain.
"Bapak ini terlalu mengganggu saya! Saya juga punya kesibukan! Tidak selalu melihat handphone, kalau pesan bapak belum saya balas itu tandanya saya sibuk! Sudah, sekarang buka pintunya!" teriaknya dengan lantas.
Alasan yang cukup masuk akal. Leisha terkesan seperti jujur kalau dia malas membalas pesan dosennya sendiri meskipun disertai alasan-alasan lain asalkan dia bisa keluar dari ruangan mencekam ini! "Begitu?"
Zander yang awalnya menatap tembok kini membalikkan tubuh dan menatap Leisha dengan tatapan misterius. Melihatnya entah kenapa gadis itu jadi gugup, dia takut! Perlahan Leisha kembali mundur dengan tubuhnya yang gemetar.
Melihat pria itu kian mendekat dengan wajahnya yang misterius, Leisha berjongkok menutupi wajahnya dan menangis histeris. "Ampun! aku nggak mau! lepas!"
"Aku nggak mau! Jahat!"
Nafas Zander tercekat, dia tak menduga Leisha akan bersikap seperti ini. Dia bisa mendengar kalimat yang diucapkan gadis itu sama persis ketika dia memperkosanya dua tahun yang lalu. "Sweety, dengarkan aku."
Zander perlahan mendekati dengan hati-hati, suaranya berubah menjadi lembut apalagi tatapannya yang kembali menghangat "Aku tidak melakukan apa pun sayang, sudah jangan menangis hm?"
"Aku tidak melakukan apa pun, lihat lah? Aku akan membuka pintunya, ini kuncinya. Kau mau membukanya sendiri?" dia menunjukkan kunci yang ia raih dari saku celana.
Zander ikut berjongkok dan mencoba memeluk tubuh Leisha yang bergetar karena menangis dan takut. "Aku di sini, Sweety."
"Maafkan aku ya?"
"Tidak apa-apa, Sweety."
Hingga beberapa menit kemudian Zander sudah tidak merasakan adanya getaran, suara tangisan juga sudah mereda. Leisha perlahan menjauhkan tubuh mereka yang semula berpelukan rapat. "Mana kuncinya?" setelah tenang yang dicari justru kuncinya, Zander menghela nafas lalu menyerahkan kunci itu.
"Jangan lupa jawab pesanku jika tidak ingin mengalami hal ini lagi," teriak Zander sebelum Leisha meninggalkan ruangan ini.
Sementara Leisha tak memerdulikannya dan memiliki berlari agar cepat keluar dari ruangan bak neraka ini. "Aku bisa terlambat jika tak segera pulang!"
Malamnya Leisha datang tepat waktu sesuai yang diminta oleh Nancy, dia mendapatkan seragam baru yang menurutnya lumayan nyaman meskipun miliknya terlalu ngepres karena tubuhnya yang pulen jika dibandingkan pekerja yang lain. "Lakukan seperti ini, jangan sampai membuat pelanggan marah oke?"
Selama pembelajaran dua jam pun Leisha hanya menganggukkan kepala, dirasa tidak terlalu memberatkan maka dia bekerja dengan begitu baik. "Lo wanita baru di sini?" Pelanggan pria penuh tato di lengannya menatap Leisha dengan menyipit.
"Iya," Leisha hanya membalas sekenanya saja.
"Pantas aja gue baru lihat, tapi kok lo keliatan nggak asing." pria itu meneliti pakaian Leisha, namun terlalu fokus pada wajah gadis di hadapannya yang menggunakan topeng.
"Mungkin anda salah orang," sanggah Leisha, dia memilih segera keluar dari ruangan ini setelah mengantarkan pesanan.
Dari ruang sini beralih ke ruang sana, gadis itu terlihat tidak lelah dengan pekerjaanya yang tak pernah duduk sejak tadi. "Kau cantik sekali!"
Hal itu terjadi berulang kali, dia mendapatkan banyak pujian kata cantik dari banyak pria seperti yang ia dapatkan di dunia luar. Sudah menjadi hal biasa baginya mendapatkan pujian kata cantik. Beruntung di hari kerja yang pertama untuknya tidak ada kejadian yang negatif, Leisha masih menikmati pekerjaan ini.
Tepatnya pukul dua belas malam dia baru mengganti pakaiannya di ruang ganti dan pulang, sangat beruntung sekali rumahnya hanya berjarak dua kilometer dari sini, pulang malam pun tak terlalu jauh meskipun sedikit takut.
Anak perempuan pulang malam-malam! Begitulah yang akan dibicarakan orang, tapi beruntung juga dia tinggal di sebuah perumahan yang tingkat privasi dan bodo amatnya sangat tinggi. Dia merebahkan tubuhnya dengan lelah tanpa membuka handphonenya sama sekali karena ketika jam kerja dimulai dia tidak diperbolehkan membuka barang itu.
Hanya sejenak membukanya untuk memesan ojek online, dia juga tak sempat membuka aplikasi chating sehingga kali ini dia masih tidak menjawab pesan Zander meskipun dengan tanpa sengaja.
"Kenapa menaklukanmu sulit sekali, Sweety?"
hati2 leisha...