zayn malik seorang mahasiswa di salah satu universitas ternama di kota bandung . lelaki yg kerap di panggil malik itu harus menikahi seorang gadis SMA yg masih suka main-main dan sulit di atur.
kalau bukan karena permintaan terakhir Sang ayah , gadis yg bernama zahartunnissa tidak akan menerima perjodohan dengan seorang lelaki yg tidak ia sukai.
akan kah keduanya sama-sama bertahan atas pernikahan ini?
gimana cerita selanjutnya? yuk baca kisah nya di novel ku ini ya, selamat membaca 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Masrifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 10
Wajah kesal zahra melunak ketika turun dari mobil dan melihat rival. Gadis itu tersenyum dan menerima uluran tangan rival yang ingin mengenggam nya.
Di dalam mobil, malik hanya diam memperhatikan mereka pergi masuk ke dalam mall. Malik awalnya memang hanya ingin mengantar saja, tapi ia merasa tidak tenang dan memilih mengikuti istrinya secara diam-diam.
Malik berjalan jauh di belakang zahra dan rival. Mereka berdua layaknya remaja pada umumnya yang bercanda, bergandengan tangan, tertawa bersama. Bahkan mereka sempat masuk ke toko boneka, rival sempat memotret zahra yang memegang boneka beruang lalu memakaikan bandana kelinci di kepalanya untuk gadis itu.
Zahra terlihat bahagia, tawanya sangat lepas, hal itu membuat malik benar-benar merasa bersalah.
Gadis sebahagia zahra bersama pacarnya harus terjebak dengan pernikahan yang tidak di inginkan .
Malik juga belum terbiasa dengan Pernikahan ini, tapi setidaknya ia tidak terikat dengan perempuan mana pun membuat malik mungkin lebih mudah menerima status barunya sebagai seorang suami.
Malik kembali melangkah mengikuti zahra masuk ke dalam bioskop setelah ia membeli tiket bioskop dan menanyakan ke penjual tiket itu dimana tempat duduk zahra dan rival.
Lelaki itu melangkah menuju tempat duduknya seraya menunduk, walaupun sudah pakai topi dan masker, ia masih khawatir zahra mengenalinya.
Malik duduk di belakang zahra, tadinya ia ingin memesan tiket di Kursi samping gadis itu, tapi khawatir zahra mengetahuinya.
Zahra terlihat sedang makan pop corn bersama rival, malik yang berada di belakang mereka hanya memperhatikan mereka dan berharap zahra tidak menoleh kebelakang.
Film di mulai, malik melihat rival mengenggam erat tangan gadis itu bahkan zahra secara terang-terangan bersandar di pundak rival. Malik memasang ekspresi datar, tapi sebenarnya ia ingin sekali menarik tangan zahra agar pergi dari bioskop ini.
Dan hal yang melewati batas adalah rival tiba-tiba mendekati Zahra dan mencium gadis itu. Spontan malik berdiri, menghampiri zahra dan menarik tangan gadis itu hingga membuat keduanya terlonjak kaget.
" Kak malik.. "
Semua penonton yang ada di klab langsung memusatkan pandangan mereka ke arah malik, zahra dan rival.
" Jangan mentang-mentang di sini gelap, lo bisa berbuat seenaknya! "
" Zahra, dia siapa? "
" Kak malik, apa-apaan sih! zahra berusaha melepaskan cengkeraman tangan malik tapi malik memegang erat tangan gadis itu.
" Lo engga perlu tau gue siapa, lo masih SMA, belajar yang benar, bukannya mau ngerusak anak orang!! "
" Maksud lo apa ngomong kaya gitu!! " Rival yang tidak terima dengan perkataan malik, dia menghampiri lelaki itu, zahra berusaha menjadi penengah dengan berdiri di tengah-tengah mereka.
"Udah, cukup!! "
Para penonton yang lain kini lebih tertarik dengan keributan mereka di bandingkan film yang masih berlangsung.
"Zahra, dia siapa? " Tanya rival kembali.
" Ini kak malik, sepupu aku! "
Malik masih menatap tajam rival seakan tidak Terima dengan apa yang di lakukan rival barusan.
" Pulang"! Malik menarik tangan zahra, setengah menyeret gadis itu untuk keluar dari bioskop.
Di perjalanan menuju pulang ke rumah, keduanya di selimuti keheningan di dalam mobil, zahra nampak menangis karena malu dengan penonton yang lain tadi sementara malik melampiaskan amarahnya dengan mencengkram stir mobil dengan kuat.
Ketika mobil berhenti di garasi, zahra segera keluar dan berlari masuk ke dalam rumah.
" Zahra! " Teriak malik berlari menyusul gadis itu.
Zahra segera ke kamar dan mengunci pintu kamarnya, dia duduk bersandar di pintu kamarnya seraya menangis.
Malik menggedor pintu kamar zahra.
" Zahra, lo terlalu berharga buat di perlakukan kaya gitu sama dia! Lo engga pantas menerima itu apa lagi dia bukan suami lo! "
" Gue malu kak, gue malu sama orang-orang di sana, lo negur gue kaya gitu di depan banyak orang! " Sahut zahra dengan menangis.
"Terus gue harus ngebiarin lo? Kalau dia macem-macem gimana hah! "
Zahra dengan kesal menghapus air matanya dan berdiri lalu membuka pintu kamarnya.
" Rival engga kaya gitu, kak! "
" Zahra lo masih ngebela dia? " Sorot mata malik terlihat kecewa, zahra seperti sulit mengerti apa maksudnya.
" Dia masih anak SMA dan udah berani nyium lo di tempat umum, walaupun lampu bioskop mati, engga seharusnya dia ngelakuin itu! "
" Kak, lo udah janji ga bakalan ikut campur urusan gue sama rival! "
Malik menghela nafas kecewa Menggelengkan kepalanya.
" Pantes, sebelum pergi ayah adit nyuruh lo nikah sama gue. Kalau engga ada gue, lo udah salah arah, zahra!!! Lo udah jadi cewek nakal!! Mungkin lo udah hamil duluan!! ".
PLAKKK
Sebuah tamparan keras melayang ke wajah malik. Zahra menunjuk wajah malik dengan amarah.
" Jaga mulut lo! "Zahra membanting pintu kamarnya dengan keras, kecewa dengan kalimat yang di lontarkan malik.
***
Pikiran malik kalut, bahkan saat dosen tengah menjelaskan pun dia hanya diam, melipat kedua tanganya di dada dan melamun.
Bayang-bayang kejadian kemarin masih berputar di benaknya.
Malik mempertanyakan kepada dirinya sendiri, apakah sikapnya kemarin keterlaluan kepada zahra sampai membuat gadis itu marah kepadanya, tadi pagi pun mereka tidak bertegur sapa dan zahra tidak mau sarapan.
" Lik.. "Panggil reno.
reno. yang duduk di sampingnya. Malik menoleh
"Lo kenapa ngelamun? "Tanya reno dengan nada berbisik agar tidak terdengar oleh dosen di depan mereka. Malik menjawab dengan gelengan kepala.
"lo lagi mikirin utang pinjol ya ? "
Malik langsung menghunus tatapan tajam pada reno tapi reno malah tertawa. Malik menghela nafas, penjelasan dosen pun tidak masuk ke otaknya, ia malah menelungkupkan wajahnya di meja dengan tangan yang di jadikan bantalan. Untung saja meja malik ada di belakang.
Saat kelas selesai, ali dan rangga masuk menghampiri malik ke kelasnya . Karena kebetulan mereka beda jurusan, ali mengambil jurusan PGSD(pendidikan Guru sekolah dasar) rangga fakultas enghlish sementara malik dan reno mengambil ekonomi manajemen bisnis.
"Lik, gimana? Jadi engga ke gunung? " Tanya ali sebab malik belum memberikan jawaban.
" Loh, kalian mau ke gunung ? Ikut dong! " Jawab syahrul.
" Lo engga di ajak! " Canda rangga.
"Kecuali kalau malik ikut, lo boleh ikut! " Sambung ali.
reno langsung merengek pada malik seperti anak kecil.
"Lik... Ikut dong plis" reno sampai menggoyang-goyangkan lengan malik.
Malik berdecak seraya mendongak.
"Ya udah kumpul di warung bi ijah, gue mau ngajak teman-teman SMA gue sekalian"
"Nah gitu dong! " Ucap ali senang. reno sampai mengepalkan tangannya di udara saking senangnya.
Zahra memang belum memberi jawaban apa malik boleh ke gunung atau tidak. Tapi malik rasa ia butuh waktu untuk menenangkan diri. Jadi ia memilih untuk pergi.