NovelToon NovelToon
Love Stalker Syndrome

Love Stalker Syndrome

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / CEO / One Night Stand / Bad Boy / Office Romance
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Tyarss_

Milan selalu punya ide gila untuk selalu menggagalkan pernikahan Arutala. semua itu karena obsesinya terhadap Arutala. bahkan Milan selalu menguntit Arutala. Milan bahkan rela bekerja sebagai personal asisten Arutala demi bisa mengawasi pria itu. Arutala tidak terlalu memperdulikan penguntitnya, sampai video panasnya dengan asisten pribadinya tersebar di pernikahannya, dan membuat pernikahannya batal, Arutala jadi penasaran dengan penguntitnya itu, ia jadi ingin lebih bermain-main dengannya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tyarss_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Better Than Before

Bangun dengan kepala yang masih terasa berat dan pening yang melanda, adalah hal yang paling di benci Arutala. itu lumayan mempengaruhi moodnya selama seharian nanti.

"Ouh.. shit!!" ia mengingat segelas vodka yang ia minum semalam. Padahal sudah tau jika ia lemah soal minuman. Masih saja nekat. Ini semua karena Milan. Pikiran Arutala sedari semalam selalu mengarah ke wanita itu. Ia kesal ketika melihat ketidakberadaan Milan di restoran. Seharusnya wanita itu menunggunya hingga selesai.

Arutala meregangkan otot-otot tubuhnya. Pegal sekali rasanya. Terlintas di otaknya siapa yang membawanya pulang? Ia lalu mencari keberadaan ponsel miliknya. Melihat ke atas nakas samping ranjang. Nihil. Arutala tidak melihat ponselnya di sana. Ia lantas keluar kamar.

Mendapati Milan yang sibuk menyiapkan coffi untuknya. Ah iya, Arutala lupa jika dia menyuruh Milan untuk mengambil ponselnya karena pria itu malas dengan telpon di pagi hari.

"Selamat pagi Pak Aru." Sapa Milan. Menaruh secangkir coffi di depan Arutala.

Arutala terus melihat Milan secara terang-terangan. Tapi yang ditatap merasa tidak terintimidasi sama sekali. Bahkan dengan santai Milan melanjutkan aktifitasnya. Membuka tabnya lalau menjelaskan pada Arutala apa saja janji temu Arutala pada hari ini.

".. jadi, ada yang di tanyakan Pak?" tanya Milan setelah selesai.

Apa yang di ucapkan Milan sama sekali tak masuk di otak Arutala. karena pria itu terlalu larut memperhatikan wanita itu. Yang tampak begitu santai.

"Siapa yang membawaku pulang kemari?" tanya Arutala.

"Saya. Semalam Pak Aru menelpon saya. Dan menyuruh saya datang."

Jadi benar prediksi Milan, Arutala tidak ingat dengan kejadian semalam. Arutala tidak terlalu terkejut. Ia hanya mengangguk saja.

"Bagaimana dengan kencan Pak Aru semalam."

Dalam hati Arutala berdecih. Milan pemain yang handal. Seolah ia tidak tau padahal ia sudah merencanakan semuanya.

"So bad. Perlu kau ingat Milan, aku tidak suka pada wanita yang bermain dengan banyak lelaki. Dan Camila salah satunya. Black list dia." Arutala bertopang dagu. Menyesap coffi buatan Milan. Tatapannya masih tidak lepas dari Milan. Milan yang semalam ada restoran berbeda dengan Milan yang ia lihat sekarang. Jujur ia suka melihat Milan tanpa kacamata.

"Baik Pak. Apa Pak Aru mau mencoba dengan wanita yang lain lagi?" tawar Milan.

"Mmm.." cukup lama Arutala berpikir. "Boleh. Kau pilihkan lagi untukku. Tapi yang kali ini harus tidak memiliki scandal apapun."

"Baik Pak." Milan kembali fokus pada pekerjaanya. Membalas email yang masuk mewakili Arutala.

"Milan, cancel semua jadwal meeting saya. Hari ini saya ingin berkerja di rumah saja." Kata Arutala memberi perintah.

"Baik Pak. Saya akan menghubungi Tjo lebih dulu." Milan pamit sedikit menjauh. Melakukan panggilan dengan Tjoanda.

Alasan Arutala memilih untuk melakukan work form home karena kondisinya yang masih sedikit pusing. Itu akan lumayan mengganggu pekerjaannya.

Arutala mengambil langkah menuju ruang kerja. Membuka laptop miliknya.

Satu ketukan di pintu membuat Arutala melihat si pelaku. Milan berdiri di ambang pintu. Sungkan untuk masuk tanpa memberi tau terlebih dulu.

"Masuk saja Milan."

"Pak, saya sudah mmeberitahu Tjo. Dan dia akan mengirimkan beberapa file yang harus Pak Aru cek untuk hari ini." Jelasnya.

Arutala hanya mengangguk saja tanpa melihat ke arah Milan. Ia sedang tidak dalam mood yang baik hari ini. Sepertinya Milan cukup sadar akan hal itu.

"Apa ada yang bisa saya bantu Pak?" tawar Milan.

Mendengar tawaran dari Milan membuat Arutala menaikkan pandangannya. Tentu saja ada yang bisa Milan bantu. Dan itu cukup intim. Arutala menarik sudut bibirnya.

"Tentu saja ada. Tapi kau mau melakukannya?"

"Akan saya lakukan semampu saya Pak." Merasa tidak ada yang aneh, Milan mengiyakan saja.

"Kiss me." Ujar Milan. Tatapannya menggelap. Menanti reaksi Milan yang terlihat terhenyak mendengar ucapannya.

"Itu di luar dari tugas saya Pak?" tolak Milan dengan Halus. Tentu saja Milan masih memiliki otak waras untuk menolak ajakan Arutala.

Arutala menyandarkan punggungnya pada kursi. Benar-benar memiliki ego yang tinggi wanita di hadapannya ini.

"Jujur saja Milan, apa kau tidak tertarik melakukan one night stand dengan ku Milan?" Arutala sungguh penasaran. Untuk itu ia memilih secara terang-terangan bertanya. Entah bagaimana citranya setelah ini di mata Milan.

"Maaf Pak. Percakapan kita ini keluar dari konteks kerja." Lagi, Milan dapat menghindar dengan sopan.

"Iya lalu? Saya suka keluar dari jalur. Saya tertarik padamu Milan." Ungkapnya.

Milan tercengang. Bagimana bisa? Ini di luar dari prediksinya. Bukan ini yang ia harapkan. Ia menyamar menjadi asisten Arutala semata-mata untuk berada di samping pria itu saja. Memastikan tidak ada wanita manapun yang dekat dengan miliknya. Setidaknya sampai Milan merasa puas. Dia sama sekali tidak ada niat membuat Arutala tertarik padanya.

"Tapi saya tidak tertarik Pak. Tolong jangan membuat saya mengurangi rasa hormat saya terhadap Pak Aru."

Tidak ada yang bisa Arutala lakukan lagi. Wanita di depannya ini memiliki pertahanan yang sangat kuat.

"Okay, lupakan kata-kata ku tadi Milan. Tetaplah di ruangan ini, duduklah di sofa. Aku akan memanggilmu ketika membutuhkan bantuanmu."

Milan menurut. Toh dia juga merasakan pegal di kakinya karena banyak berdiri. Dia duduk dengan nyaman. Sambil membuka tab miliknya. Menghubungi Tjo, kali saja ada yang bisa dia kerjakan dari sini.

Ruangan itu begitu hening. Hanya terdengar bunyi ketikan dari keyboard Arutala. Milan cukup pendiam. Sial! Otak Arutala tidak bisa bekerja saat ini. Ia menghentikan pekerjaanya sejenak. Menunduk dalam sambil menghela napas. Apa yang membuat Arutala begitu tertarik dengan Milan. Sepertinya dia harus menggunakan satu cara. Membayangkannya membuat Arutala tersenyum. Kemudian kembali melanjutkan pekerjaanya.

Milan menaikkan kaca matanya. Ia mengamati dalam diam Arutala yang fokus bekerja. Syukurlah Arutala tidak mengingat ciuman panas mereka semalam. Jadi dia masih bisa membangun citra dirinya sebegai wanita yang tidak mudah tertarik dengan pesona pria itu. Milan akan memaklumi perkataan Arutala tadi, mungkin saja Arutala memang memerlukan seorang wanita untuk menuntaskan hasrat pria itu.

Semalam Milan hampir tidak bisa tidur. Memorinya masih menangkap dengan jelas bagaimana Arutala dengan liar menciumnya. Dan itu mengganggu sekali. Alhasil Milan hanya memiliki waktu tidur selama dua jam. Sekarang dia mulai mengantuk. Perlahan ia mulai memejamkan mata. Merasakan kantuk yang menyerangnya. Dalam sekejap Milan terlelap.

Melihat pemandangan indah di depan matanya, Arutala tentu tidak ingin melewatkan ini. Ia mendekat memperhatikan Milan dengan jarak terdekat. Milan memiliki paras yang cantik. Arutala akui itu.

Jika Milan terobsesi padanya, maka begitu sebaliknya. Arutala juga terobsesi pada bibir Milan. Ia ingin merasakannya. Ia mengikis jaraknya, semakin dekat hampir menempel namun gagal akibat Milan yang bersuara.

"Jika Pak Aru berani mencium saya saat tertidur, saya akan menganggap ini sebagai pemerkosaan."

Bukannya takut, Arutala justru tekekeh. Ia mulai menarik tubuhnya menjauh. "Sebagi bawahan kau terlalu berani Milan. Seolah kau bukan wanita biasa." Ujar Arutala sengaja menyentil latar belakang wanita itu.

Sial, Milan tersadar. Ia sudah kembali bangun dari tidurnya yang teramat singkat.

"Maaf Pak Aru. Saya hanya melindungi diri saya atas hak perlindungan dari pelecehan. Lagi pula, ini salah Pak Aru sendiri. Kenapa begitu bernafsu sekali terhadap saya."

Arutala merasa tertohok. Meski sebenanya memang benar. Ia bernafsu untuk meniduri Milan.

"Aku tidak akan pernah melakukan pelecehan terhadap karyawan saya Milan. Ingat itu."

"Oh benarkah? Lalu yang barusan tadi apa?"

"Yaa.. pengecualian untukmu."

"Pak Aru ga boleh gitu dong. Harus menyamaratakan. Saya ini juga karyawan bapak." Sungut Milan.

"Kalau begitu bagaimana kalau kamu jadi patner ku saja?" Arutala semakin gencar menggoda Milan. Lihatlah wajah wanita itu yang sudah memerah.

"Ga!! Jangan gitu ya Pak. Saya rasa pak Aru sudah gila. Saya ijin keluar dari ruangan ini. Pak Aru harus merenung dengan sikap bapak ini." Milan keluar setelah hampir setengah menahan kemarahan dalam dirinya.

Satu fakta lagi tentang Arutala yang harus Milan catatat. Arutala gila. Sangat Gila. Ternyata selama ini Milan hanya tau tentang cover Arutala dari luarnya saja.

1
Irma Wati Jelita
kk episode pelit ☺️3 gtu. dong kk
sagitarius: mau gitu, tp nunggu dapet libur kerja dulu yaa😊
total 1 replies
Irma Wati Jelita
kpn up lg kk
sagitarius: besok akan di up yaa
total 1 replies
Risa Koizumi
TERBAIK! Itu aja yang bisa aku bilang, bagus banget storynya! 🙌
sagitarius: Makasih banyakk🫶🏻🫶🏻
total 1 replies
Alphonse Elric
Mantap betul!
Sun Seto
Terselip kebijaksanaan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!