Ni Komang Ratri, yang akrab disapa Komang itu begitu terpuruk saat penginapannya hampir bangkrut, bahkan nyaris ia kehilangan penginapan yang juga tempat tinggalnya itu.
Namun tanpa diduga Edgar Marvelo yang saat itu menjadi tamu tak terduga di penginapannya itu tertarik pada kecantikan Komang, taipan bisnis kaya raya itu bahkan berjanji akan melunasi semua hutangnya, jika ia mau menjadi wanita pendamping bagi Edgar selama sebulan di Yach.
Akankah Komang mampu menghindar dari pesona Edgar yang dikenal sebagai Casanova itu??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dita feryza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#10 Komitmen
Bus Trans Metro Dewata itu kini membawa Komang pergi dari Canggu menuju Denpasar, dalam balutan setelan celana panjang kain yang sedikit Kumal Komang berharap kepergiannya ini akan menjawab sejuta pertanyaan di hatinya kepada Edgar.
Kemacetan yang terjadi membuat perjalanan memakan waktu sekitar empat jam, biasanya jika tidak macet mungkin hanya ditempuh satu setengah jam saja, ini membuat Komang benar-benar lelah.
Hingga akhirnya Komang telah sampai disebuah bangunan tinggi berlantai tiga, dibangunan itu terdapat tulisan 'Edgar Enterprise' yang begitu besar, Komang tidak menyangka kantor Edgar begitu besar dan tinggi.
Didepan kantor Edgar, Komang harus melewati beberapa satpam, tidak mudah melewati para satpam itu, karena mereka mengira bahwa Komang adalah wanita dari badan amal yang ingin meminta sumbangan.
Barulah ketika Komang mengatakan identitas aslinya sikap satpam itu berubah, dia terlihat menelepon seseorang dan seketika Komang diperbolehkan untuk masuk bahkan diantar sampai pintu depan bangunan berlantai tiga itu.
Setelah berada di tempat resepsionis, kini Komang kembali tarik urat dengan seorang wanita muda dengan wajah indo yang mengaku sebagai sekretaris dan bersikap bagaikan anjink penjaga.
Dengan penuh tekad wanita itu mencari tahu urusan Komang bahkan sebelum mempertimbangkan permintaan Komang untuk bertemu atasannya.
"Apa urusan anda datang kemari mencari bos besar? Bahkan mengaku-ngaku mengenal bos besar?" cela sekretaris itu dengan pongah.
Dengan sangat jengkel Komang akhirnya mengakui bahwa Edgar membeli rumahnya dan ia ingin mendiskusikan masalahnya dengan pria itu, dan sang sekretaris judes itu akhirnya melepaskan Komang lalu meminta seorang satpam untuk mengantarkannya ke ruangan bos mereka.
Komang benar-benar mengeluh dalam hatinya, sikap ramah tamah memang tak berlaku di tempat ini, atau mungkin penampilan adalah tolak ukur dari sebuah pelayanan yang baik.
Ketika Komang akhirnya mencapai penerima tamu dilantai teratas pada blok perkantoran mengagumkan yang hanya Komang lihat di film-film sebelumnya ia bertemu dengan wanita pirang mempesona berwajah Skandinavia menghampiri dirinya.
"Aku Katrin, aku adalah asisten pribadi tuan Edgar," ucap wanita pirang itu pada Komang.
keingintahuan Katrin pada Komang memang tidak disembunyikan lagi. "Jadi, kau adalah Ni Komang Ratri dan Tuan Edgar memiliki rumahmu," katanya agak ketus. "Bagaimana itu bisa terjadi?"
"Aku tidak tahu," balas Komang. "Tapi aku disini untuk mencari tahu."
Katrin kembali menatap Komang dengan pandangan menilai, mata biru cerahnya menyorot dingin.
"Jangan terlalu lama, dia ada janji lain sepuluh menit lagi." ucapnya tak kalah sinis dari sekretaris barusan.
Komang mengertakkan gigi kuat-kuat sebagai jawaban. Komang mengusapkan tangannya yang gugup ke pahanya yang kurus untuk mengeringkan telapak tangannya yang lembab.
Saat Komang memasuki ruangan Edgar, seketika Komang terkejut melihat ruangan Edgar yang sangat luas dan minimalis, mungkin jika diukur, luas ruangan Edgar ini setengah dari tempat tinggal Komang di Canggu.
"Komang.... Senang melihatmu disini," ucap Edgar saat melihat Komang membuka dan memasuki ruangannya itu.
Dimata Komang, Edgar terlihat berbeda dari pertama kali ia melihat pria itu. Edgar begitu gagah dengan pakaian formalnya bahkan lebih karismatik.
Komang mengerjap bingung melihat senyuman ramah yang tidak ia duga, kehangatan menjalar di sekujur tubuh Komang, rasa aman yang mengganggu membuatnya tetap diam.
"Tentu saja aku berada disini, pilihan apa yang kau berikan kepadaku? Kau membeli rumahku!" ucap Komang tanpa basa-basi.
"Semua sudah diselesaikan. Secara teknis, aku kini memiliki rumah yang sudah tersewa." jawab Edgar begitu licin. "Seorang tuan rumah tentunya lebih tidak menakutkan dari pada prospek tidak memiliki rumah dan ancaman dari juru sita yang akan memindahkan barang-barang mu dan menjualnya."
Peringatan Edgar akan kondisinya yang mengerikan sebelum pria itu turun tangan seperti balik besi yang menahan kemarahannya yang tidak terkendali.
"Mengapa kau melakukannya?" desak Komang, kaku.
Edgar hanya mengedikkan bahunya, sungguh Komang begitu benci karena pria itu ikut campur masalahnya, namun Komang juga bimbang karena ia kini terhindar dari para penagih hutang.
"Sebaiknya kau duduk dahulu," Edgar menunjukkan sebuah sofa kulit di sudut ruangan itu. "Aku akan memesankan minum untukmu."
"Itu tidak perlu, kau harus menjelaskan semuanya kepadaku." tukas Komang dengan geram.
"Aku hanya ingin membantumu, hanya itu."
"Aku akan mengganti semua uang yang telah kau keluarkan!" tegas Komang.
"Aku tak butuh balasan, aku hanya ingin membantumu Komang, bisakah kau hanya mengucapkan terimakasih kepadaku?"
"Baiklah, aku ucapkan terimakasih kepadamu, tapi aku tak mau punya hutang Budi terhadapmu."
"Kau cukup jadi wanita pendamping ku, itu sudah cukup bagiku." ucap Edgar dengan mantap.
"Sudah ku duga, aku tak akan mungkin tiba-tiba mendapat sebuah kebaikan dari mu jika tidak ada maksud tertentu." ujar Komang.
"Dengar kan aku, kau hanya menjadi wanita pendampingku saat aku berada di atas Yacht(kapal pesiar)ku selama sebulan ketika aku melakukan perjamuan lintas Nusantara bersama kolega-kolegaku," Edgar berjalan mendekati Komang. "Setelah itu aku anggap tidak ada hutang diantara kita dan tempat tinggal mu akan kembali menjadi hak paten untukmu."
Komang bergidik mendengar ucapan Edgar, selama sebulan diatas Yacht sama saja dengan sebuah liburan mewah, bisa berjalan-jalan ke pulau manapun Yacht bersandar, apakah Edgar sudah gila?
Tapi Komang tak sepenuhnya percaya dengan ucapan Edgar, ia harus berhati-hati dengan pria dihadapannya ini, Edgar adalah pria licin yang pernah Komang kenal.
"Mengapa kau lakukan ini kepadaku? Apakah kau punya maksud terselubung terhadap ku?" tegas Komang.
Edgar sedikit terkejut dengan ucapan Komang, selama ini tak ada wanita yang menolak untuk diajak liburan mewah bersamanya terlebih mereka akan berlomba-lomba untuk menjadi wanita Pendamping bagi dirinya, sedangkan Komang, sungguh wanita luar biasa yang Edgar kenal selama ini.
"Aku tak ada sedikitpun memiliki niat terselubung, ku akui kau adalah wanita cantik yang pernah kutemui, jika aku mau, aku lebih suka membawamu ke tempat tidurku, namun aku memilih untuk menghargaimu." tegas Edgar.
"Tapi aku tak bisa," tegas Komang, seakan ada sesuatu yang tak bisa Komang ungkapkan.
Edgar begitu heran, dia hanya meminta Komang menjadi wanita pendamping dan akan difasilitasi kemewahan selama di atas yacht, tapi seakan-akan Edgar akan membawa Komang kedalam penjara.
"Mengapa? Apa alasanmu? Apa kau tak percaya kepadaku?" selidik Edgar.
"Kau tak akan mengerti, betapa aku selalu menjaga citraku, terlebih aku memiliki seorang adik perempuan," Komang mulai merasakan sesak di dadanya ketika mengingat sang adik.
"Aku paham maksud mu, kau tak akan begitu mudah menerima uluran lelaki, sebelum ada komitmen." tebak Edgar. "Jika itu yang menjadi permasalahan nya..." Edgar berhenti sejenak, "Aku akan menikahi mu."
Bersambung......