NovelToon NovelToon
Mas Kapten, Ayo Bercerai!

Mas Kapten, Ayo Bercerai!

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:277.8k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Lima tahun lalu, malam hujan hampir merenggut nyawa Kapten Shaka Wirantara.
Seorang wanita misterius berhelm hitam menyelamatkannya, lalu menghilang tanpa jejak. Sejak malam itu, Shaka tak pernah berhenti mencari sosok tanpa nama yang ia sebut penjaga takdirnya.

Sebulan kemudian, Shaka dijodohkan dengan Amara, wanita yang ternyata adalah penyelamatnya malam itu. Namun Amara menyembunyikan identitasnya, tak ingin Shaka menikah karena rasa balas budi.
Lima tahun pernikahan mereka berjalan dingin dan penuh jarak.

Ketika cinta mulai tumbuh perlahan, kehadiran Karina, gadis adopsi keluarga wirantara, yang mirip dengan sosok penyelamat di masa lalu, kembali mengguncang perasaan Shaka.
Dan Amara pun sadar, cinta yang dipertahankannya mungkin tak pernah benar-benar ada.

“Mas Kapten,” ucap Amara pelan.
“Ayo kita bercerai.”

Akankah, Shaka dan Amara bercerai? atau Shaka memilih Amara untuk mempertahankan pernikahannya, di mana cinta mungkin mulai tumbuh.

Yuk, simak kisah ini di sini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. Sekali lagi kau lebih percaya dia dari pada aku!

Amara berdiri di ambang pintu, masih mengenakan mantel panjang berwarna abu gelap, wajahnya sedikit pucat setelah perjalanan panjang, tapi sorot matanya tajam dan fokus. Tatapan itu langsung tertuju pada Shaka, bukan pada Karina, bukan pada pria asing di sisi meja namun pandangannya hanya pada Shaka.

“Kapten Wirantara,” ucapnya datar, nada suaranya tegas namun mengandung ketenangan yang khas.

“Aku datang untuk membicarakan sesuatu yang mendesak. Ini soal keamanan penerbangan di bawah naungan Wirantara Air.”

Karina sontak menyela dengan nada sinis.

“Keamanan penerbangan?” ia tertawa pelan. “Mbak Amara, setahu aku, posisi kamu hanya Ketua Pramugari, bukan bagian IT, apalagi keamanan. Jadi … untuk apa repot-repot mengurus hal di luar bidang Anda?”

Amara menatap Karina datar. “Karena sistem keamanan yang kamu banggakan itu sedang dalam kondisi kacau. Jika tidak, mana mungkin sinyal frekuensi pesawat bisa dilacak oleh pihak luar tanpa terdeteksi?”

Karina memucat seketika. Shaka menatap Amara dengan sorot tajam, bukan kemarahan, tapi penuh rasa ingin tahu yang dalam. Amara melanjutkan, suaranya rendah namun jelas.

“Seseorang ... lebih tepatnya, kelompok yang dulu pernah mengincar jalur penerbangan Wirantara, telah bergerak lagi. Mereka menuntut agar Wirantara memberi akses udara untuk mengimpor barang haram. Dan jika tidak ... mereka akan menembak jatuh pesawat komersial yang terdaftar dalam jaringan Wirantara.”

Keheningan berat menyelimuti ruangan. Karina menelan ludah, tapi sebelum sempat berbicara, Shaka melangkah maju dan memegang lengan Amara dengan tatapan serius.

“Dari mana kamu tahu ini, Amara?” tanyanya rendah.

Matanya menatap langsung ke mata istrinya itu, seolah berusaha membaca setiap gerak dan napas.

“Lima tahun lalu aku juga pernah mengalami hal serupa. Seseorang mencoba menyerang mobilku untuk alasan yang sama ... mengancam agar aku memberikan izin jalur udara mereka. Tapi aku beruntung waktu itu ... karena ada seseorang yang menolongku. Seseorang yang aku bahkan tidak tahu siapa.”

Amara menunduk sedikit, menatap tangan Shaka yang masih menahan lengannya. Lalu ia mengangkat wajahnya perlahan, dengan senyum tipis namun getir di bibirnya.

“Aku hanya Ketua Pramugari biasa, Kapten Shaka,” katanya tenang. “Untuk apa kau menanyakan hal sebesar itu padaku? Kalau pun aku jujur … kau tidak akan mempercayai ucapanku.”

Ia menatap Karina sekilas, tajam, seperti menusuk tanpa suara.

“Karena kau sudah lebih dulu percaya pada orang lain.”

Shaka terdiam, genggamannya di lengan Amara melemah. Namun sebelum ia sempat menjawab, Karina cepat-cepat melangkah maju, mencoba menutupi kegugupannya dengan senyum manis.

“Mbak Amara,” ujarnya dengan nada seolah lembut, “aku tidak bermaksud begitu, sungguh. Aku cuma khawatir dengan Mas Shaka. Dan lagi … aku sudah merekomendasikan seseorang untuk membantu memulihkan sistem keamanan Wirantara Air.”

Amara menatap Karina lama, lalu perlahan memalingkan pandangannya ke arah pria berjas hitam yang berdiri di sisi meja, pria yang tadi Karina sebut sebagai penyelamat Shaka. Senyum sinis muncul di bibir Amara.

“Oh … jadi ini orangnya?” katanya pelan namun penuh sindiran.

“Menarik sekali. Aku pikir, yang bertanggung jawab atas sistem keamanan Wirantara hanya mereka yang benar-benar mengerti cara melindungi, bukan … menyusup dari dalam.”

Pria itu hanya menatap Amara balik tanpa ekspresi, sementara Karina berusaha mempertahankan senyum palsunya.

Shaka berdiri di antara mereka bertiga, kini menatap semuanya dalam diam, matanya tajam, namun pikirannya mulai berputar cepat. Suasana ruang kerja itu berubah tegang.

Hening menekan udara ketika Amara perlahan menatap layar monitor besar di belakang meja Shaka, matanya tajam, tak bergeming sedikit pun dari arah pria yang direkomendasikan Karina.

“Sistem keamanan yang kamu tawarkan itu terlalu mudah diretas,” ucap Amara dingin.

Nada suaranya tidak meninggi, tapi cukup untuk membuat semua orang di ruangan menoleh. Karina langsung mendekat, wajahnya memerah.

“Mbak Amara, tolong jangan asal bicara! Sistem ini dikembangkan oleh perusahaan keamanan internasional. Tidak mungkin bisa diretas dengan mudah.”

Pria di sisi meja ikut menyahut dengan nada profesional namun jelas meremehkan.

“Maaf, Nona Amara. Tapi saya sudah bekerja di bidang ini selama lebih dari sepuluh tahun. Sistem kami telah dipakai di banyak penerbangan besar, termasuk di Eropa. Jadi, tuduhan Anda tidak berdasar.”

Amara berbalik perlahan, menatap pria itu datar.

“Lucu sekali,” katanya sinis. “Kalau begitu, kenapa dalam 48 jam terakhir sistem navigasi sekunder Wirantara sempat lumpuh selama 37 detik? Atau kau akan bilang itu hanya gangguan sinyal biasa?”

Pria itu menatapnya kaget sesaat, namun cepat menguasai diri.

“Informasi seperti itu seharusnya rahasia. Dari mana kau tahu?”

Amara tidak menjawab, dia hanya menatap Shaka, dan untuk pertama kalinya dalam pertemuan itu, Shaka bicara.

“Cukup, Amara,” katanya pelan tapi tegas. “Jangan buat masalah di sini.”

Kalimat itu memukul Amara lebih keras dari yang Shaka sadari. Ia menatap pria itu lama, matanya bergetar, kemudian suaranya meninggi untuk pertama kalinya.

“Membuat masalah?” ujarnya getir. “Aku datang ke sini karena ada masalah, Mas Shaka! Aku berusaha menyelamatkan perusahaanmu, menyelamatkan penerbangan yang hampir saja ditembak jatuh!”

Karina melangkah cepat, mencoba menenangkan suasana. “Mbak Amara, jangan terlalu emosional. Semua ini sudah diatur...”

“Diam, Karina!” potong Amara tajam.

“Kalau kalian semua tidak percaya, maka aku akan buktikan.”

Tanpa izin, Amara melangkah ke meja kerja Shaka. Tangannya cekatan membuka laptop dan dalam hitungan detik jari-jarinya menari di atas keyboard. Suara ketikan cepat menggema di ruangan yang tiba-tiba menjadi sunyi total. Dalam waktu singkat, layar menampilkan deretan kode hijau dan peta sistem utama jaringan Wirantara Air.

“Lihat,” katanya pelan tapi jelas. “Beberapa sistem firewall sudah diblokir dari dalam. Jalur keamanan sekunder dan kode enkripsi komunikasi menara sudah disusupi. Artinya ... seseorang di dalam perusahaan ini telah memberi akses langsung pada pihak luar.”

Shaka menatap layar itu tak percaya. Pria yang direkomendasikan Karina langsung melangkah maju, wajahnya berubah tegang. “Tunggu … ini tidak mungkin! Sistem itu baru saja saya perbarui semalam!”

Amara menoleh, matanya tajam.

“Dan mungkin semalam juga, sistem itu sudah kau jual pada orang yang salah.”

“Siapa kau sebenarnya?” bentak pria itu, kehilangan kendali.

Amara menatapnya datar, lalu tersenyum samar.

“Aku?” ia berkata pelan, mengambil ponselnya dan menutup laptop Shaka dengan tenang.

“Hanya seorang ketua pramugari biasa.”

Ia menatap Shaka sebentar, ada kecewa, ada luka, tapi juga keyakinan kuat di matanya, lalu melangkah pergi meninggalkan ruangan itu tanpa menoleh sedikit pun.

Pintu tertutup pelan di belakangnya, meninggalkan Karina yang pucat, pria asing yang terdiam, dan Shaka memandangi layar itu beberapa saat sebelum mengejar Amara keluar.

"Amara!"

"Amara tunggu!"

"Mas Shaka!"

Namun, Shaka tak peduli dengan panggilan Karina dia terus mengejar Amara hingga wanita itu hampir sampai di lobi.

1
Jong Nyuk Tjen
itulah bodoh ny s shaka , piara musuh dlm selimut. Ud tau s karina ky gmna , msh aj mw d ksh kesempatan. Jngan2 emang shaka sebetulnya ad rasa kali ke s karina. Dr dulu percaya bnget am s karina yg akhirnya bikin rumtang mu am amara jd berantakan
Nia nurhayati
dasar mak lampirr kau karina😡😡😡
Aretha Shanum
sampah dipelihara
Esther Lestari
Karina obsesimu akan menghancurkan hidupmu.
Hati2 kapten Shaka, hari ini Amara berhasil dan sasaran selanjutnya kamu kapten Shaka
Lilik Juhariah
waduh kl semua tahanandg mudah keluar Krn jaminan, kapten saka hati hati jgn terjebak, pasti dgk cara kotor tu si Karin, musuhnya karin aja KY karet gknkapok kapok
Lilik Juhariah
mungkin dibalik masalah ini hati Amara akan sadar butuh saka
Lilik Juhariah
mungkin butuh pengorbanan yang besar buat kapten Shaka Krn luka yg ditinggalkan begitu dalam
Teh Euis Tea
top amara, si ulat bulu ga sadar2 km, niat busuk km untuk menghancurkan amara ga akan berhasil
iqha_24
ayo Shaka basmi si ulet bulu karina
Ariany Sudjana
biarkan saja Amara yang mengatasi krisis itu, kan Amara super woman. ingin tahu apa Amara bisa tetap sombong?
Suci Dava: itu semua kan berawal dari kebodohan Shaka sendiri, terlalu memuja Karina yg di anggap orang yg pernah menolong nya
total 1 replies
Lilik Juhariah
Karina disini belum.dijelasin SDH diusir dari.dulu atau masih ngejar saka
Lilik Juhariah
kok masih bisa tetap sama Shaka padahal kan tau bagaimana Karin di keluarga Shaka, dan dia ngaku, apa segitu bodohnya saka sampe membiarkan Karin masih di sisi keluarganya setelah 6 tahun
Lilik Juhariah
udah tau cerita Kirana emang sengaja berbohong koknmasih cawe cawe donoerisahaan kan orang lain
Ariany Sudjana
Amara kamu bodoh dan egois sekali, kamu ternyata kehilangan Shaka, tapi kamu ga mau jujur, dan kamu terlalu sombong. sudahlah biarkan Shaka cari kebahagiaannya sendiri dengan perempuan lain, kan itu yang kamu inginkan
Yunita: yg di salahin bukan Amara tapi author nya yg blm amarah kayak gituu.. dan bertele2..
total 1 replies
Naufal Affiq
munafik kamu amara
Lilik Juhariah
gak nyalahin kl Amara memagar tembok beton di sekeliling nya , kesaktiannya udah parah
Lilik Juhariah
amara TDK menghancurkan perusahaan saka sekaligus Krn dia masih punya nurani, ada ibu dan ayah mertua yg sayang sama dia
Lilik Juhariah
heem belum boom ini , saka
Lilik Juhariah
rasakan saka, jahat banget lebih percaya orang lain tanpa bertanya dan selidiki , harusnya kapten lebih cerdas ini lulusnya dulu pake uang mungkin,
Lilik Juhariah
jahat banget nih Shaka, apa coba maunya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!