NovelToon NovelToon
BAKSO KALDU CELANA DALAM

BAKSO KALDU CELANA DALAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Horor / Selingkuh / Playboy / Penyesalan Suami / Mengubah Takdir
Popularitas:307
Nilai: 5
Nama Author: Mama Rey

Sri dan Karmin, sepasang suami istri yang memiliki hutang banyak sekali. Mereka menggantungkan seluruh pemasukannya dari dagangan bakso yang selalu menjadi kawan mereka dalam mengais rezeki.
Karmin yang sudah gelap mata, dia akhirnya mengajak istrinya untuk mendatangi seorang dukun. Lalu, dukun itu menyarankan supaya mereka meletakkan celana dalam di dalam dandang yang berisikan kaldu bakso.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Rey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PENUH TEKA-TEKI

CEKLEK.

Pintu lemari pun terbuka lebar. Sri terbelalak lebar saat mendapati isi dari lemari itu. Dia membeku dalam keterkejutan yang merajai dadanya. Apa yang nampak, tak sesuai dengan ekspektasi sebelumnya.

"Kamu lagi ngapain, Sri?" Wanita gemuk itu lebih terkejut lagi saat rungu-nya dikagetkan oleh suara bentakan seseorang di belakangnya yang sangat ia kenali.

Sri menata nafasnya lagi, menyetabilkan deru di dalam dadanya. Dengan secepat kilat, ia sambar anak kunci lemari itu dari lubangnya, lalu menoleh dengan pasti.

"Lemarimu gak terkunci, tiba-tiba kebuka sendiri. Jadi aku ke sini untuk menutupnya," kata Sri dengan santai.

Karmin mendengkus pelan. "Masa sih gak kekunci?" sahutnya dengan kening mengkerut.

"Matamu bisa lihat sendiri kan? Lemarimu ini kebuka. Nih coba cek sendiri! Lemari melompong gini kok dipelihara?" Kedua manik legam Sri membeliak lebar. Dia memang selalu nampak garang meksipun nyalinya sedang dibantai.

"Lagi pula, kenapa sih kok nampaknya khawatir amat? Apa kamu sedang menyembunyikan emas di dalam sini?" cecarnya.

Karmin maju sedepa seraya menggaruk kepalanya meskipun tak gatal. "Ya memang mlompong, baju-bajuku kan satu lemari dengan bajumu. Ini adalah lemari khusus yang memang menjadi syarat dari Mbah Samijan."

"Aku tidak khawatir, Sayang. Aku juga tidak menyembunyikan emas atau harta apa pun di sini, sumpah!" Pria itu memasang muka melas.

Lagi, Sri mengangguk-anggukan kepala seraya mencebik. Dia menyapukan pandangan ke seluruh isi lemari yang hanya berisi beberapa jaket kulit Karmin yang digantung alakadarnya.

Tak ada yang spesial di dalam lemari kayu jati kuno yang masih kokoh itu. Tak ada uang atau pun emas seperti yang ada di dalam pikiran Sri. Tak ada harta karun atau pun harta tetek bengek yang selama ini Sri sangka. Hanya ada lemari yang berisikan koleksi jaket kulit dan beberapa batu akik Karmin yang berjejer sekadarnya di laci paling atas.

"Jasik, kenapa perkiraanku meleset?" Kening Sri mengkerut. Hatinya berdecak kesal.

Ia sebal bukan kepalang, tapi bukan Sri namanya kalau tidak memiliki kecerdikan layaknya kancil yang sedang dalam keadaan terjepit situasi sulit.

"Kamu sudah bangun, Mas? Katanya ngantuk banget?"

"Aku tadi mimpi buruk. Aku mimpi dikejar setan sampai aku ngos-ngosan, terus aku bangun. Eh, tiba-tiba lihat kamu di sini. Ya aku kaget, kirain kamu buka lemari ini." Pria itu tertawa kuda.

"Lha wong kuncinya kamu yang bawa. Mana bisa aku buka lemarimu ini? Memangnya aku dukun sakti? " Suara Sri meninggi.

"Iyo, Iyo. Maaf. Maaf aku sudah salah sangka."

"Kamu memang salah sangka terus sama aku, Mas! Padahal akulah yang menemanimu selama bertahun-tahun. Masa iya aku mau lancang buka-buka ranah privasi milikmu? Meksipun sebenarnya dalam rumahtangga itu gak ada yang namanya rahasia-rahasiaan atau privasi tai kucing." Wanita itu mendengus panjang lalu meninggalkan Karmin yang sedang berdiri mematung di dalam kamarnya.

Karmin memang memiliki kamar sendiri. Biasanya kamar itu ia tempati saat tidur siang. Dengan alasan ingin mendapatkan ketenangan dan kenyamanan, karena kamar yang ia tempati bersama dengan Sri terasa lebih sempit dan banyak barang-barang Sri yang membuat ruangan itu nampak sumpek.

"Rahasia apa sih, Sri? Kamu jangan baper dong!" Pria itu mengekor di belakang istrinya dengan wajah menekuk.

"Sejak kamu memutuskan untuk punya kamar sendiri, aku merasa jadi orang asing di rumah ini. Lebih tepatnya menjadi orang asing bagi kamu. Masa iya ... suamiku tidur di kamarnya, dan aku tidur di kamarku? Berhubungan badan pun hanya di rumah Mbah Samijan." Wanita itu tersenyum, lalu duduk di ruang tengah dengan bibir melengkung. Ada sesuatu yang meremas hatinya, tapi wajahnya nampak berbinar datar.

"Dek, kamu tahu kan kalau aku—"

"Ya aku tahu. Aku bahkan sangat tahu. Dan aku sangat mengerti. Lebih tepatnya, mencoba untuk tetap mengerti. Aku tahu bahwa kamu capek. Gak masalah, aku ra po-po." Sri menjeda ucapan suaminya.

"Lagi pula, Sri. Meksipun aku punya kamar sendiri. Kamarku ini tak pernah aku kunci, kan? Kamu bebas bisa masuk dan menempatinya juga. Jadi, kamu jangan baper. Di luar sana banyak kok pasangan yang tinggal—"

"Ya, aku tahu. Di luar sana juga banyak pasangan yang tinggal serumah, tapi memilih untuk pisah kamar. Dan semua itu adalah hal yang lumrah dan wajar. Kamu mau bilang gitu, thoo." Lagi, Sri memotong ucapan sang suami.

"Iya, Sri. Belakangan ini kamu mudah baper dan gampang tersinggung. Sepertinya kamu itu—"

"Sepertinya aku ini stress dan banyak pikiran karena menjadi istrimu. Penghasilan kita besar, tapi uang belanja pas-pasan. Ya karena hutangmu dan hutang Emak yang besar pula. Sepertinya aku ini mulai gila karena punya suami yang setiap tutup warung selalu pergi ke rumah Marsam untuk ngopi. Alih-alih ngopi dengan istri, suamiku malah ngopi dengan sahabatnya. Ah, tak masalah lah, Mas. Aku ra po-po." Sri kembali nge-gas, lalu tertawa sumbang.

CLEGUK.

Karmin menelan ludah berulang kali. Ucapan istrinya itu ibarat bunyi kereta api yang memekakkan telinganya. Hal itu juga telah mencubit palung hatinya yang selama ini jauh dari kata peka.

"Sri, aku hanya ingin menjadi anak yang berbakti kepada Emak. Aku hanya—"

"Ya, aku paham kok, hehehe. Kamu hanya ingin meringankan beban emakmu, tapi kamu lupa menopang beban istrimu. Dah lah aku lelah, aku mau tidur. Kamu tadi sudah tidur kan? Sekarang gantian. Kamu jaga warung dan aku mau molor." Sri berjalan menuju kamarnya dengan langkah gontai, sedikit pincang karena kakinya mengidap linu-linu belakangan ini. Entah asam urat ataukah kolesterol tinggi.

Sesampai di tengah pintu, wanita gemuk berbobot 1 kwintal itu menoleh kepada sang suami. Diraupnya udara banyak-banyak, lalu berdehem kecil.

"Oh ya, tadi shohib-mu datang. Dia mencarimu."

"Shohib siapa? Marsam?"

"Bukan. Gundiknya Marsam." Sri mencebik.

"Siapa?"

"Yo siapa lagi kalau bukan si Sulis jembatan Ancol itu, hehehe." Wanita itu terkekeh.

"Hushhh! Lambemu, Sri! Jangan kencang-kencang! Nanti ada yang dengar, bisa runyam!"

"Ah, aku mah masa bodoh. Toh kenyataannya memang mereka pacaran di luar batas. Untung saja aku ini tetangga yang bijak. Aku tidak melaporkan mereka yang malam itu habis kuda-kudaan di rumah Sulis, hehehe."

"Sudahlah, kamu jangan ikut campur urusan orang! Gak bagus! Gak baik! Gak sopan! Gak etis! Gak bener!" Karmin menegaskan.

"Baiklah di paling bagus, si paling sopan. Yee kan, yee kan? Wekekekek."

"Udah, udah! Lebih baik kamu sekarang tidur saja! Kamu mulai ngeroweng (banyak omong) kalau lelah!" Pria itu mendengkus.

Sri terkekeh lalu beranjak masuk ke dalam kamarnya. Wanita itu menutup pintu berwarna coklat itu lalu menguncinya dari dalam.

"Dasar Sri! Bisa-bisanya dia mengoceh banyak banget! Mulai dari persoalan rumahtangga sampai urusan Sulis segala! Gila tuh perempuan!" Sayup-sayup terdengar omelan Karmin terus merutuki istrinya, suaranya kian menjauh. Rupanya pria itu pergi ke warung.

Sri menyeringai seraya duduk di balik pintu kamarnya. Dia genggam sesuatu yang ia sambar dari dalam saku jaket kulit di lemari suaminya tadi.

Sebuah kunci yang sepertinya Sri tau itu kunci apa. Wanita itu memiliki firasat kuat untuk kesekian kalinya. Meskipun kadang-kadang firasatnya melesat, tapi kali ini dia begitu yakin dan keyakinannya bertambah kuat saat ia melihat bagaimana kunci tersebut tersimpan begitu rapi.

"Kenapa Mas Karmin menyimpan kunci ini? Pasti dia telah menyembunyikan sesuatu di dalam sana."

"Kenapa suamiku itu penuh teka-teki?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!