Menikah bukan berarti kehadiran orang ketiga tidak ada. Kisah ini bermula dari bangku kuliah, Sherly mahasiswi kedokteran tingkat akhir jatuh cinta kepada seniornya yang sudah menjalani koas dokter Timo. Sherly tidak mengetahui sahabatnya Leni memiliki perasaan yang sama dengannya. Bagaimana kisah cinta segi tiga ini???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wisye Titiheru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berjuang
Semua pemeriksaan lengkap Noah sudah dilakukan. Penyakit Noah ditangani oleh dokter penyakit dalam dan dokter anak. Ada dua dokter hebat ini di rumah sakit Siloam. Hari ini, Noah di ambil darahnya sangat banyak, Dan Timo yang menemani, karena maminya ada operasi.
Sebenarnya sangat sakit, namun Noah tahan. Timo melihat anaknya. Opanya sudah menangis, namun disembunyi Roy dan Tini melihat terharu, anak yang lincah ini harus sakit ini. Mereka tidak menyangka. Selesai operasi Sherly langsung menemui dokter Lisa dan dokter Lidia yang akan menangani Noah.
"Ini sudah stadium satu."
"Kita akan kemoterapi."
"Oke aku ikut yang dokter putuskan."
"Dia butuh pendonor sum tulang belakang. Setelah ini."
"Baik dokter?"
Sherly sudah diruangan Noah. Dokter Frans mendengar kabar Noah yang sakit. Sore hari dia membawa buah yang organik buat Noah serta mainan.
"Uncle dokter, Noah punya papi."
Dokter Frans kaget, ternyata Sherly sudah baikan sama Timo, mantan istri keponakannya.
"Uncle senang, Noah sudah kumpul sama mami dan papi Noah.Berarti Uncle sudah tidak bisa jadi papi Noah dong?"
"Sori uncle, Noah punya papi. Muka kita sama kan." Timo mengandeng tangan Sherly sangat erat.
"Iya, Noah dan papi Noah bagai pinang dibelah dua. Sama persis." Timo tersenyum. Dokter Frans menuju ke kursi diman Timo dan Sherly berdiri. "Hanya kurang bersyukur saja." Dokter Frans membisikan kalimat itu agar Timo mendengar.
Malam harinya, Noah senang karena oma, opa serta papi dan maminya nginap dirumah sakit menjaga Noah, karena besok Noah akan mulai pengobatan kemoterapi, mungkin dua kali, baru akan di melakukan pendonoran sum sum. Untuk sementara golongan darah Noah sama dengan papanya dan opanya, juga mama Sherly. Jelas opa Markus tidak bisa mendonorkan, karena opa sakit yang paling memenuhi syarat adalah Timo papinya. Hanya resikonya daya tahan tubuh Timo akan menurun.
"Aku aja dek, ngak tega lihat Noah sakit sayang."
"Tetapi resikonya daya tahan tubuh kamu. Aku sudah mencari, meminta rekan - rekan dokter, semoga ada yang mau mendonorkan."
"Mami, papi Noah mau bobo sama mami dan papi. Noah pengen dipeluk mami dan papi."
"Iya sayang, sebentar selesai makan ya."
"Jangan bohong ya."
"Tetapi bagaimana tidurnya, kan Sebelah kiri Noah ada infus."
"Mami di tengah, papi dan Noah peluk mami. Kan mami princes kita berdua."
"Oke papi setuju."
"Maunya." Mertua Sherly hanya tersenyum. Karena keinginan Noah dibatas kekuasaan maminya. Kalau papinya sih senang saja.
"Makan cepat, aku mau peluk."
"Ngak macam - macam ya."
"Macam - macam juga ngak papa kan."
"Papi, jangan godain mami."
"Iya jagoan papi. Maaf ya."
Malam hari memang betul, Timo dan Sherly mewujudkan keinginan Noah anak mereka. Mereka bertiga bobo bersama. Timo memeluk istri dan anaknya. Sherly merasa nyaman juga.
"Dasar perempuan, nolak namun yang paling nyaman."
"Timo...."
"Loh ma, kenapa belum bobo."
"Awas kamu buat salah, mama hajar kamu."
Enam tahun lamanya, mereka terpisah, Memeluk Sherly lagi seperti sesuatu yang kaku dilakukan. Ada dag dig dug di dada. Seperti orang jatuh cinta. Perasaan yang sudah lama tidak dia rasakan.
Sherly biasa bagun pagi pukul lima, karena dia harus berdoa, Timo juga ikut bagun.
"Boleh kah mas ikut bersama mu berdoa dek."
Sherly mengangguk dan mereka berdua membagikan part - part mana yang harus dilakukan. Timo suaranya bagus dipadukan dengan suara Sherly, mereka memuji Tuhan, membaca Alkitab dan berdoa bersama. Timo pagi itu berdoa sampai menangis, dia kebagian berdoa buat Sherly dan Noah istri dan anaknya. Sedangkan Sherly berdoa bagi Timo dan orangtua. Selesai berdoa pagi, mereka jadi kuat melalui hari ini.
Sherly dan Timo tahu, bahwa waktu obat kemo diberikan pada tubuh anaknya, akan biasa saja, namun efek setelah pemberian obat itu. Sherly dan Timo sudah menyiapkan semua dibantu dokter yang menangani Noah. Hari ini Timo tidak bekerja, dia meluangkan waktunya untuk menemani Noah, Sherly karena tanggungjawab sebagai direktur dia harus bekerja sebentar.
Noah tidak sendiri ada papinya dan kedua oma serta opanya. Mamanya Sherly tadi tiba di stasiun dan dijemput oleh Roy. Dia juga mau menemani cucunya kemo.
Sore hari reaksi obat mulai dirasakan oleh Noah. Dia mulai merasa mual. Timo mengendong dan membawa ke kamar mandi, semakin malam, Noah mulai demam, sampai tak sadar dia kencing celana. Timo mengendong anak laki - lakinya dengan cinta. Dibawa ke tempat tidur disamping tempat tidur pasien. Sherly di bantu sus Tini membersihkan badan Noah dan memakaikan pakaian baru juga diapers. Sedangkan Noah menganti Seprei di tempat tidur besar rumah sakit ukuran seratus dua puluh sentimeter. Timo kembali mengendong anak laki- lakinya dan ditaruh ditempat tidur, Noah mengalami sesak. Dan Timo menyiapkan oksigen untuk membantu anaknya.
Timo menahan sedihnya melihat anaknya. Sampai dia meluapkan didalam kemar mandi, menangis sejadi - jadinya memohon ampun.
"Papi salah Noah, papi mohon maaf."
"Timo...bangun nak? Jangan siksa dirimu nak. Kita lalui bersama. Mama yakin kamu dan Sherly pasti bisa lalui ini. Ganti bajumu dan temani istri dan anakmu."
Sherly merentangkan tangannya dan dipeluk oleh Timo.
"Maafkan saya sayang. Maafkan mas."
"Mas harus kuat buat Noah dan aku. Aku butuh mas disini,disampingku, ngak mau sendiri lagi."
"Mas janji, mas akan ada buat kamu dan Noah anak kita."
Malam ini memang malam pergumulan buat Sherly dan Timo. Masalah Ibu direktur dengan dokter Timotius Johanes sudah di ketahui oleh seluruh tenaga medis, maupun administrasi rumah sakit ini, status mereka sebagai suami istri juga sudah diketahui. Jika ada pemberitaan yang tidak sesuai, Jefry sebagai sahabat sekaligus saksi nikah mereka membela. Begitu juga dokter Frans. Sehingga semua karyawan di rumah sakit ini sudah mengerti permasalahan dokter Sherly dan dokter Timo.
Pagi hari kesehatan Noah mulai membaik, reaksi obat mulai menghilang, Noah terlihat pucat dan bibirnya pecah - pecah. Dia masih menggunakan oksigen. Timo sedang mengendong anak laki - lakinya di tempat matahari, sinarnya tepat mengenai tubuh Noah dan Timo papinya.
"Papi, jangan tinggalin Noah dan mami ya."
"Iya sayang, papi berjanji."
Sherly dibantu Tini mulai membersihkan tubuh Noah, anak ini sangat gelian, kalau tidak bersih. Sherly memberikan sarapan buat Noah. Selesai Noah sarapan dia tidur.
"Sudah ada pendonor buat Noah nak?"
"Belum ma. Cey masih berusaha."
"Biar aku saja dek. Aku berbagi dengan dia."
"Kalau ngak ada biar mama aja nak."
"Kenapa harus mama, Timo aja."
"Jangan kamu harus kuat buat Noah dan Sherly. Kalau mama sudah tua. Tetapi mama sehat loh."
"Jangan ma."
"Mama mau menolong cucu mama."
Golongan darah yang cocok dengan Noah, adalah Timo papinya, opa Markus, dan mamanya Sherly oma Maya. Sedangkan Sherly dan oma Maria tidak sama.