Enggak dapet anaknya, Ayahnya pun jadi.
Begitu pula Isvara Kinandari Heksatama, gadis cantik patah hati karena pujaan hatinya menikah dengan wanita lain. Isvara atau yang kerap disapa Isva melakukan hal yang diluar nalar yaitu menikahi Ayah dari pria yang cintai yaitu Javas Daviandra Bimantara.
Keputusan terburu-buru yang diambil Isva tentu saja, membuat semua orang terkejut. Tidak terkecuali sang adik yaitu Ineisha Nafthania Heksatama, bagaimana tidak. Pria yang dinikai oleh Kakaknya adalah Ayah mertuanya sendiri, Ayah dari Archio Davion Bimantara.
Pria yang Isvara cintai memang menikah dengan adiknya sendiri, tentu hal itu membuatnya sangat sakit hati karena yang dekat dengan Archio adalah dirinya. Namun, Archio secara tiba-tiba malah menikahi Ineisha bukannya Isvara.
Demi menghancurkan pernikahan Ineisha dan Archio, Isvara harus tinggal bersama mereka. Salah satu caranya yaitu menikah dengan salah satu keluarga Archio, sedangkan yang bisa ia nikahi hanyalah Javas seorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10 | Masakan Mama
Saat hendak menaiki tangga, Isvara mendengar suara yang memanggil namanya. Gadis cantik itu tidak lanjut naik tangga, tetapi malah menengok ke belakang.
"Mama, aku kira siapa," ujar Isvara sedikit terkejut. Sudah hampir malam, takutnya 'kan yang memanggilnya adalah hantu.
"Iya, ini Mama. Kamu baru pulang, Isvara sayang?" Isvara mengangguk pelan, gadis itu langsung turun dari tangga untuk menghampiri sang Mama.
"Kamu tadi pulang sama siapa? Mama dengar tadi ada suara laki-laki? Kamu punya pacar sayang?" Mendengar pertanyaan sang Mama, ingin rasanya gadis cantik itu tertawa. Pacar katanya? Sebenarnya wajar saja Aina mengira seperti itu, karena anak bungsunya saja punya pacar apalagi anak sulungnya 'kan.
"Itu Dion, Ma. Aku nggak punya pacar kok, lagian aku belum pengen pacaran. Kan fokusku sekarang itu kuliah sama belajar soal perusahaan," jawab Isvara dengan suara lembut.
"Kamu memang harus mementingkan kuliah dan belajar soal perusahaan, tetapi kamu tetap boleh kok punya pacar," ujar Aina.
"Iya, Ma. Aku tau kok. Udahan dulu ya ngobrolnya, aku mau mandi. Ini badan lengket banget rasanya."
"Yaudah, mandi sana. Nanti Mama ke kamar kamu ya, sayang. Mama mau bicara berdua sama kamu. Bicara dari hati ke hati."
"Oke, Ma. Aku tunggu." Dengan riang gembira, Isvara naik tangga menuju kamarnya. Moodnya tadi pagi sampai siang hancur, tetapi setelah bertemu sahabat-sahabatnya moodnya kembali bahagia.
***
Sesuai yang dikatakan Aina, wanita yang berusia kepala empat tetapi masih terlihat sangat cantik itu kini sudah berada di depan pintu kamar putri sulungnya.
"Isvara sayang, ini Mama, Nak. Tolong buka pintunya, sesuai yang Mama bilang tadi. Mama mau bicara dari hati ke hati sama kamu."
Tidak lama kemudian, Isvara membukakan pintu untuk sang Mama. "Ayo masuk, Ma," ajaknya.
Aina masuk ke kamar putrinya tanpa ragu-ragu, ia menatap sekeliling kamar putri sulungnya dengan takjub. Kamar Isvara memang sudah lama tidak di kunjungi oleh Aina, dibandingkan dengan kamar Iniesha yang memang lebih sering dikunjungi oleh wanita itu. Seketika Aina merasa menyesal, karena tanpa sengaja tidak berlaku adil pada Isvara.
"Mama mau duduk di kasur aja atau di sofa?"
"Di mana aja boleh, sayang. Terserah kamu aja, mama ikut." Hingga akhirnya, Isvara memilih duduk sofa saja agar lebih enak saat bicara dengan sang Mama.
"Isvara sayang, Mama minta maaf ya. Mama salah sama kamu karena lebih percaya sama adik kamu, harusnya Mama juga tanya yang sebenarnya sama kamu. Mama sudah tahu semua dan Mama juga menyesal karena telah menganggap kamu salah," ujar Aina panjang lebar.
Belum sempat, Isvara menjawab. Perut Isvara tiba-tiba berbunyi, tanda gadis cantik itu sedang lapar.
"Kamu laper, sayang?"
Isvara malah nyengir tanpa dosa. Aina melihat jam yang ada di tangannya, masih ada satu jam lagi sebelum waktunya makan malam. Namun, malam ini sedikit berbeda dari biasanya. Mereka akan makan malam ketika Darius pulang dari kantor, tetapi malam ini suami Aina itu pulang sedikit terlambat. Selain itu, Ineisha juga sudah izin padanya untuk pulang terlambat.
Jadi tadi Aina juga sudah mengatakan pada pelayan masak makan malamnya, agak sedikit lambat. Jadi kemungkinan sekarang para pelayan belum selesai masak. Bahkan belum mulai masak malah. Ia pun mengira, bahwa putri sulungnya akan pulang terlambat. Namun, yang terjadi malah tidak sesuai ekspektasi seperti sekarang.
"Tapi sekarang enggak ada makanan apapun, sayang. Apa kamu mau Mama pesankan sesuatu?" tawar Aina.
Isvara menggeleng pelan, lalu berkata. "Enggak usah, Ma. Nanti aja nunggu waktunya makan malam, aku masih bisa nahan kok."
"Enggak sayang, makan malam waktunya masih lama. Perut kamu sampai bunyi itu berarti kamu laper banget? Emang tadi siang kamu nggak makan?"
"Aku tadi makan, tapi makan cemilan doang hehehe. Soalnya tadi aku sama sahabat-sahabat aku dari siang sampe mau malam di cafe. Sedangkan cafenya adanya cuma ada cemilan doang, terus lupa deh beli makan berat," jawabnya panjang lebar.
"Yaampun, Isvara sayang. Kenapa kamu sampai lupa makan sih, besok-besok nggak boleh gitu lagi ya," omel Aina. Bukan kesal karena diomeli sama mamanya, gadis cantik itu malah terlihat bahagia mendengar omelan sang Mama.
"Kamu diomelin Mama malah senyum-senyum lagi. Karena kamu nggak mau Mama pesankan makan, gimana kalo Mama aja yang masakin kamu. Nggak mungkin Mama tiba-tiba nyuruh pelayan buat masak sekarang. Karena Mama udah terlanjur bilang masaknya masih nanti, mereka juga sekarang pasti masih pada istirahat."
Mata Isvara langsung berbinar, mendengar sang Mama mau memasak untuknya. Karena selama ini yang memasak adalah pelayan, Aina sendiri bisa memasak. Namun, wanita itu sangat jarang melakukannya.
"Mama serius mau masakin aku?"
"Iya, sayang. Emang salah ya, Mama masakin putri Mama sendiri? Enggak salah 'kan?" Isvara menggeleng pelan, memang tidak salah jika mamanya ingin memasak untuk putrinya.
"Kamu sendiri mau'kan makan masakan Mama?"
"Mau banget, Ma," jawab Isvara dengan cepat.
"Oke, Mama bakal masakin kamu sekarang, sayang. Tapi masaknya yang gampang-gampang aja ya, soalnya takut kamu malah nunggu kelamaan. Kamu 'kan udah laper."
"Terserah Mama aja, Mama masakin apa aja, pasti aku bakalan makan kok, Ma," ujar Isvara tulus.
"Yaudah, Mama ke dapur dulu. Nanti Mama bawa ke sini masakannya kalo udah jadi," pamitnya. Namun, tangan Aina malah dipegang oleh putrinya seakan mencegah sang Mama pergi.
"Kenapa, sayang?"
"Aku ikut ke dapur, aku mau bantuin Mama masak biar cepet selesai. Mama nggak keberatan 'kan aku bantuin, Mama masak? Aku janji deh enggak akan malah buat kacau." Isvara memasang puppy eyes, agar sang Mama luluh dan mau menuruti permintaannya.
"Yaudah, kalo itu mau kamu. Mama percaya kok, putri cantik Mama ini nggak akan mengacau." Aina langsung menggandeng tangan putri sulungnya, mereka berdua keluar dari kamar Isvara untuk pergi ke dapur.
Mereka berdua sudah sampai di dapur, dapur yang sudah lama sekali tidak dipakai oleh Aina masak. Dengan cekatan Aina menyiapkan bahan-bahan untuk memasak dibantu oleh putri sulungnya.
Tidak perlu waktu lama, masakan Aina akhirnya matang juga. Aina memasakkan putrinya cumi saus tiram, salah satu masakan kesukaan Isvara.
"Masakannya sudah jadi, enggak lama 'kan Isvara sayang?"
"Iya, Ma. Masakan Mama kayaknya lezat banget, aku jadi nggak sabar buat mencicipinya," puji Isvara. Aina tersenyum ketika mendengar pujian dari putri sulungnya.
Aina langsung mengambilkan nasi ditaruhnya di piring yang sudah ia persiapkan, lalu wanita itu menaruh beberapa sendok cumi saus tiramnya di piring itu.
"Mau Mama suapi?" Isvara langsung mengangguk, ia senang sekali setelah sekian lama akhirnya disuapi oleh sang Mama.
Aina langsung menyuapi putrinya dengan telaten, tanpa sadar Isvara menangis bahagia karena perlakuan sang Mama hari ini.
mampir juga dikaryaku yuk/Smile/