Pada abad ke-19, seorang saudagar China yang kaya raya membawa serta istri dan anaknya menetap di Indonesia. Salah satu anak mereka, Jian An, tumbuh menjadi sosok yang cerdas dan berwibawa. Ketika ia dewasa, orang tuanya menjodohkannya dengan seorang bangsawan Jawa bernama Banyu Janitra.
Pada malam pertama mereka sebagai suami istri, Banyu Janitra ditemukan tewas secara misterius. Banyak yang menduga bahwa Jian Anlah yang membunuhnya, meskipun dia bersikeras tidak bersalah.
Namun, nasib buruk menghampirinya. Jian An tertangkap oleh orang tidak dikenal dan dimasukkan ke dalam sumur tua. berenang di permukaan air sumur yang kini tidak lagi berada di abad ke-19. Ia telah dipindahkan ke kota S, tahun 2024. Dalam kebingungannya, Jian An harus menghadapi dunia yang jauh berbeda dari yang ia kenal, berusaha menemukan jawaban atas misteri kematian suaminya dan mencari cara untuk kembali ke masa lalu yang penuh dengan penyesalan dan rahasia yang belum terungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NinLugas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
Jian An merasa bingung ketika ia memberikan beberapa lembar uang merah kepada pedagang es krim, yang terlihat tidak mengerti dengan jumlah uang yang ia berikan. Pedagang itu menatap lembaran uang yang diberikan Jian An, lalu melirik uang tersebut sejenak dengan tatapan curiga. Tiba-tiba, pedagang itu tersenyum, seperti menemukan peluang, dan mencoba untuk menyimpan uang tersebut tanpa mengatakan apa-apa.
Namun, sebelum pedagang itu sempat melanjutkan aksinya, seorang laki-laki yang berdiri tidak jauh dari situ tiba-tiba maju dan menarik tangan pedagang tersebut dengan tegas. "Kembalikan uang itu," ucapnya, suaranya keras namun tegas.
Jian An tertegun, tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi. Ia hanya berdiri di sana, memegang es krimnya dengan kebingungan di wajahnya. "Apa yang terjadi?" tanyanya pelan, matanya bergantian menatap ke pedagang es krim dan laki-laki yang baru saja menolongnya.
Laki-laki itu kemudian mengalihkan pandangannya ke Jian An. "Jangan khawatir, kamu tidak perlu membayar lebih dari harga es krim," ujarnya dengan suara lembut, namun jelas. Ia mengambil uang yang berlebihan dari tangan pedagang dan mengembalikannya kepada Jian An. "Ini lebih dari cukup untuk membeli es krim," lanjutnya, tersenyum kepada Jian An yang masih terlihat bingung.
Jian An hanya mengangguk pelan, merasa tertekan karena masih belum memahami dunia ini sepenuhnya. "Terima kasih," ucapnya dengan suara pelan, sedikit canggung. Meskipun kebingungannya belum sepenuhnya hilang, ia merasa sedikit lega karena ada yang membantunya.
Laki-laki itu tersenyum lebih lebar, memberikan Jian An sebuah senyuman yang menunjukkan bahwa ia tidak perlu merasa malu. "Jaga baik-baik uangmu, jangan memberikan lebih dari yang seharusnya," katanya sambil pergi meninggalkan tempat itu, membiarkan Jian An dengan rasa campur aduk di hatinya.
"Aku Radja, namamu siapa?"
Jian An sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia menatap pria yang baru saja membantunya, merasa bingung dengan cara mereka berkenalan di dunia yang sangat asing baginya. “Aku... Jian An,” jawabnya dengan suara lembut, meskipun masih merasakan sedikit kebingungan dalam dirinya.
Radja tersenyum dan mengangguk, seakan tidak merasa aneh dengan situasi ini. "Jian An, nama yang indah," ucapnya. "Senang bisa bertemu denganmu."
Jian An hanya mengangguk pelan, mencoba menyesuaikan diri dengan situasi baru ini, dan menatap Radja dengan pandangan penuh pertanyaan. Dia masih merasa asing dengan dunia di sekitarnya, tetapi Radja memberikan rasa nyaman yang aneh, meski ia tidak sepenuhnya mengerti alasan di balik pertemuan mereka.
Radja terkejut melihat sikap tiba-tiba Jian An yang langsung menundukkan kepala dan memberikan hormat. Dia bukanlah orang yang biasa menerima perlakuan seperti itu, terlebih dengan sikap penuh kebingungan yang terlihat jelas di wajah Jian An.
"Ah, tidak perlu berlebihan," kata Radja sambil tersenyum, mencoba untuk mengurangi ketegangan di udara. "Aku bukan raja dalam arti yang kamu bayangkan. Aku hanya seorang pria biasa."
Jian An tetap menunduk, seakan tidak bisa menghentikan kebiasaannya yang sudah tertanam lama. Di dalam benaknya, menghormati seseorang dengan status tinggi adalah hal yang sangat penting, terutama ketika ia bertemu dengan orang yang mengaku seorang raja.
Radja mendekat, menepuk pundak Jian An dengan lembut, mencoba memberi pengertian bahwa dia tak perlu merasa tertekan. "Kamu tidak perlu khawatir. Aku bukan orang yang suka diperlakukan seperti itu," ujarnya dengan nada yang lebih ramah.
Jian An perlahan mengangkat kepalanya dan menatap Radja dengan mata yang penuh kebingungan, bertanya-tanya tentang dunia baru yang tengah ia jalani dan siapa sebenarnya pria di hadapannya ini.
Radja sedikit terkejut dengan pertanyaan Jian An, merasa bingung mengapa wanita itu begitu serius bertanya mengenai asal-usulnya. Nama "Radja" memang umum di beberapa tempat dan zaman, tetapi tidak ada yang mengira bahwa seseorang akan langsung menghubungkannya dengan sebuah kerajaan.
"Ah, tidak ada kerajaan. Radja itu hanya nama saya," jawab Radja dengan tawa kecil, berusaha menghilangkan kebingungannya. "Di zaman sekarang, nama ini cukup biasa. Tidak ada kerajaan di baliknya, hanya sebuah nama yang sudah diwariskan dari keluarga saya."
Jian An masih tampak bingung, matanya memandangi Radja seakan ingin memastikan jawabannya. "Jadi, kamu bukan raja sungguhan?"
Radja mengangguk pelan, senyum tipis terlihat di wajahnya. "Bukan. Hanya nama. Tapi aku tidak keberatan jika kamu ingin memanggilku begitu." Dia berusaha memberi penjelasan yang lebih mudah dipahami, meskipun dia tahu Jian An mungkin masih belum sepenuhnya mengerti.
Jian An memikirkan kata-kata Radja sejenak, lalu mengangguk pelan, meskipun kebingungannya belum sepenuhnya hilang. "Oh, begitu... Maaf jika aku salah paham," ujarnya dengan suara pelan, masih merasa agak canggung dengan situasi ini.
Radja mengamati Jian An dengan tatapan yang berbeda, merasakan ketertarikan yang perlahan tumbuh dalam dirinya. Ada sesuatu yang unik dalam diri wanita ini, sesuatu yang membuatnya merasa penasaran. Tidak hanya karena penampilannya yang cantik, tetapi juga karena caranya yang tampak berbeda dengan wanita lainnya yang pernah dia temui. Jian An tidak hanya memikat dari luar, tapi ada sesuatu dalam dirinya yang membuat Radja merasa ingin lebih mengenalnya.
Dengan hati-hati, Radja mendekat sedikit dan berkata, "Kau tahu, meskipun kita baru bertemu, ada sesuatu yang sangat menarik dari dirimu. Seperti ada kisah yang tersembunyi di balik matamu. Boleh aku tahu lebih banyak tentang dirimu, Jian An?"
Suasana menjadi sedikit lebih intim, dan Jian An merasakan kegugupan yang aneh. Dia tidak terbiasa mendapatkan perhatian seperti ini, terutama dari seseorang yang tampaknya berasal dari dunia yang sangat berbeda darinya. Namun, ada sesuatu dalam kata-kata Radja yang membuat hatinya sedikit lebih tenang. Mungkin, hanya mungkin, dia bisa menemukan kenyamanan dalam percakapan ini.
Radja terkejut mendengar kata-kata Jian An yang cukup tegas, namun senyum kecil tak bisa ia sembunyikan. Ia menghargai ketegasan yang ditunjukkan wanita itu, meskipun hatinya sedikit penasaran tentang apa yang sebenarnya ada di balik pernyataannya. Radja mengangkat tangan seolah menunjukkan pengertian, tetapi senyumnya tetap ada di wajahnya.
"Tentu, aku tidak akan mengganggumu," jawab Radja dengan nada yang lebih lembut. "Hanya saja, ada sesuatu yang memikat dari dirimu, Jian An. Aku rasa pertemuan ini bukan kebetulan. Mungkin kita bisa berteman, siapa tahu?"
Jian An menatapnya dengan hati-hati, merasa sedikit cemas tetapi juga tertarik dengan sikap Radja yang tidak memaksakan dirinya. Dia bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda pada pria ini. Namun, ingatannya kembali pada suaminya, Banyu, dan perasaan itu membuatnya ragu untuk membuka diri lebih jauh.
"Terima kasih, tapi aku tidak membutuhkan teman baru," jawab Jian An dengan halus, meski hatinya sedikit ragu. Radja hanya tersenyum lagi, menghormati keinginannya.