Mayang terpaksa harus menikah dengan Randi. Ia di jodohkan oleh ibu tiri nya pada pria arogan dan tempramen itu, demi bisa melunasi hutang kakak tiri nya bernama Sonya pada Randi.
Mayang menempati rumah orang tua Randi dan satu rumah dengan mertua juga kakak ipar nya yang sudah menikah.
Selama ini Mayang selalu di perlakukan semena-mena oleh suami dan keluarga suaminya. Kecuali Rion yang merupakan suami Lia, kakak ipar Randi.
"Mayang, kenapa kamu tidur di teras? Ayo masuk, disini dingin. Apa Randi yang melakukan ini?" ajak Rion, yang baru pulang dari bekerja. Ia terkejut melihat Mayang yang tidur meringkuk diatas lantai teras.
Mayang yang kaget mendengar suara bariton milik kakak iparnya langsung duduk dan menunduk malu. "Nggak papa mas! Aku takut mas Randi akan memarahiku, jika aku memaksa masuk dan tidur di dalam."
"Keterlaluan sekali Randi, bisa-bisa nya menyuruh istrinya tidur di luar, padahal di luar hujan deras." Rion menggertakkan rahangnya hingga menegas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Satu Minggu sudah Mayang tinggal bersama Rion di rumah pribadi Rion. Selama itu juga, Rion selalu berada di rumah ini. Rion beralasan pada Ranti sedang ada pekerjaan di luar kota.
Sore ini, setelah pulang dari kantor, Rion mengendarai mobilnya menuju ke rumah mertuanya. Ia ingin meminta para pelayan di rumah ini untuk mengundurkan diri. Mereka akan Rion bawa untuk bekerja di rumahnya melayani Mayang.
"Bik!" Rion mendatangi para pelayan yang berjumlah 3 orang. Mereka sedang bersantai di pinggir kolam ikan, sambil memberi makan ikan dan bercengkrama. Di atas meja terdapat pisang goreng dan teh hangat milik mereka.
"Eh, ada apa den?" tanya salah seorang pelayan.
Rion mendekati mereka dan berbicara dengan suara pelan, karena takut suaranya di dengan ibu mertua dan istrinya.
"Apa yang terjadi setelah Mayang pergi dari rumah?" tanya nya penasaran.
"Kacau den, setiap hari nyonya dan non Ranti uring-uringan, mereka selalu mengata-ngatai non Mayang dengan kata-kata kasar. Kalau tuan dan den Randi, tidak terlalu perduli dengan kepergian non Mayang. Malah kemarin malam, den Randi membawa wanita lain menginap di rumah ini. Dan tidur di kamar mereka."
"Sudah ku duga." gumam Rion pelan, ia mengusap-usap dagunya dengan jari. Lalu kembali menatap mereka bertiga. "Aku ingin membawa kalian untuk bekerja bersamaku juga Mayang, membantu mengurus keperluan Mayang. Sekarang temui nyonya kalian, katakan padanya, kalau kalian mengundurkan diri." lanjutnya lagi.
Mereka bertiga terlihat syok mendengar perkataan Rion, saling pandang tanpa mengatakan apapun.
"Aku akan membayar gaji kalian 3 kali lipat, asal kalian bisa menjaga Mayang ketika aku pergi." ujar Rion lagi.
Mereka langsung serempak menganggukkan kepalanya. "Baik den, kami temui nyonya dulu."
Rion mengangguk dan melenggang pergi meninggalkan para pelayang tersebut. Ia menuju ke kamarnya di lantai atas, untuk menemui istrinya.
Sesampainya di lantai atas, Rion mendengar suara desahan dari kamar yang di tempati Randi juga Mayang.
Ia berhenti tepat di depan pintu kamar milik Randi dan Mayang.
"Dasar pria brengsek!" umpat Rion. Lalu berjalan lagi menuju kamarnya dan Ranti.
Ketika membuka pintu kamar, Rion melihat Ranti tengah berbaring sensual diatas ranjang, dengan menggunakan pakaian tipis dan transparan berwarna merah.
"Sayang, akhirnya kamu pulang juga. Aku rindu!" kata Ranti dengan suara di buat mendayu manja.
Sebagai pria normal, Rion tentu saja tergoda melihat pemandangan yang indah di depannya. Tapi ketika melihat siapa pemilik tubuh seksi dan menggoda itu, hasratnya kembali tertidur.
"Aku bisa mendapatkannya dari Mayang nanti." ucapnya dalam hati.
"Sudah seperti jal*ng saja kau ini." ucap Rion ketus, dengan ekspresi datar. Ia berjalan menuju lemari, dan mengambil koper miliknya diatas lemari. Lalu mengeluarkan pakaian miliknya dan memasukkannya kedalam koper.
Belum hilang rasa terkejut Ranti dengan ucapan Rion, ia kembali di buat heran dengan tindakan Rion yang memasukkan semua pakaian miliknya ke dalam koper besar.
"Mas! Apa yang kamu lakukan?" tanya Ranti dengan wajah heran. Ia bangun dari ranjang dan memakai kimononya, lalu mendekati Rion.
"Mas! Kamu mau kemana sih? Kok pakaianmu semua di masukin koper?"
Selesai mengemas semua pakaiannya. Rion melihat Ranti dengan tatapan tajam. "Aku akan pergi dari rumah ini."
"Pergi?"
"Pergi kemana? Kenapa kamu tidak memberitahuku kalau kita akan pindah, aku kan bisa bersiap-siap."
"Aku memang akan pindah, tapi tidak denganmu. Aku ceraikan kamu, mulai hari ini kamu bukan istriku lagi." ucap Rion lantang. Lalu menarik kopernya, menuju ke arah pintu.
Sementara Ranti gemetar mendengar kata cerai dari Rion, matanya memanas dan akhirnya airmatanya berlinang.
"Mas! Kenapa seperti ini? Aku nggak mau cerai mas!" Ranti berlari dan berusaha menahan Rion agar tidak keluar kamar. Ia menarik lengan Rion sekuat tenaga.
Rion menghela nafas kasar, lalu menatap Ranti dengan jengah. "Ranti, sejak awal aku tidak pernah mencintaimu. Aku terpaksa menikahimu, karena waktu itu kau mengandung anakku. Setelah kandunganmu keguguran, aku masih berusaha untuk menumbuhkan cinta dihatiku. Tapi tetap saja tidak bisa, aku tidak bisa membina rumah tangga dengan wanita yang tak ku cintai. Tolong mengerti!"
"Nggak mas! Kamu nggak boleh ceraikan aku! Aku nggak mau cerai." Ucap Ranti frustasi. Ia tersungkur diatas lantai, dan memegang kaki Rion.
"Please mas, jangan tinggalin aku, aku mencintaimu." Lanjutnya dengan airmata berlinang.
"Tapi aku tidak, sangat tersiksa rasanya memaksakan diri untuk terlihat baik-baik saja. Padahal hatiku sama sekali tidak menginginkan mu."
"Lalu siapa yang kau inginkan mas, katakan! Katakan mas. Apa kau memiliki wanita lain?"
"Ya! Aku memiliki wanita yang aku cintai, dan aku akan segera menikahinya."
"Jahat kamu mas!" Ranti memukul-mukul kaki Rion, dan menangis histeris.