"Jatuhkan mobilnya ke jurang sekarang juga!" Dalian mendorong pundak Ayah.
Jalanan licin membuat mobil tergelincir.
"Kyaaa!!!"
Semua orang menjerit saat mobil melaju liar menuju tepi jurang hingga ke dalam.
"Jedderr!! Jedderr!!" Petir menyambar.
Seakan meramalkan malapetaka yang akan datang.
Dan dalam kekacauan itu, terdengar suara di tengah hujan dan petir, suara yang hanya Dalian yang bisa dengar.
"Selamat datang, gadis berambut hitam."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis ini Memiliki Kekuatan Istimewa
Semua penumpang tak sadarkan diri. Pingsan begitu saja, kecuali Dalian.
Gadis itu tetap terjaga, meski dalam keadaan ganjil. Tatapannya kosong, pupil matanya tampak memudar, seolah-olah ada sesuatu yang merasukinya. Wajahnya tanpa ekspresi, dingin seperti patung lilin, seperti tengah dihipnotis oleh kekuatan yang tak kasatmata.
Di luar jendela, tak ada apapun selain kegelapan yang pekat. Seakan mereka terdampar di ruang hampa tanpa batas. Tak ada cahaya bulan, tak ada bintang. Hanya kehampaan yang memeluk erat dari segala arah.
Perlahan, Dalian membuka pintu. Suara engsel berderit memecah sunyi. Rambut hitamnya yang panjang terurai liar, menjuntai hingga ke paha.
Saat satu kakinya menyentuh permukaan gelap itu, yang tak jelas apakah pasir, tanah, atau sesuatu yang lain, cahaya lembut muncul dari bawah telapaknya, menyebar sejauh dua meter di sekelilingnya.
"Gadis ini memang memiliki kekuatan yang istimewa," sahut suara yang tak terlihat itu.
Cahaya itu hangat. Tenang. Seolah melindunginya dari gelap yang mengintai di setiap langkahnya.
Setiap kali Dalian melangkah, cahaya terus terlukis di bawah kakinya. Namun, suasana tetap sunyi, mencekam. Kabut tipis melayang-layang di udara.
Rambut Dalian lurus rapi, terjuntai hingga melewati punggungnya, menyentuh bagian bawah pantat. Helai-helainya begitu halus, berkilau hitam keunguan bagai permukaan obsidian di bawah sinar bulan yang tak tampak.
Kilauan itu bukan sekadar indah—ia memikat, memancarkan daya tarik aneh yang mengundang rasa ingin tahu. Seolah menyimpan cerita yang belum diucapkan, rahasia yang belum terungkap.
Ada kekuatan yang tersembunyi di dalam rambut itu. Rambut itu seperti tirai antara dunia nyata dan dunia gaib. Anggun, misterius, dan penuh teka-teki.
"Miao!!"
Tiba-tiba, Dalian terlonjak kaget. "Hah?! Apa itu?!" Suaranya serak, matanya mulai hidup kembali. Dalam balutan gaya croptop khas anak gaul, Dalian berdiri di tengah lingkaran cahaya, kebingungan, tapi perlahan kesadarannya mulai pulih.
"I-- ini dimana?" Dalian sedikit meringkuk ketakutan. Jemarinya mengepal erat di depan dada.
Dia melihat ke bawah dan menyadari dia baru saja menginjak ekor seekor kucing. "Ku-kucing? Tadi, gue nginjek ekor kucing kan?"
Kucing itu menoleh, dengan sangat menyeramkan. Seketika, Dalian terkesiap. Mata kucing itu menatapnya tajam, wajahnya penuh teka-teki.
Dalian segera berlari kembali ke mobil. Dia menutup pintu dengan cepat, dan cahaya yang tadi muncul mulai meredup, kembali menyerahkan mereka pada kegelapan.
"Chelsey, bangun! Kio, bangun!!" Suaranya mulai bergetar. "Moms, Dads! Bangun!"
Perlahan, ibunya bergerak, mengerang pelan, diikuti oleh Chelsey yang mulai sadar. Ayah mereka tak sadarkan diri, dengan luka di dahinya.
"Aduh..." keluh ibu, mencoba duduk tegak.
"Moms? Syukurlah, Mommy sudah sadar!" Dalian merasa sedikit lega.
Chelsey mengeluh sambil memegangi dadanya. "Apa jantungku masih ada?"
"Moms, Chelsey," panggil Dalian dengan nada cemas, "lihatlah! Kita sedang di mana sekarang?"
Ibu menatap keluar jendela, mengerutkan kening. "Gelap sekali... Ibu tidak bisa melihat apa-apa." Lalu, beralih membangunkan ayah. "Ayah, ayah bangun." Pinta Ibu.
Dalian mengangguk sambil membangunkan adiknya seraya menjawab, "Aku juga nggak tahu, semuanya gelap. Kita seperti terjebak di dunia yang berbeda."
"Ayo Kio, bangun!!"
Ayah perlahan mulai sadar, menggerakkan tubuhnya yang kesakitan. "Apa kita selamat?" Dia menyentuh luka di dahinya.
"Iya, kita selamat," jawab ibu, "Ayah, coba nyalakan lampu mobilnya. Mungkin kita bisa melihat lebih jelas."
Ayah meraih kunci dan memutar. Cahaya lampu mobil menerangi kegelapan dengan terangnya. Namun, pemandangan yang tidak mereka harapkan muncul di hadapan mereka. Seketika, sepasang mata terbelalak.
"Uwaa!!" Dalian dan Chelsey berteriak serentak. Kaget dengan apa yang mereka lihat.
Hantu-hantu tampak melayang seperti kain mengelilingi mereka. Dan, seekor kucing, tubuhnya melayang di udara dengan bulu lebat yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Ekor panjangnya menyerupai kemoceng, wajahnya terbagi menjadi dua warna. Separuh hitam dan separuh putih. Matanya juga tak biasa, mata kanan biru, sementara yang kiri merah darah.
Kucing itu hanya tersenyum lebih lebar, senyumnya nyaris tidak manusiawi.
Di depan, bayangan-bayangan mulai tampak. Bentuk-bentuk kabur, makhluk berwarna putih yang melayang di udara, menunjukkan senyuman menyeramkan di wajah tak berwujud mereka.
Samar-samar terlihat makhluk-makhluk berwarna putih melayang di udara, sosok mereka hampir tak berbentuk, seperti kain usang yang ditiup angin. Wajah mereka seakan tersembunyi di balik lipatan kain yang berkibar, tetapi dari celah-celahnya terlihat sekilas mata berkilau merah seperti bara api.
Gerakannya lamban, tetapi terus mendekat, dengan tubuh yang berayun-ayun di udara seolah terombang-ambing di lautan kegelapan. Erangan mereka terdengar rendah, seperti suara rintihan yang berasal dari dasar jurang yang dalam.
"Kyaaa!!!" teriak seluruh penumpang.
"Rrrwww... ggrrr..." Suara itu menggelegar, diiringi bunyi gesekan kain yang seolah menyeret sesuatu di udara.
Cahaya dari lampu mobil yang terang, memperlihatkan sosok wajah mereka yang kosong, hanya berupa rongga hitam tak berdasar.
Semakin mendekat, semakin kuat erangan itu, membuat udara di sekitar mobil terasa semakin berat dan dingin, seakan mencekik napas. Makhluk-makhluk itu tampak lebih menyeramkan. Senyum tipis yang tak wajar terlihat di beberapa dari mereka, seakan sedang menikmati ketakutan yang mereka ciptakan.
Detik itu, satu dari mereka menunduk lebih rendah, wajah tak berbentuknya mendekat ke jendela mobil, hanya berjarak beberapa inci dari kaca.
"Rrrwww... ggrrr..."
"Daddyyyy!!" Teriak Dalian ketakutan.
Makhluk-makhluk itu mendekat, suara geraman mereka menggema di sekitar, membuat bulu kuduk meremang. Dalian yang masih takut, menyembunyikan wajahnya di kedua lututnya, tidak berani menatap keluar.
"Matikan lampu dan mesin mobilnya, Dads! Cepat!" perintah Dalian, tiba-tiba suaranya tegas.
Tanpa ragu, ayah mematikan lampu dan mesin. Kegelapan pun kembali menyelimuti mereka.
"Fiuh..." desah mereka, sejenak merasa aman dalam kegelapan. Namun, suasana tetap mencekam. Cahaya dari ponsel Chelsey menjadi satu-satunya yang menerangi mereka, cukup untuk saling melihat wajah yang dipenuhi ketakutan.
"Dalian, sepertinya kita sedang berada di tempat yang sangat aneh. Jadi, berusahalah untuk bisa mengendalikan diri ya", pinta ayah.
"Ta-tapi Daddy..."
"Mami... Papi..." sahut Kio sudah mulai sadarkan diri. "Apa Dalian takut lagi?", tanya Kio melihat Dalian menyembunyikan mukanya di kedua lutut dan tangannya.
"Iya", balas Ibu seraya tertawa kecil.
"Dasar! Dalian selalu saja takut"
"Diam elo bocil! Jika elo melihat hantu pasti elo juga akan teriak dan ketakutan!", sahut Dalian kesal.
Suara yang tak terlihat terdengar lagi. "Dalian, keluar dan tunjukkan jalan untuk mereka," bisik kucing itu lagi, nadanya kini terdengar lebih memerintah.
"A-apa? Keluar? Elo bercanda?! Ada makhluk-makhluk mengerikan di luar sana!" Dalian menolak dengan keras.
"Kau tak punya pilihan. Aku akan melindungimu," kata si kucing dengan nada yang lebih serius.
Dalian tidak percaya. "Bagaimana mungkin kucing bisa melindungi manusia?"
"Patuhlah! Aku sudah memilihmu." Suara kucing itu lebih tajam, dan seketika mata Dalian terhipnotis lagi. Manik mata ungunya berubah menjadi abu-abu keunguan. Tubuhnya mulai bergerak dengan sendirinya.
"Dalian?" panggil Chelsey, namun Dalian tidak merespons.
Dengan tatapan kosong, Dalian melangkah keluar dari mobil. Setiap langkahnya menciptakan cahaya dua meter di sekelilingnya. Si kucing melayang di sisinya, mengawasi setiap gerakannya.
"Mulai sekarang, panggil aku Kaya," kata si kucing dengan senyum misterius.
Intrik makin dalem...
Aduh, itu tuh kayak... Aaarrrgggg
Gue bisa ngerasain jantung Dalian yang literally kayak drum konser. Dan pas dia mau cium…
Rasanya epik 🤩🤩
Gue ikut amazed lihat keajaiban ini 🤩🤩
Sekarang Karel bolehlah buat Chelsey 😉
Kecil-kecil tapi impactful 👍👍👊👊
Anak-anak pecinta Studio Ghibli pasti bakal suka Luma banget. Dan dialognya tuh dapet! Lucu, ringan, tapi ada hint misterius!!
Lo kasih nuansa self-redemption yang keren. Kaya bukan cuma berubah secara penampilan, tapi juga secara batin. ❤❤
Dalian gugup sampe belepotan manggil namanya, vibes-nya tuh kayak cewek yang naksir sama kakak kelas ganteng yang tiba-tiba ngajak ngobrol. Bikin pembaca auto senyum-senyum sendiri. 🤣🤣
Gue suka banget cara lo gambarin transformasi si Pandita, dari yang mungkin dulu nyeremin jadi kayak idol Korea habis meditasi di gunung. 😘😘
Aura dia tuh bukan cuma ganteng, tapi juga kayak... soul healer gitu loh. #gulinggulingparah!!!