NovelToon NovelToon
Pangeran Tampan Itu Dari Dunia Lain

Pangeran Tampan Itu Dari Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Beda Dunia / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Worldnamic

Ayla tidak pernah menyangka bahwa hidupnya akan berubah karena sebuah kalung tua yang dilihatnya di etalase toko barang antik di ujung kota. Kalung itu berpendar samar, seolah memancarkan sinar dari dalam. Mata Ayla tertarik pada kilauannya, dan tanpa sadar ia merapatkan tubuhnya ke kaca etalase, tangannya terulur dengan jari-jari menyentuh permukaan kaca yang dingin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Worldnamic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10: Jejak di Balik Bayang-Bayang

Perjalanan mereka membawa Ayla dan Kael menuju wilayah yang lebih liar dan tak terjamah. Hutan lebat dengan pohon-pohon tua menjulang tinggi mengelilingi mereka, menciptakan suasana suram yang hanya ditemani oleh suara dedaunan berbisik dan langkah kaki mereka di atas tanah lembap. Matahari nyaris tidak menembus kanopi pohon, membuat suasana terasa dingin dan gelap meskipun hari masih siang.

“Kau yakin ini jalannya?” tanya Ayla, melihat sekeliling dengan waspada. Ia memegang mantel lebih erat, mencoba melindungi dirinya dari dingin yang aneh, seperti berasal dari sesuatu yang bukan sekadar suhu udara.

Kael memeriksa peta tua yang mereka dapatkan dari Lyara sebelum perpisahan mereka. Ia menunjuk ke arah utara. “Menurut peta, kita harus terus ke arah ini. Tapi aku merasa ada sesuatu yang mengawasi kita.”

Ayla merinding mendengar ucapannya. Perasaan yang sama telah menghantuinya sejak mereka memasuki hutan ini. Namun, ia mencoba mengesampingkan ketakutannya. “Kalau begitu, kita harus tetap waspada.”

Langkah mereka terus membawa mereka lebih dalam ke jantung hutan, hingga akhirnya mereka tiba di sebuah sungai yang airnya begitu jernih hingga bebatuan di dasarnya terlihat seperti permata. Di tepi sungai itu, mereka menemukan sesuatu yang mengejutkan—sebuah patung batu besar yang setengah terkubur di tanah, hanya menampilkan wajah seorang pria dengan ekspresi muram.

“Ini bukan patung biasa,” ujar Ayla sambil berlutut untuk memeriksanya lebih dekat. “Lihat ukirannya. Sama seperti yang ada di pilar.”

Kael mengamati patung itu dengan serius. “Ini mungkin petunjuk lain. Tapi kenapa patung ini berada di sini? Dan siapa yang membuatnya?”

Sebelum mereka sempat menemukan jawaban, suara gemerisik di balik semak-semak membuat mereka berdua berbalik dengan cepat. Kael menghunus pedangnya, sementara Ayla bersiap dengan kekuatan cahaya yang kini ia mulai kuasai.

Dari balik semak, seorang pria tua dengan pakaian compang-camping muncul, membawa tongkat kayu yang usang. Rambutnya putih panjang, dan matanya berkilauan seperti melihat masa depan.

“Tidak perlu takut, anak-anak,” katanya dengan suara serak namun tenang. “Aku hanya penjaga tempat ini. Namaku Olvar.”

Ayla dan Kael saling pandang, mencoba membaca niat pria tua itu. Akhirnya, Kael menurunkan pedangnya sedikit. “Apa yang kau jaga di tempat ini?”

Olvar tersenyum samar, menatap patung itu dengan pandangan penuh makna. “Ini adalah salah satu Jejak Cahaya. Mereka adalah peninggalan para penjaga dunia sebelum kita. Patung ini menyimpan sebagian dari jawaban yang kalian cari, jika kalian cukup berani untuk mendengar.”

Ayla maju selangkah, menatap Olvar dengan rasa ingin tahu. “Apa yang harus kami lakukan untuk menemukan jawabannya?”

“Letakkan tanganmu di patung, dan biarkan dirimu mendengar suara masa lalu,” jawab Olvar.

Ayla ragu sejenak, tapi Kael memberinya anggukan penuh dukungan. Dengan hati-hati, ia menyentuh permukaan patung. Begitu jari-jarinya menyentuh batu dingin itu, dunia di sekitarnya berubah.

Ia tidak lagi berada di hutan. Sebaliknya, ia melihat sebuah kota megah yang bercahaya di tengah padang luas. Namun, dalam sekejap, pemandangan itu berubah menjadi kehancuran—api berkobar, bangunan runtuh, dan langit menjadi gelap. Di tengah kehancuran itu, sosok Noir berdiri dengan senyum dingin di wajahnya.

“Ayla…” suara itu terdengar dari dalam dirinya, namun ia tahu itu bukan miliknya sendiri. “Pilihlah antara kekuatan dan cinta, karena kau tidak bisa memiliki keduanya.”

Gambar-gambar itu menghilang, dan Ayla terjatuh ke tanah, napasnya terengah-engah. Kael langsung memegangnya, menatapnya dengan cemas.

“Apa yang kau lihat?” tanya Kael dengan nada tegas namun lembut.

Ayla menggenggam tangan Kael dengan gemetar, lalu menjawab, “Noir… ia mencoba membuatku memilih. Tapi aku tidak tahu apa maksudnya.”

Olvar mengangguk pelan, matanya penuh dengan pemahaman. “Pilihan itu adalah ujian yang harus kau hadapi, Ayla. Kekuatanmu dan cinta yang kau miliki dengan pria ini akan diuji hingga batasnya. Ingatlah, jawaban yang kau pilih akan menentukan masa depan dunia ini.”

Kael meremas lembut tangan Ayla, memberi rasa tenang. “Apa pun yang terjadi, kita akan menghadapinya bersama.”

Ayla menatap Kael dengan mata yang penuh rasa percaya. Ia tahu bahwa ancaman Noir semakin nyata, namun bersama Kael, ia merasa ada harapan. Mereka harus terus maju, dengan hati yang saling terhubung dan keyakinan pada tujuan mereka.

Malam perlahan menyelimuti hutan, tetapi Ayla dan Kael tetap berada di dekat patung itu, mencoba memahami apa yang baru saja Ayla lihat. Cahaya dari bola api kecil yang dibuat Kael menerangi sekeliling mereka, namun suasana terasa semakin berat dengan bayang-bayang ancaman yang tergambar dalam penglihatan Ayla.

“Kita harus memutuskan langkah selanjutnya,” ujar Kael, memecah keheningan. Ia menatap Olvar, mencoba mencari jawaban lebih dari pria tua itu. “Apa yang sebenarnya Noir inginkan?”

Olvar, yang tengah duduk bersila di tanah, menghela napas panjang sebelum menjawab. “Noir adalah manifestasi dari ketidakseimbangan. Ia tidak hanya menginginkan kehancuran dunia ini, tetapi juga kehancuran jiwa kalian. Jika ia berhasil memisahkan cinta kalian, ia akan semakin kuat. Itu sebabnya ia menawarkan pilihan—karena ia tahu, sebuah hati yang bimbang adalah pintu masuk untuk kegelapan.”

Ayla memeluk lututnya, merasa beban yang semakin berat di pundaknya. “Bagaimana mungkin aku harus memilih? Kekuatan ini bukan hanya milikku; ini adalah harapan untuk semua orang. Tapi bagaimana jika aku kehilangan cinta yang membuatku tetap kuat?”

Kael bergerak lebih dekat, duduk di sampingnya. Ia menyentuh pundaknya dengan lembut, membuat Ayla menoleh menatapnya. “Ayla, kau tidak perlu memilih antara kekuatan dan cinta. Cinta kita adalah bagian dari kekuatan itu. Jangan biarkan Noir meyakinkanmu bahwa keduanya tidak bisa berjalan bersamaan.”

Kata-kata Kael menenangkan hati Ayla, meskipun keraguan kecil masih bersarang. Ia tahu bahwa perjalanan mereka tidak hanya tentang mengalahkan Noir, tetapi juga menjaga hubungan mereka tetap utuh di tengah cobaan yang terus berdatangan.

Olvar berdiri perlahan, tubuh tuanya tampak rapuh namun penuh kebijaksanaan. “Perjalanan kalian akan membawa kalian ke perbatasan berikutnya, tempat di mana bayang-bayang Noir paling kuat. Jika kalian tidak bersatu, kalian akan terpisah sebelum mencapai tujuan akhir.”

“Perbatasan apa yang kau maksud?” tanya Kael.

“Hutan ini adalah penutup,” jawab Olvar. “Di luar sini, ada dataran yang disebut Bayangan Abadi, tempat Noir pertama kali muncul. Di sana, ia menanam benih kegelapan yang menyebar hingga ke dunia kalian.”

Ayla berdiri, menatap Olvar dengan tekad baru di matanya. “Kalau begitu, itulah tujuan kita berikutnya. Kita harus menghentikan Noir sebelum kekuatannya tumbuh lebih besar.”

Olvar tersenyum tipis, senang melihat keberanian Ayla. “Ingatlah, hanya cinta dan kepercayaan yang akan menuntun kalian melalui Bayangan Abadi. Jangan biarkan keraguan menguasai hati kalian, atau kalian tidak akan pernah keluar dari sana.”

Kael meraih tangan Ayla, menggenggamnya erat. “Kita akan melakukannya bersama. Aku tidak akan membiarkan apa pun memisahkan kita.”

Ayla membalas genggamannya, merasakan kekuatan baru yang mengalir dalam dirinya. Ia tahu perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi selama ia memiliki Kael di sisinya, ia percaya mereka bisa melewati semua rintangan.

Dengan bantuan Olvar, mereka mengatur persiapan terakhir untuk memasuki Bayangan Abadi. Hutan itu, meskipun suram, terasa lebih aman dibandingkan dengan apa yang menunggu mereka. Saat malam semakin larut, mereka duduk di sekitar api kecil yang mereka buat, berbagi kehangatan terakhir sebelum menghadapi bahaya yang lebih besar.

“Kael,” bisik Ayla ketika yang lain sudah tertidur.

Kael menoleh, menatapnya di bawah cahaya redup api. “Ada apa?”

“Apa kau pernah berpikir… bagaimana jika aku gagal? Bagaimana jika aku tidak cukup kuat?” tanyanya, suaranya dipenuhi keraguan yang jarang ia tunjukkan.

Kael tersenyum lembut, lalu meraih tangannya. “Ayla, kau tidak perlu menjadi kuat sendirian. Aku di sini untukmu, sama seperti kau ada untukku. Kita adalah tim, dan aku tidak akan membiarkanmu jatuh.”

Kata-kata itu membawa ketenangan dalam hati Ayla. Ia tahu bahwa selama Kael berada di sisinya, ia tidak akan pernah benar-benar sendirian.

Dalam keheningan malam itu, dengan bayang-bayang yang mengintai di luar lingkaran cahaya api mereka, Ayla dan Kael menemukan kekuatan baru dalam hubungan mereka. Sebuah keyakinan bahwa meskipun dunia di sekitar mereka penuh dengan ancaman, cinta yang mereka miliki adalah bintang penuntun yang akan membawa mereka melalui kegelapan.

1
Faaabb
Update dong thor, jangan bikin kita mati gaya.
Worldnamic: di tunggu ya, mikirin idenya lama
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!