Dalam pengejaran, Elenio terjebak disebuah perkampungan dan bertemu dengan Zanna. Keduanya berakhir tinggal bersama. Elenio yang terlihat cool, ternyata sangat menyebalkan bagi Zanna, membuat cewe itu terus saja naik pitam dibuatnya. Namun ternyata kisah mereka tak sesimple itu. Orang-orang yang berhubungan dengan tempat Elenio berasal mulai berdatangan, mengacaukan ketenangan Elenio membuat cowo itu kembali ke kota asalnya bersama Zanna dan kisah yang sebenarnya pun dimulai.
Kisah Elenio Ivander Haidar dan Zanna Arabelle Jovita. Yang penuh teka-teki dengan dibumbui kisah-kisah manis ala percintaan remaja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
Mendengar bunyi pintu terbuka, Zanna segera menegakan tubuhnya. Mencoba menutupi kegugupan, Zanna berjalan mendekati Alfino yang menatap bingung ke arahnya.
Zanna mendongak sedikit, tersenyum simpul sembari menyodorkan air mineral pada Alfino. "Buat lo, sebagai ucapan terimakasih," ucapnya
Alfino menaikan sebelah alisnya, namun tetap menerima sodoran air mineral dari teman sekelasnya ini. "Padahal gak usah repot-repot," ucapnya
"Gak seberapa kok dibandingin sama bantuan lo. Coba aja tadi lo gak minjemin topi, udah pasti gue bakal dihukum. Namanya dihukum, air mineral aja gak cukup buat balikin energi, hehe," ucap Zanna mencoba mencairkan suasana. Jujur saja meski satu kelas dari kelas 10, dia jarang sekali berbicara dengan Alfino. Rasa canggungnya sangat terasa, apalagi Alfino adalah orang yang dia kagumi.
"Oke deh, Thank yah!" balas Alfino tersenyum simpul.
Ngademin banget sumpah! Gimana Zanna gak kepincut coba?
"Sama-sama! Thank juga buat topinya," balas Zanna membalas senyuman Alfino.
"iya, sans!"
"Btw, topinya gue kembaliin di kelas aja ya! Keknya bawaan lo ribet juga!" ucap Zanna menunjukan topi Alfino.
Alfino mengangguk. "Iya terserah lo aja," balasnya.
......................
Jika Zanna sibuk di sekolahnya, Elenio kini tengah sibuk membantu Gianina menata kue-kue jualannya di etalase toko.
Setelah Zanna berangkat sekolah, keduanya mengobrol intens yang cukup menguras pikiran dan memporak-porandakan emosi mereka.
Tak mau berlarut dalam masalah keduanya yang ternyata memiliki sedikit keterikatan, Gianina mengajak Elenio membantunya membungkus kue yang semalam sudah dia buat, tentunya sebelum Elenio datang. Setelah selesai dengan urusan kue, Elenio diajak menuju toko kue Gianina yang berada di pusat kecamatan B yang tidak begitu jauh dari kampung. Untungnya di lemari kamar yang Elenio tempati ada beberapa set pakaian yang pas di tubuhnya, modelnya pun cukup cocok untuknya, kata Tante Gianina, pakaian tersebut punya keponakannya. Lumayan, Elenio jadi bisa berganti pakaian yang terasa sudah tidak nyaman di badannya.
"Cape gak, Nio? Kamu duduk aja ya," ujar Gianina pengertian. Dia mengajak Elenio ke tokonya bukan untuk membantunya seperti ini, dia berfikir daripada Elenio merasa bosan di rumah, mending ikut menemaninya di toko.
Elenio menggeleng. "Gini doang kok, Tan. Gapapa Elenio bantuin Tante, biar cepet selesai juga." balasnya.
Gianina menghela nafas, percuma saja jika dia melarang, Elenio ternyata sama keras kepalanya dengan sahabatnya, Haidar.
"Eh udah jangan ditata lagi. Beberapa kardus ini udah dipesan, kamu duduk aja sini sama Tante," ucap Gianina mencegah Elenio yang hendak membuka salah satu kardus pesenan pelanggan.
Elenio pun menurut, berjalan menghampiri Gianina dan ikut duduk di samping wanita tersebut.
"Nih, dinikmati," ucap Gianina menyodorkan segelas teh dan biskuit.
Elenio menerima saja. Karena sejujurnya dia haus. Sedari tadi belum sempat minum karena langsung membantu Gianina menata kue di etalase.
"Abis ini kita nyari perlengkapan sekolah buat kamu ya, sekalian beli beberapa kebutuhan buat kamu," ucap Gianina tiba-tiba.
Elenio yang sedang menggigit biskutnya sontak terdiam, menatap pada Gianina. Dia meletakan biskuitnya.
"Tan, apa gak ngerepotin? Aku cukup bantu-bantu Tante aja kok gapapa sembari nunggu Papa jemput," ucapnya. Bagaimana pun dia cukup tau diri dengan posisinya yang hanya numpang.
"Kamu tetap harus dapat pendikan Nio, nunggu Papa kamu bakal nguras waktu."