Nindya seorang sekertaris yang sangat amat sabar dalam menghadapi sikap sabar bosnya yang sering berubah suasana hati. Hingga tiba-tiba saja, tidak ada angin atau hujan bosnya dan keluarganya datang ke rumahnya dengan rombongan kecil.
Nindya kaget bukan main saat membuka pintu sudah ada wajah dingin bosnya di depan rumahnya. Sebenarnya apa yang membuat bos Nindya nekat datang ke rumah Nindya malam itu, dan kenapa bosnya membawa orang tuanya dan rombongan?
Ayo simak kelanjutan ceritanya disini🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VivianaRV, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
"Bagaimana kalau bulan depan kalau tidak bulan ini saja pak, bulan depan kan kandungan Nindya belum membesar" ucap Jajak memberikan pilihan.
"Saya hanya menurut saja, bagaimana pilihan dari pihak perempuan" ucap Bara.
"Ya sudah bulan depan saja pernikahannya dilakukan, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lama."
"Baik kita akan melaksanakan pernikahan kita pada tanggal 14 bulan depan ya?" Jajak mengangguk.
"Kalau begitu biar aku umumkan waktu pernikahannya" memang sedari tadi Bara dan Jajak asik ngobrol berdua saja.
Setelah itu Bara segera mengumumkan tanggal dan bulan pernikahan Kaivan dan Nindya malam itu juga dihadapan banyak orang. Nindya dan Kaivan yang ada ditempat pun hanya diam saja, mereka berharap rencana besok berhasil sehingga acara pernikahannya gagal.
Saat waktu sudah hampir tengah malam, semua keluarga Kaivan berpamitan untuk pulang. Nindya dan keluarga pun menyalimi dengan memasang wajah penuh senyum. Setelah semuanya sudah pergi baru Leli menumpahkan tangisannya. Nindya yang melihat ibunya menangis pun ikut sedih juga.
"Ibu jangan menangis" ucap Nindya.
"Bagaimana ibu tidak menangis karena anak satu-satunya yang ibu punya sebentar lagi akan segera menikah dalam hitungan hari."
"Tenang saja bu aku tidak akan menikah."
"Kamu jangan bilang aneh-aneh, tanggal pernikahan sudah ditentukan dan kamu tidak menikah? Kamu itu suka bercanda ya?"
"Sudah sekarang ibu jangan menangis."
"Ibu akan berusaha untuk tidak menangis" ucap Leli sambil masih sesenggukan.
Setelah Leli mulai tenang dan semua sudah beres, semuanya pun mulai tidur karena sudah larut malam. Saat pagi tiba, Nindya pergi bersiap-siap ke kantor lagi. Saat menuju dapur Leli kaget melihat anaknya sudah berdandan rapi.
"Loh nak kamu mau pergi ke mana pagi-pagi seperti ini?"
"Aku mau berangkat ke kantor lagi bu."
"Katanya kamu sudah mengirim surat pengunduran diri kemarin dan resmi keluar tapi kenapa sekarang kamu malah berangkat kerja lagi?"
"Surat pengunduran dirinya belum disetujui sama pak Kai makanya aku sekarang harus berangkat."
"Kalau begitu kamu harus hati-hati selama bekerja, ingat kamu itu sedang hamil."
"Bu aku mau sarapan ada roti enggak?" Nindya tidak menanggapi ucapan ibunya, dia malah mengalihkan ke pembicaraan yang lain.
"Ada itu di meja, selainnya kamu tinggal pilih yang mana saja terserahmu. Sudah sana cepat sarapan biar ibu buatkan kamu susu agar lebih bertenaga" Nindya hanya mengangguk saja sembari fokus memakan roti.
"Nih susunya diminum" Leli meletakkan susu disamping Nindya.
Setelah selesai memakan rotinya, Nindya mulai mengambil susu tapi saat akan dia tegak entah kenapa ada rasa mual di perutnya. Dengan segera Nindya meletakkan segelas susu ke meja kembali.
"Kenapa susunya enggak kamu minum?" tanya Leli heran.
"Rasanya aku mau muntah bu saat akan minum susunya" Nindya menutup hidungnya sangking tidak kuatnya mencium bau susu.
Leli mendekati Nindya lalu mengambil segelas susu itu dan mencium susu. "Perasaan baunya biasa aja, seperti susu pada umumnya."
"Aku enggak bisa minum susu itu bu" Nindya menggelengkan kepalanya.
"Ya sudah kalau gitu kamu tidak perlu minum susu."
"Kalau gitu aku pamit berangkat kerja bu" sebelum pergi Nindya menyalimi tangan ibunya dengan takzim.
"Tunggu sebentar biar ibu panggilkan ayahmu untuk mengantarmu ke kantor agar kamu tidak mengendarai montor sendiri, takutnya nanti kamu kenapa-napa."
"Aku enggak papa loh bu naik montor sendiri, lagian kan aku juga setiap hari pulang pergi ke kantor naik montor jadi sudah terbiasa."
"Saat ini sudah beda Nindya, kamu itu sekarang masih mengandung takutnya nanti ada apa-apa saat di jalan yang bisa membuat kamu dan bayimu itu dalam keadaan bahaya."
"Ya sudah aku nurut ibu saja."
Baru saja Leli akan memanggil suaminya, terdengar suara klakson mobil dari depan rumah. "Nindya mobil siapa itu yang ada di depan rumah?" tanya Leli.
"Aku enggak tahu bu."
"Coba sana kamu lihat mobil siapa, kok pagi-pagi begini sudah ada didepan rumah kita."
Karena penasaran Leli segera pergi ke depan rumah, saat sudah berada di teras Leli melihat Kaivan yang baru saja turun dari mobil. Nindya yang juga mengikuti ibunya dari belakang pun tidak percaya bos tukang marah itu berada di depan rumahnya.
"Selamat pagi bu Leli" sapa Kaivan dengan muka ramah.
"Pagi nak Kaivan, ada apa ya pagi-pagi ke sini?"
"Saya mau menjemput Nindya bu untuk berangkat ke kantor bareng."
"Ohh...iya kebetulan banget Nindya juga sudah siap, kalau kamu menjemput Nindya jadi saya tidak jadi menyuruh suami saya untuk mengantar Nindya."
"Ibu lebih baik aku diantar sama ayah aja deh" ucap Nindya yang masih ada dibelakang ibunya. Leli menengok kan kepalanya ke belakang lalu berbisik.
"Sudah kamu sama nak Kaivan saja, saat ini ayahmu juga sedang sibuk karena masih merekap pengeluaran toko" setelah berbisik Leli pun menghadap Kaivan kembali dan tersenyum.
"Ayo Nindya kamu ambil tasmu kasihan nak Kaivan menunggumu" setengah kesal Nindya menghentakkan kakinya saat masuk ke dalam rumah.
"Tunggu sebentar ya nak Kaivan."
"Iya buk."
"Oh iya nak Kaivan sudah sarapan atau belum?"
"Kebetulan saya tadi sudah sarapan di rumah bu."
"Kalau belum saya suruh sarapan disini" belum sempat Kaivan menjawab Nindya sudah kembali keluar.
"Ayo pak Kai kita berangkat."
"Saya permisi bu" Mereka berdua masuk ke dalam mobil dan mobil pun melaju ke jalanan.
"Ternyata anda bisa ramah ya pak kepada orang yang tidak berkepentingan dengan anda" ucap Nindya membuka suara.
"Kamu kira saya orang yang tidak ramah selama ini?" Nindya mengangguk.
"Iya karena saya jarang sekali melihat anda ramah kepada orang lain selain klien yang sangat menguntungkan bagi anda."
"Masa aku sama orang tua tidak ramah, mau dikata apa aku nanti?"
"Tidak seperti biasanya anda peduli dengan penilaian orang lain."
"Aku tetap peduli ya dengan penilaian orang lain, aku kan manusia jadi masih mempunyai hati. Kamu pagi-pagi begini jangan membuat saya emosi ya."
"Saya hanya bertanya pak, oh iya kenapa anda menjemput saya pagi ini? Jangan bilang anda mulai perhatian dengan saya?"
"Kamu jangan kepedean ya jadi orang, saya menjemput kamu pagi ini karena disuruh oleh ibu saya kalau enggak disuruh saya ogah menjemput kamu yang mana malah membuat saya hampir telat."
"Hampir telat apa sih pak, ini tuh masih pagi."
"Itu menurutmu kalau menurut saya ini sudah lumayan siang."
"Iya sih saya percaya karena kan anda workaholic."
"Apa kamu bilang?!"
"Bukan apa-apa pak" ucap Nindya sambil cengengesan yang malah membuat Kaivan kesal.