Sugih Ronggeng merupakan kisah terdahulu hingga kini yang tidak pernah usai (terkecuali). Nadia merupakan gadis cantik dari keluarga Kartaca yang ia ketahui bahwa dirinya merupakan cucu ke 7. Banyak kejadian yang tidak Nadia pahami, namun Nadia yakin, di ujung sana "pasti ada penawarnya".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RAYYA , isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengalihan Isu
"Kongkorongokkkk"
(Ayam berkokok).
Dimana waktu sudah menunjukan waktu pagi. Kinasih yang tampak lelah baru tersadar bahwa dirinya masih di tempat khusus tamu milik Jaya.
Kinasih terlihat kebingungan. Jika keluar ruangan, warga akan mengetahui dan tentu saja Acum pun selaku istri dari Jaya pasti akan melihatnya.
"Syut... Syuttt..."
(Terdengar suara sahutan dari belakang Kinasih).
Kinasih menoleh,
"Hah" Sahut Kinasih sambil memegang erat kain penutup tubuhnya,
Namun saking kagetnya, Kinasih tak sengaja membuat kain sehelai yang menutup tubuhnya itu terlepas dan terjatuh ke bawah.
Sontak laki - laki yang memberikan sahutan tersebut tersenyum dengan mimik tergoda karena secara tidak sengaja bisa melihat tubuh molek Kinasih secara jelas.
"Akang saha?" (Akang siapa?) Tanya Kinasih kepada pria tersebut sembari membetulkan kain samping dan menutupi tubuhnya kembali.
Pria tersebut kurang lebih berusia 38 hampir 40 tahun. Pria tersebut tidak lain merupakan Eman pesuruh dari Jaya.
"Neng Kinasih, atos gugah..." (Neng Kinasih, sudah bangun...) Tanya Eman yang dari tadi sudah terduduk di kursi menunggu Kinasih bangun dari tidurnya.
"Aya peryogi naon Akang? Naha aya di dieu?" (Ada perlu apa Akang? Kenapa ada di sini?) Tanya Kinasih.
Eman pun menjelaskan bahwa dirinya di suruh oleh Jaya, tuannya. Untuk mengantarkan Kinasih pulang ke rumahnya.
Kinasih tak berpikir panjang, Kinasih pun langsung berkemas dan memakai pakaiannya dan siap untuk keluar ruangan tersebut.
"Neng Kinasih" Ucap Acum,
Kinasih yang kaget lantas pucat karena ketika membuka pintu, orang pertama yang ada di depannya adalah Acum istri Jaya.
Kinasih mengira bahwa Acum akan melabraknya karena semalam Jaya dan dirinya sudah melakukan hubungan terlarang di ruangan tersebut.
Alih - alih marah, Acum tersenyum lebar, karena prasangka negatifnya terhadap Kinasih sudah sirna.
Eman pun keluar ruangan dan tepat berdiri di belakang Kinasih.
"Eman..." Ucap Acum sambil tersenyum bahagia.
"Nyonya, pamit bade nganter Neng Kinasih" (Nyonya, saya pamit, mau anter Neng Kinasih). Ucap Eman kepada Acum.
"Mangga, mangga, lajengkeun" (Silahkan, lanjutkan) Jawab Acum.
Kinasih sempat heran, apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Acum tidak marah. Padahal...
Ya, Eman pun menjelaskan bahwa Jaya menyuruh dirinya untuk datang ke ruangan tersebut, tidak lain supaya Acum istri dari Jaya tidak curiga, bahwa dirinya dan Kinasih sudah bercinta. Dengan Eman keluar ruangan bersamaan dengan Kinasih di pagi hari, maka Acum pun akan mengira bahwa Kinasih tidak ada hubungan apapun dengan suaminya, melainkan dengan Eman.
Eman pun mengantarkan Kinasih tepat di depan rumahnya dan,
"Plakkkkk"
(Benda keras menyambar pipi Kinasih).
"Ampun... Ampun Bapa, Ampun..." Ucap Kinasih yang pada saat itu di tampar oleh Sudi bapak kandungnya.
"Anak haram jadah, sia ku aing sagala di cumponan, tapi sia malah ngalacur" (Dasar anak durhaka, apapun yang kamu mau selalu aku turuti, tapi kamu malah memilih jadi wanita penghibur) Ucap Sudi kepada Kinasih.
Melihat tragedi tersebut, Eman merasa iba terhadap Kinasih. Eman pun membela Kinasih dan membawa Kinasih pulang kerumahnya.
Status Eman pada saat itu sudah memiliki istri namun belum kunjung di karuniai anak.
"Nyaiiiii... Nyaiiiii, buka panto" (Nyaiiii, nyaiii buka pintu) Ucap Eman kepada istrinya.
Sati, istri dari Eman ini tersenyum lebar karena suaminya pulang sangat cepat dari hari biasanya, namun seketika langsung mengkerut dan masam karena melihat wanita cantik di belakang Eman yakni Kinasih.
"Naha aya si eta Akang?" (Kenapa ada dia?) Tanya Sati kepada Eman suaminya.
"Bade naon kadieu Neng?" (Mau apa kamu kesini Neng?) Tanya Sati kepada Kinasih.
Usia Sati dan Kinasih terpaut 10 tahun lebih tua Sati.
Eman pun menjelaskan kepada Sati bahwa untuk sementara waktu, Kinasih akan tinggal di rumah mereka atas perintah tuannya yakni Jaya.
Sati yang tersulut api cemburu mendengar pernyataan tersebut merasa keberatan, namun Eman menjelaskan kembali bahwa Kinasih tinggal di rumah mereka tidaklah gratis, melainkan mendapatkan tunjangan dari tuannya Jaya.
Alih - alih merasa cemburu, mendengar kata "uang" Sati pun langsung memberikan izin kepada Kinasih untuk masuk dan tinggal bersama mereka.
"Hayu, mangga kalebet" (Hayu, ayo masuk) Ucap Sati kepada Kinasih.
Kinasih pun masuk, Eman kembali ke kediaman Jaya, dan Sati menjamu Kinasih dengan baik sesuai amanat dari Eman suaminya.
