Karena tidak sengaja terluka oleh barang berbahaya dari seorang pelanggan gila. Hisa harus berakhir dengan penyakit aneh yang sekian detik menghancurkan bagian tubuhnya.
racunnya terlalu kuat membuatnya harus mencari beberapa bahan ramuan yang langka atau bahkan sudah menjadi legenda hanya untuk sekedar sembuh.
tapi...kejadian berbahaya yang tidak dia inginkan terjadi satu demi satu, mengejarnya sekuat tenaga seolah mencegahnya untuk hidup.
"Dewi keberuntungan, dimanakah engkau? aku sangat lelah hingga raga ku tidak sanggup lagi untuk hidup!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lulanan astraya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bermalam di hutan
Hujan mengguyur bumi dengan derasnya tanpa ada tanda berhenti, satu orang elf dan sepuluh orang lainnya basah kuyup namun hanya ada satu orang yang tersenyum lebar.
Hisa sepertinya ingat, seorang tetua di klannya mengatakan bahwa ada orang yang tidak tahu berterimakasih bahkan setelah di tolong.
Sama seperti orang didepannya, mereka segera melancarkan segala jurus dan sihir Ketika Hisa meminta bayaran balik atas bantuannya yang membuat wajah elf muda itu seketika cemberut seperti ada yang berhutang padanya.
Tapi mereka memang berhutang.
Kesembilan pembunuh bayaran itu berpencar menjadi dua kelompok, satunya melawan Hisa dan kelompok lain mencoba membunuh manusia berpakaian berbeda yang menjanjikan serulingnya pada Hisa.
Vyin sedikit mendengus, dia sudah tahu bahwa mereka tidak mungkin membiarkan dirinya dan pemuda elf itu pergi bahkan jika mereka berhasil membunuh Dabael.
Kejadian tadi hanya jeda singkat yang mempengaruhi pandangan.
"Kalian mencari kematian!!"
Hisa berteriak kesal sebelum dengan gampangnya memotong kepala empat orang didepannya seperti tahu menggunakan sabitnya.
kejadiannya begitu singkat hingga empat orang yang terbunuh tidak tahu mengapa kepala mereka terpisah. Mata mereka masih berkedip sesaat sebelum benar-benar mati.
Tidak ada darah yang menyembur berlebihan, sebab Hisa memotongnya dengan cepat bahkan tanpa menimbulkan rasa sakit.
Lima orang yang melawan Vyin marah, mereka sedikit tercengang namun dengan segera melancarkan kembali aksi mereka.
"pernahkah kalian sedikit takut bahwa ada penyihir elf kuat disini?"
Hisa mendengus kesal, dia melemparkan sihir air yang membentuk kerucut tajam besar dan melemparkannya secara sembarangan pada orang yang melawan tamunya.
Oh tamunya adalah dia yang berpakaian berbeda dan aneh yang menjanjikan akan memberinya seruling cantik itu. Hisa tidak mungkin membiarkannya mati sebelum dia memberikan hartanya.
Mereka menghindari kerucut air itu.
Lima orang pembunuh bayaran itu memang takut tapi bahkan jika mereka pergi tanpa membunuh target misi mereka, mereka tetap akan di hukum jika pulang.
Vyin melirik Hisa yang berjalan santai ke arah mereka. Seolah merasa terhina dia juga melancarkan sihirnya dengan sekuat tenaga bahkan jika energi spiritualnya mulai habis.
"lambat...bahkan penyihir tingkat pertama di kota ku bisa menyelesaikan mereka dalam hitungan menit."
Menunggu dan menunggu Hisa melihat bahwa orang tersebut hanya membuat kelima orang tersebut terluka parah tanpa membunuhnya, Hisa seketika melancarkan pandangan jijik sekaligus menghina.
Vyin wajahnya memerah, lehernya bengkak dengan urat hijau menandakan perasaannya yang kentara marah. Dia tahu itu tapi dia menyerap energi spiritual sangat lambat membuatnya tidak bisa membuat sihir tingkat menengah atau atas yang mematikan.
Hisa yang saat ini mengeluhkan kakinya yang sakit segera melontarkan sihir kutukan pada kelima orang tersebut.
Dia ingin cepat pulang ke tendanya, berganti pakaian lalu tidur.
Kelima orang tersebut berhenti bergerak, dan dalam hitungan detik tiba-tiba melompat dan menggaruk tubuh mereka kesana kemari.
"apa ini?! Apa yang kau lakukan pada kami?" salah satu pembunuh itu berteriak dengan wajah merah dan bentol kecil yang terasa gatal di sekujur tubuh.
Vyin tersentak atas kejadian ini, sihirnya yang kelepasan berbelok arah dan mematahkan pohon di kejauhan membuat suara dentuman kasar di tengah hujan.
Kelima orang itu merasa kematian lebih baik daripada menanggung rasa gatal yang tidak ada henti. Walau mereka adalah pembunuh bayaran tapi mereka bisa di bilang masih pemula dimana tidak sampai satu tahun mereka bergabung dalam organisasi gelap ini sebelum diberikan misi ini.
Wajah mereka memerah disertai kedutan, tubuh mereka menggeliat layaknya cacing yang kepanasan.
"ini namanya sihir gatal, aku tidak tahu mengapa nama nya begitu tapi para penyihir gelap gila yang menciptakan ini suka menggunakan sihir ini untuk menyiksa eksperimennya." wangi pohon dan rerumputan segar di sertai wangi tajam bunga melati menghampiri penciuman Vyin yang terkejut saat Hisa sudah berada di sampingnya. Kepala kecil berambut hitam berkilau yang basah itu bersandar di bahu Vyin dengan tangan nakal yang melingkari pinggangnya. Membuat Vyin seketika merinding, dia merasa geli saat pemuda itu memeluknya, sungguh dia belum pernah di peluk oleh seorang pria begitu erat seolah dia adalah tiang besi.
Hisa tersenyum nakal lalu mengambil barang yang dia inginkan dari pinggang Vyin, sebuah seruling berukir indah.
Dia menggoyangkan benda itu setelah berdiri dari tubuh Vyin.
"aku akan mengambil ini...apa kau punya barang lain? Aku menginginkannya."
Vyin sedikit menggeliat menghilangkan rasa merinding dari tubuhnya, dia akan memeluk istrinya ketika dia pulang nanti untuk menghilangkan rasa geli disertai jijik karena di peluk seorang pria.
"kau bisa mengambilnya tapi jangan memeluk ku." ujarnya dengan gemetar sambil menjauh tiga langkah dari Hisa, takut dia akan menerkamnya dengan pelukan beruang.
Hisa terbelalak terkejut, memangnya kenapa? Dia selalu memeluk Caine dan Ayahnya seperti ini, seperti anak koala tapi mereka tidak pernah protes.
Jika dua orang yang Hisa sebutkan ada di sini mungkin mereka akan menjawab bahwa dia diperlakukan sebagai bayi oleh mereka.
Hisa mendengus sebelum mengeram setuju.
"apakah...kau akan pulang begini? Mau ikut dengan ku? Aku punya tenda di sana."