NovelToon NovelToon
Menjadi Suami Kilat CEO Cantik

Menjadi Suami Kilat CEO Cantik

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: grandpa

Berangkat dari cinta manis di SMA, Daris dan Felicia duduk bersanding di pelaminan.

Perkawinan mereka hanya seumur jagung. Felicia merasa tertipu dengan status sosial Daris. Padahal Daris tidak pernah menipunya.

Dapatkah cinta mengalahkan kasta, sementara berbagai peristiwa menggiring mereka untuk menghapus jejak masa lalu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon grandpa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Senyum Yang Menghipnotis

Colt melaju di jalan mendaki dan berkelok-kelok. Udara sejuk pegunungan menghibur kepenatan jok yang mulai terasa panas. Lalu lalang kendaraan sepi.

Rania melempar pandang ke lembah. Tampak hamparan dedaunan hijau laksana permadani raksasa. Tidak ada bangunan di bawah sana.

Di sepanjang jalan juga pemandangan yang terlihat hanyalah pepohonan liar.

"Kakak berangkat pagi-pagi dari rumah kalau mau berkunjung," kata Rania. "Jadi tidak kemalaman di hutan ini."

"Bagiku tidak masalah berangkat kapan saja," sahut Daris. "Aku mantan Mapala, sudah biasa tidur di hutan. Yang aku pikirkan itu kamu."

"Aku bisa jaga diri. Bisa bela diri juga. Yang maksa belajar silat kan kakak."

"Buat kebaikanmu juga, kamu sering diganggu cowok receh."

Colt mulai melewati jalan menurun. Di kanan kiri tidak ada rumah penduduk. Kiamat kecil jika ban bocor.

"Di depan ada persimpangan," ujar Daris seraya melambatkan lari mobil. "Jalan mana?"

"Kanan," sahut Rania. "Untung Puskesmas yang kita tuju sudah ada di peta aplikasi. Coba kalau belum, repot juga."

"Kamu yakin peta itu benar? Di situ tertulis Puskesmas, pas sampai ternyata pemakaman."

"Jangan horor deh."

"Pernah dengar kan kejadian kayak gitu? Kita diarahkan ke kolam renang, pas sampai; kolam ikan. Masa berenang di kolam ikan?"

"Lebay."

"Emangnya belum pernah dengar aplikasi sering salah? Kita diarahkan ke rumah makan, pas sampai; rumah duka! Kita diarahkan ke jalan pintas, pas sampai; areal persawahan. Terus mobil disuruh nyebur ke sawah?"

"Kita akan melewati areal persawahan, beberapa rumah penduduk, kantor dusun, kantor desa, perkampungan, perkebunan.... Loh, Puskemasnya mana?"

"Kamu pakai aplikasi apa sih? Aplikasi jodoh?"

"Oh, ini ... dekat rumah bandar singkong."

"Kamu cari deh rumah Pak Kades, Pak Kadus, Pak RW atau pak pak lainnya, ada rumah kosong nggak, tapi bukan rumah hantu."

"Kakak mau sewa rumah?" tanya Rania kaget.

"Terus mau sewa apa? Ada kontrakan atau rusun?"

"Biasanya tinggal di rumah warga."

"Kita lihat dulu warganya siapa. Kalau nenek-nenek, boleh."

"Jangan nething deh."

"Kamu itu adikku yang paling cantik."

"Ya iyalah. Aku adik perempuan satu-satunya."

Mereka tiba di areal persawahan yang luas membentang. Padi menguning melambai-lambai tertiup angin sepoi-sepoi.

"Kalau setiap perkampungan penduduk punya persawahan seluas ini, kita pasti tidak kekurangan beras," kata Rania.

"Terus orang kota nanamnya di hotel?" balik Daris. "Cara berpikir calon dokter gimana sih? Kamu lulus skripsi bukan hasil kedip sana kedip sini kan?"

"Jadi kakak nething banget sih?"

"Karena aku punya adik Nancy Momoland."

"Banyak yang punya adik cakep ... biasa-biasa saja tuh."

"Mereka tidak perhatian sama adiknya."

Kemudian colt melintasi jembatan sungai kecil yang menjadi batas perkampungan, melewati beberapa rumah warga dengan jarak berjauhan terselang kebun atau tanah kosong. Kelihatan sepi. Barangkali mereka bekerja di sawah dan ladang.

Daris menyapa beberapa pemuda yang duduk di saung pangkalan ojek dekat warung kopi. Kemudian ada warung sembako, beberapa ibu lagi belanja.

Daris tidak melihat pedagang kaki lima atau pedagang keliling. Warga mungkin jarang jajan. Di kampung, tempat jajan biasanya terpusat di sekolahan dan orang hajatan.

Colt melewati kantor dusun. Kantor desa. Lalu belok dan berhenti di halaman gedung bertingkat bercat putih. Tidak ada petugas atau keluarga pasien lalu lalang. Ada satu pegawai berpakaian dinas lagi minum kopi di warung samping Puskesmas.

"Puskesmas apa rumah hantu?" cetus Daris seraya turun dari mobil. "Kok sepi banget?"

"Jam istirahat."

"Tapi petugasnya mana? Cuma ada bapak-bapak lagi ngopi."

"Istirahat di dalam kali," sahut Rania sambil merapikan penampilan. "Kakak tunggu di sini ya. Aku masuk menemui kepala Puskesmas."

"Dokter Hilman sudah menghubungi orang Puskesmas belum?"

"Belum."

Daris kaget. "Kok belum? Bagaimana kalau kamu diusir?"

"Kan bawa surat tugas dan surat dari Dinkes."

"Yang penting bawa amplop. Sudah disiapkan belum?"

"Yang kupegang apa?"

"Itu amplop berkas! Ini amplop yang berisi ... paham tidak sih kamu?"

"Uang pelicin maksudnya?"

"Uang pelicin itu uang suap! Kena pasal!"

"Lalu?"

"Uang tanda terima kasih seandainya diterima koas di sini."

"Sama saja!"

"Tentu saja beda! Uang suap diberikan sebelum urusan selesai, sedang uang terima kasih diserahkan sesudah urusan selesai!"

"Aku tidak biasa."

"Terserah kamu deh."

Daris pergi ke warung dan memesan kopi. Ia duduk di kursi panjang di dekat pria separuh baya berpakaian dinas. Di dadanya terpampang nama; Haryana.

"Puskesmas kok sepi ya, Pak?" Daris membuka percakapan.

"Maksudnya sepi pasien atau sepi pegawai?"

"Tolong dijelaskan satu-satu."

"Pasien sepi karena Puskesmas jadi pilihan terakhir. Kalau tidak sembuh sama dukun, atau pengobatan tradisional baru datang ke mari. Nah, pegawai sepi karena cuma ada empat; petugas kebersihan, mantri yaitu saya, suster Nina, dan kepala Puskesmas."

Sambil menaruh kopi di meja, tukang warung ikut nimbrung, "Di antara pasien yang sedikit itu, sebagian botuna modus."

"Maksudnya?" pandang Daris tak mengerti.

"Sekarang hari apa?"

"Senin."

"Berarti giliran bandar kain sakit. Hari Selasa bandar laksa. Hari Rabu bandar labu. Hari Kamis bandar remis. Hari Jumat bandar jimat. Sabtu Minggu libur."

"Masa sih?"

"Lihat saja sebentar lagi."

Celaka! Kepala Puskesmas pasti menyerahkan mereka kepada adiknya! Rania pasti repot!

"Tadi perempuan yang masuk istri atau siapa?" tanya Haryana. "Kayaknya kalian bukan orang sini."

"Saya dari Bandung. Perempuan tadi adik saya. Ia mau koas di sini."

"Oh, kebetulan!" seru Haryana senang. "Kami kekurangan tenaga medis!"

"Pasiennya juga kurang. Jadi tidak masalah."

"Justru banyak masalah! Betul pasien kurang ... kurang ajar semua, seperti yang dibilang sama tukang warung!"

"Kasihan kepala Puskesmas."

"Yang kasihan itu suster Nina. Tiap hari dibikin pusing sama botuna. Kalau sama kepala Puskesmas tidak berani, ia orang sini, anak Pak Kades."

Daris tersenyum kecil. "Kalah cantik juga kali."

"Pernah lihat Kasumi Arimura?"

"Yang jadi Ninako di Strobe Edge itu ya?"

"Nah, ia jadi kw di depan bosku!"

Sudah tua masih jadi penjilat, sindir Daris dalam hati. Kapan eksisnya? Cocoknya jadi tukang es krim, bukan mantri!

"Namanya siapa, Pak?" tanya Daris.

Haryana balik bertanya, "Kamu sudah berumah tangga ya?"

"Ada hubungannya sama pertanyaan saya?"

"Kalau jomblo, yang pertama ditanya; nomor kontaknya berapa, Pak?"

"Bisa saja bapak ini."

"Sembilan puluh sembilan lelaki bertanya begitu sama saya, baru kamu yang bertanya nama. Padahal seperti kata pasien botuna, apalah arti sebuah nama? Andaikata kita memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi."

"Itu kata William Shakespeare, sastrawan dunia."

"Saya tahunya dari bandar kain."

Rania muncul di pintu lobi Puskesmas dan berseru memanggil kakaknya, "Sini! Dokter Tiara pengen ketemu!"

Dokter Tiara? Daris terpana. Ia teringat pada suatu masa di suatu waktu.

Ia mendapat kepastian untuk ingatannya ketika seorang perempuan seanggun bidadari keluar dari lobi, dengan senyum yang menghipnotis.

"Hai, Pras. Apa kabar?"

1
hj julaeha
daris tertindas banget
hj julaeha
hmm
Wawa Hartini
wah ada masalah nin dengan tidak laku soto nya, apakah ulan Felic
Eri Pentol
up min
hj julaeha
Dari awal sudah menunjukkan konflik menarik.
Wawa Hartini
mau mengingat kenangan masa lalu darks.
Wawa Hartini
darks memang sangka untuk masa mini, karena selalu berfikiran positif.
Wawa Hartini
wah sesuai ekspetasi Darks mau buka usaha di kampung.
Wawa Hartini
mulai deh rump I tanya ujian hati.
Wawa Hartini
soy seram juga cerita Bu dokter.
Wawa Hartini
wah cal on gebétan Saris nih...
Wawa Hartini
ha..ha.ada aja jawaban Darius ke adiknya...
Wawa Hartini
wah hati Felix mulai jahat, apa yang terjadi ya sama Dars..,
Wawa Hartini
Hidup harus pen uh perjuangan seperti Daris...cuy
Wawa Hartini
apa ya yang akan di berikan sama sekre itu?
Wawa Hartini
cinta Felicia karena harta dan harga Dori.
Wawa Hartini
pusing deh Daris dengan dilemma dia saat ini?
hj julaeha
Cerita ini menarik, mendekati realita.
grandpa
Cerita ini mengisahkan insan biasa yang mencoba melakukan hal yang luar biasa, coba disusun dengan gaya tutur ringan dan mudah dipahami.
grandpa
Like dan komen adalah bahan bakar penulis untuk meluncur ke bab berikutnya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!