Cintailah pasanganmu sewajarnya saja, agar pemilik hidupmu tak akan cemburu.
Gantungkanlah harapanmu hanya pada sang pencipta, niscaya kebahagiaan senantiasa menyertai.
Ketika aku berharap terlalu banyak padamu, rasanya itu sangat menyakitkan. Kau pernah datang menawarkan kebahagiaan untukku tapi kenapa dirimu juga yang memberiku rasa sakit yang sangat hebat ?
~~ Dilara Annisa ~~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda Yuzhi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayah Milik Ann !
Fikri memasuki rumah dengan langkah lesu. Wajah tampannya nampak kacau dengan raut penuh keresahan. Penampilannya yang biasa rapi, terlihat sangat kacau. Kemeja abu tua yang dikenakannya, terlihat kusut dengan lengan kemeja dilipat hingga siku dan beberapa kancing terbuka.
" Kak ! " Suara lembut mendayu menyambut kedatangan Fikri. " Bagaimana kabar Kak Lara ? Apa dia baik-baik saja ? " Tanya Maria sambil tersenyum tipis ke arah Fikri.
Fikri menghentikan langkahnya dan menatap tajam ke arah Maria. " Jangan banyak tanya. Inilah yang aku takutkan, tapi kau memaksa untuk ikut ke sini. " Sahut Fikri ketus menahan geram.
Maria menunduk takut. " Maaf ! Bukan maksudku mengacaukan rumah tangga kakak. Tapi Ann selalu menanyakan Kakak kalau kak Fikri pergi. Ann memang seperti itu, dia sangat dekat dengan papanya, makanya dia memperlakukan kakak seperti itu. " Lirih Maria dengan suara bergetar takut.
Fikri mengetatkan rahangnya. Giginya gemeletuk mendengar ucapan Maria. " Tidak perlu mengingatkanku ! " Ujarnya menggeram kesal.
Maria semakin menunduk seolah takut. Tapi siapa yang tahu, sebuah seringai terukir dari bibir cherry miliknya.
" Itu ayah Cilla. Lain anak boleh tidak punya ayah Cilla ! " Pekikan anak kecil menginterupsi perdebatan kecil sepasang suami istri itu.
" Itu ayah Ann ! Ayah Fikri, hanya milik Ann ! " Timpal suara gadis kecil lainnya.
" Cilla ! Annelies ! " Gumam Fikri lalu berlari ke arah sumber suara.
" Ayah hanya punya adik sama Cilla ! Kakak boleh tidak jadi punya anak ayaaah ! " Pekikan histeris Cilla semakin membuat Fikti panik.
" Dek Cilla ! Jangan nangis ! Iya, ayah cuma milik Cilla ! " Terdengar juga suara Mbak Ina membujuk untuk menenangkan Cilla.
" Asyila ! Annelies ! " Seru Fikri mendekat pada dua gadis kecil yang sedang berdebat.
" Ayah !! " pekik Annelies menyambut kedatangan Fikri. Gadis kecil berumur empat tahun lebih itu memeluk kaki Fikri lalu mencibir ke arah Cilla.
" Huaaaah...itu ayah Cilla. Mbak Ina ! Dia peluk peluk ayah ! " Asyila semakin histeris melihat Annelies mencibir ke arahnya.
" Tidak sayang ! Ayah tetap ayah dek Cilla. " Bujuk Mbak Ina menenangkan.
Fikri mengurai lembut pelukan Annelies. Lalu melangkah ke arah sang keponakan.
" Cilla ! Sini, nak ! Ayah tetap ayah Cilla juga. Ini kakak Ann, kakak Cilla yang baru. Ayah milik sama-sama. " Ujar Fikri mendekat ke arah Asyila.
Cilla menggeleng keras sambil menyembunyikan wajahnya dalam pelukan Mbak Ina. " Kakak itu jahat. Bilang Cilla jelek, ayah bukan Cilla punya. " Isak Asyila.
" Hei..!! Siapa bilang anak ayah ini jelek. Cilla putri ayah paling cantik. Ayo sini peluk ayah ! " Bujuk Fikri lagi menarik lembut tubuh gembul Asyila.
Cilla mengangkat wajah sembabnya. " Benar ayah ? Cilla cantik jelek bukan ? " Tanyanya memastikan.
Fikri mengangguk lalu tersenyum lebar ke arah Asyila. " Hmm...Itu kakak bohong ! Cilla bilang bilangnya jelek. Padahal jelek dianya ! " Ucap Cilla lalu menyorot tajam penuh permusuhan pada Annelies.
" Huaaahhh...mama ! Ann tidak jelek. Itu ayah Ann ! " Pekik Annelies mendengar ucapan Asyila, ditambah lagi dia kecewa ketika Fikri mengurai pelukannya dan memilih memeluk rivalnya.
Maria mengepalkan tangannya lalu mendekat dan memeluk sang anak. " Cup sayang ! Ann cantik kok dan Ayah Fikri itu ayah Ann. " Bujuk Maria entah kenapa membuat Asyila kembali emosi.
" Tidak ! Ini ayah punya Cilla. Bukan ayah Ann ! " sentak Cilla mendelik tajam ke arah Maria. Dari tadi gadis kecil itu menyimpan kekesalan pada Maria. Kejadian bundanya pingsan membuatnya beranggapan bahwa Maria penyebab bundanya sakit.
" Maria ! Bujuk Ann agar tidak membuat Asyila kesal. Saya lagi capek, jangan bikin saya tambah pusing. " Ucap Fikri kesal. Kepalanya saat ini sangat sakit memikirkan keadaan Dilara, timbang tenang saat pulang malah mendengar perdebatan Asyila dan Annelies.
" Maaf, kak ! Maafkan kehadiran kami membuat kakak jadi pusing. " Sahut wanita berdarah Menado itu sambil menunduk menyembunyikan kekesalannya terhadap Asyila.
" Ayo sayang ! Jangan ganggu Cilla dan ayah dulu. Ann masuk ke kamar, jangan berkeliaran di sini. " Ucap Maria dengan nada penuh kecewa mendengar ucapan Fikri. " Kita orang baru yang tidak punya kuasa di sini. " Imbuh Maria lagi semakin memprovokasi keadaan.
" Maria ! Cukup ! Jangan semakin memperkeruh suasana ! " Bentak Fikri semakin kesal pada istri mudanya itu.
" Maaf ! " Ujar Maria tidak tulus lalu berbalik menarik paksa tangan Ann.
Mbak Ina yang mendengar ucapan Maria yang penuh provokasi itu hanya menatap kesal pada istri muda majikannya itu. " Belum sehari di rumah ini, sudah bikin kacau di mana-mana. Tidak anak, tidak ibu maunya rebut milik orang. Dasar pelakor ! " Umpat Mbak Ina tentunya hanya dalam hati.
Fikri mengusap wajahnya kasar. Dia tahu ucapannya tadi menyinggung perasaan Maria, tapi dia memang benar-benar pusing saat ini sampai kepalanya mau pecah rasanya.
" Huaah...Ann mau sama ayah ! " Pekik Annelies saat diseret kasar oleh sang ibu. Fikri hanya menatap kesal punggung Maria yang menghilang di balik pintu kamar tamu. Pekikan Annelies sebenarnya menyayat hatinya, tapi dia tidak ingin ambil resiko membuat Asyila histeris lagi kalau membujuk Annelies.
Asyila memang statusnya hanya keponakan Fikri. Tapi kasih sayang Fikri dan Dilara mengalahkan kasih sayang orang tua kandung dari gadis kecil itu. Sepasang suami istri tersebut sangat menyayangi Cilla. Mereka akan menuruti semua kemauan Cilla dan tidak rela bocah kecil itu meneteskan air mata.
" Ayah ! Cilla mau bunda. Mana bunda Cilla ? " Celetuk Asyila sesaat kemudian dengan sisa isakan yang masih terdengar.
" Fikri membawa Asyila dalam gendongannya. " Bunda masih istirahat di rumah sakit. Nanti kalau bunda sudah sehat, Cilla boleh sama bunda. " Sahut Fikri lembut, tapi separuh atensinya mendengar tangisan samar Ann dari kamar tamu.
" Bunda sakit ? " Tanya Asyila polos.
" Bunda hanya butuh istirahat. Sebentar lagi pulang. " Jawab Fikri mencium pipi gembul milik Asyila.
Asyila terkikik geli. " Cilla bobo mau sama ayah malam ini. Cilla jaga ayah bunda sampai pulang, bial ayah diambil tidak kakak jelek. " Ucap Asyila lalu memeluk erat leher Fikri.
Fikri terkekeh lalu mengusap punggung Cilla. " Tidak boleh bicara seperti itu, nak ! Kakak Ann juga kakak Cilla. Yang akur sama kakak ya nak ! " Ujar Fikri sambil membawa Asyila masuk ke dalam kamar miliknya dan Dilara, sang istri.
" Tidak mau ! Cilla mau tidak punya kakak sepelti Ann. " Tukas Asyila merengek.
" Hufff...baiklah ! Kalau begitu, Cilla tunggu di sini dulu. Ayah mau mandi. Ayah gerah." Ujar Fikri sambil meletakkan Asyila di atas kasur lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Asyila merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk itu sambil menggulingkan tubuhnya ke sana kemari. " Cilla halus sini bobonya bunda sampai pulang. Cilla halus jaga-jaga ayah diambil jangan kakak sama Ann jelek. " Gumam gadis kecil itu sambil mencebik kesal. Seulas senyum licik terukir dari bibir mungilnya, entah apa yang sedang dipikirkan bocah gembul itu.
♡♡♡
" Dek Cilla makan dulu ya, nak ! Nanti sakit kalau tidak makan. " Bujuk babby sitter Cilla pada Cilla yang cemberut melihat Annelies makan di samping Fikri. Saat ini mereka sedang makan malam. Babby sitter itu sebnarnya mau menjemput Asyila untuk pulang ke rumah, tapi gadis kecil itu menolak dengan alasan ingin tidur di rumah Fikri.
Asyila memang sering menginap di rumah Fikri dan Dilara, apalagi kalau ibunya lagi banyak urusan, Dilara dengan senang hati akan mengasuh gadis kecil itu sampai berhari-hari, bahkan baju-baju Cilla ada banyak di rumah ini dan ada lemari khusus untuk baju Cilla di kamar Dilara.
" Cilla mau makan disuap ayah ! " Tolak Cilla tegas.
" Ooh...Cilla mau disuap ayah ? Oke, sini ayah suap. Kebetulan ayah sudah selesai makan. " Ujar Fikri lembut lalu memgambil alih piring makanan Asyila dari tangan perawatnya.
" Holleee ! Cilla makan disuap ayah ! " Asyila bertepuk tangan lalu tersenyum mengejek ke arah Ann.
" Ayah ! Ann juga mau disuap ayah ! " Rengek Ann pada Fikri merasa iri melihat Cilla disuap oleh sang ayah.
" Tidak boleh ! Ini ayah Cilla ! " Pekik Cilla kembali emosi.
" Itu Ayah Ann ! " Pekik Ann tak kalah emosi.
Fikri memijat pangkal hidungnya. " Astaga ! Kenapa mulai lagi ? " Keluh Fikri merasa frustasi.
" Maria ! Bujuk Ann. Kapan damainya kalau seperti ini. " Titah Fikri minta pengertian Maria.
Maria meletakan sendok ke atas piring dengan kasar. " Aku tahu, Ann memang bukan anak kandung kakak. Tapi setidaknya berbuatlah adil pada mereka berdua. Dari tadi kakak hanya terus menjaga perasaan Cilla tanpa peduli lagi pada Ann. Kakak tidak adil. " Sentak Maria sambil mengusap air matanya.
Fikri terkejut mendapat bentakan dari Maria. Harga dirinya sebagai lelaki merasa diinjak-injak. Sekian tahun berumah tangga dengan Dilara, tak sekalipun istri cantiknya itu meninggikan suaranya ketika berbicara dengannya.
" Maria ! Jaga sikapmu ! Saya menikahimu bukan berarti kamu bisa seenaknya di sini. Saya juga menyayangi Ann seperti menyayangi Cilla. Kenapa kamu ber bicara seperti itu ? " Bentak Fikri terpancing emosinya.
" Apa ? Menikah ? " Pekik seseorang yang baru datang.
..
Aku selalu meninggalkan jejak kok Thor...
boleh yaa double up /Pray//Pray/
double up dong Thor ...pliss !/Pray//Pray//Pray/
double up dong
tidak anak tidak ibu,dua duanya bikin kesel /Panic//Panic/
lanjut kak
dan pergi jauh dari fikri
Fikri Maruk...
mau dua duanya.
mana ada perempuan normal, yang rela melihat suaminya dengan perempuan lain ?
agak laen memang kau, Bambang !!