Sugih Ronggeng merupakan kisah terdahulu hingga kini yang tidak pernah usai (terkecuali). Nadia merupakan gadis cantik dari keluarga Kartaca yang ia ketahui bahwa dirinya merupakan cucu ke 7. Banyak kejadian yang tidak Nadia pahami, namun Nadia yakin, di ujung sana "pasti ada penawarnya".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RAYYA , isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
¹/² Kunci
"Akang..., Akang, gugah!" (Akang, Akang, bangun!) terdengar suara halus membangunkan tidur Sandi.
"Akang..." Tanya Kinasih sembari mengelus pipi Sandi.
"Hah, hah, hah" Sandi kaget, campur takut dan mencoba menjauh dari Kinasih.
Ketika Sandi terbangun dari tidurnya, Sandi merasa ketakutan atas apa yang sudah di alaminya. Sandi bingung apa yang sudah terjadi kepadanya. Apakah dia bermimpi? Tapi dia sudah terbangun. Tapi ternyata pagi ini Sandi terbangun kembali.
"aaaaaaaaaaaaa" Sandi berteriak sembari memukuli tembok.
"Akang, Akang... Atos Akang, Akang kunaon?" (Akang, Akang... Sudah Akang, Akang kenapa?) Ujar Kinasih sembari menghentikan tangan Sandi yang sedang memukuli tembok.
Sandi pun menepis tangan Kinasih dan berlari menuju dapur.
Tak berselang lama Sandi kembali menemui Kinasih. Terlihat, Kinasih sedang duduk santai di atas meja.
Melihat perilaku Kinasih, Sandi pun menodongkan Pisau kepada Kinasih.
"Saha Maneh? Maneh saha? Naha Maneh nyiksa Aing?" (Siapa kamu? Kamu siapa? Kenapa kamu menyiksa aku?) Tanya Sandi kepada Kinasih.
Mendengar perkataan kasar Sandi, Kinasih pun naik pitam dan,
"Sretttttttttttttttttttttttt"
(Suara kursi berjalan sendiri menghampiri Kinasih) dan,
"Duarrrrrrrrrr"
(Kursi tersebut terbang menuju posisi Sandi dan kemudian terjatuh menimpa badan Sandi).
"Ahahahahahah Ahahahahahha Ahahahahha" Kinasih pun tertawa lepas.
"Saha Maneh, saha?" (Siapa kamu, siapa?) Tanya Sandi sembari berjuang untuk bangkit dari serpihan kursi yang ter urai menimpa dirinya tadi.
"Teu kudu nyaho Aing saha!" (Tidak perlu tahu aku siapa!) Bentak Kinasih kepada Sandi.
"Naha, naha Maneh jadi setan kieu?" (Kenapa, kenapa kamu jadi seperti setan?) Tanya Sandi penasaran.
"Ahahahahaah Ahahahahahah Ahahahahha" Kinasih pun hanya tertawa.
Tak banyak menjawab, Kinasih langsung membabi buta menyiksa Sandi tanpa ampun. Badan Sandi terseret kesana kemari atas ulah Kinasih. Tubuh Sandi pun di penuhi luka - luka, dan sudah terlihat bahwa kondisi Sandi sudah sangat lemah.
"Neng Kinasih" Ucap wanita paruh baya yang berada di depan pintu.
"Neng, hapunten Eceu" (Neng, maafin Teteh) Ucap Atik, ibunya Sandi.
Ya, Atik dan suaminya Surya memang sudah berada di desa Aden untuk menjemput anaknya Sandi.
"Neng, atos Neng, murangkalih Eceu teu gaduh patula patali masalah urang" (Neng, sudah Neng, anak Teteh tidak ada sangkut paut mengenai masalah kita). Ucap Atik.
"Eceuuuuu...." Ucap Kinasih sembari berkaca - kaca menatap Atik.
"Ahahahahahah Ahahahahhaha Ahahahahah" Kinasih pun tertawa jahat sembari berkata,
"Turunan Kartaca kudu musnah!" (Turunan Kartaca harus musnah!) Bentak Kinasih kepada Atik dan Surya.
"Neng, Neng teu kenging kitu, awon. Neng Kinasih hoyong kumaha supados Neng kinasih tenang?" (Neng, Neng tidak boleh begitu. Tidak baik. Neng Kinasih ingin seperti apa supaya Neng Kinasih tenang?). Tanya Atik ibunya Sandi.
Sandi yang sudah tidak berdaya kemudian pingsan, dan Ayahnya Surya mencoba memindahkan Sandi, namun atas kekuatan jahat Kinasih, tubuh Sandi terbang dan terlempar ke luar rumah menembus kaca.
"Sandiiiiiii..." Teriak Ayah Ibunya.
"Kinasih, ari Sia hanyang kumaha? Aing salah naon ka sia Kinasih?" (Kinasih, kamu ingin bagaimana? Aku salah apa sih ke kamu hah?) Ucap Atik sebagai ibu dari Sandi sudah naik pitam, bertanya secara halus tidak mempan, yang pada akhirnya kata - kata kasar dan seolah - olah menggretak Kinasih pun keluar secara spontan.
"Eceuuuuuu, ari Eceu tos hilap?" (Teteh, apakah Teteh sudah lupa?) Tanya Kinasih dengan mendekatkan batang hidungnya persis di depan wajah Atik.
"Ari Eceu hilap kumaha kanyeri Abdi waktos itu?" (Apakah Teteh lupa bagaimana sakitnya aku ketika itu?) Tanya Kinasih kepada Atik.
"Neng, Eceu rumaos lepat, tapi teu kieu carana" (Neng, Teteh mengaku salah, tapi tidak seperti ini caranya). Jawab Atik.
"Eceu terang pisan kanyeri Neng Kinasih waktos kapungkur. Tapi Eceu teu tiasa kukumaha, da bade nulungan oge sieun" (Teteh tahu betul bagaimana sakitnya Neng Kinasih waktu dahulu. Tapi Teteh tidak berdaya, Teteh takut mau bertindak apapun). Ucap Atik.
"Halahhhhh, turunan Kartaca kudu musnah, musnah!" (Halahhhhh, turunan Kartaca harus musnah, musnah!) Ucap Kinasih sembari melayang menatap Atik yang berada di bawah kakinya.