NovelToon NovelToon
Menikah Dengan Berandalan

Menikah Dengan Berandalan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / One Night Stand / Playboy / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Romansa
Popularitas:21.3k
Nilai: 5
Nama Author: macarhd

Hidup Naura sudah berantakan, semakin berantakan lagi ketika ia diperkosa dan diharuskan menikah dengan brandalan bernama Regan Januar. Kejadian mengerikan itu terpaksa membuat Naura mengundurkan diri dari pekerjaannya, berhenti kuliah, dan berbohong kepada ibu dan sahabatnya. Tidak ada ekspektasi berlebih dengan pernikahan yang didasari dengan alasan menyedihkan seperti itu. Namun, apakah pernikahan mereka akan berjalan baik-baik saja? Atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon macarhd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Suara Berat Yang Menusuk Telinga

"Kandungannya baik-baik saja. Tapi, saya sarankan agar Buk Naura banyak istirahat dan tidak terlalu melakukan aktivitas yang melelahkan." Dokter perempuan tersenyum kemudian menuliskan sesuatu di secarik kertas. " Saya kasih obat penambah darah dan Vitamin, ya

Dokter yang berbeda dengan kata-kata yang nyaris sama. Naura tidak tahu betul siapa dokter yang ada di hadapannya sekarang, yang ia tahu wanita itu tampak akrab dan dekat dengan Tessa. Bahkan saat pertama datang pun, kedekatan keduanya sudah terlihat jelas. Mungkin kenalannya, atau dokter langganannya. Atau... ada hubungan lain. Entah, Naura tidak ingin tahu lebih tentang itu.

Sebelum bertanya-tanya, Naura menjelaskan bahwa ia memang datang ke dokter kandungan bersama Tessa, mamanya Regan. Bukan ia yang meminta ditemani, namun wanita itu yang memang mengusulkan dirinya sendiri, atau entah memang Tessa yang ingin ikut dan memastikan bagaimana kondisi kandungannya.

Awalnya bukan hanya berdua. Tessa menyuruh anaknya-Regan-untuk ikut, tapi cowok itu menolak keras karena ada urusan yang harus diselesaikan, katanya. Alhasil Naura dan Tessa pergi bersama sopir pribadinya. Bukannya kecewa, Naura sendiri malah merasa lega akan hal itu. Bukannya apa, tentu akan sangat canggung kalau ia memeriksa kandungan bersama Regan, bukan? Terlebih dengan dokter yang akan menjelaskan sesuatu kepada laki-laki itu karena dia datang sebagai suaminya nanti.

Tidak. Naura belum siap.

Setelah selesai dengan urusan kandungan, Naura dan Tessa kembali pulang ke rumah. Jam sudah menunjukan waktunya makan siang, tapi kedua perempuan itu memilih mengistirahatkan tubuhnya terlebih dahulu di ruang keluarga, meski seorang pelayan sudah datang dan memberitahu kalau makan siang keduanya sudah siap.

"Kamu sudah beritahu saudara kamu kalau mau datang jemput dia ke sana?" di sela-sela istirahatnya, Tessa bertanya.

Naura yang duduk bersebrangan dengan wanita itu, menganggukkan kepalanya. Tadi pagi ia sudah mengabarkan kepada adik ayahnya bahwa ia akan datang ke sana sore hari atau malam hari nanti.

Meski sedikit ragu, meski tidak yakin, meski takut karena harus pergi ke sana bersama Regan, meski sebenarnya ia cukup kelelahan, tapi Naura akan tetap melakukannya. Bagaimanapun, lebih cepat lebih baik, bukan? Naura ingin semuanya cepat selesai, dan hidupnya bisa berjalan kembali seperti biasa meski sudah banyak yang berbeda.

Itupun kalau bisa. Naura sendiri tidak yakin kalau setelah masalah ini selesai, hidupnya akan tenang-tenang saja atau malah didatangi lebih banyak lagi masalah. Entah. Semoga saja tidak.

"Sebenarnya saya tidak tega, kamu pasti kelelahan karena harus bolak-balik Bandung dan sekarang harus ke Jogja. Kalau kamu belum siap hari ini, bilang, ya? Biar kita undur saja. Inget kata dokter, kamu nggak boleh kelelahan."

Naura menganggukki perkataan Tessa yang terdengar kelewat menenangkan di telinganya. Beberapa hari bertemu dengan wanita itu, Naura lupa untuk mendeskripsikan bagaimana penampilan dan sikapnya.

Dari penampilan, Tessa terlihat seperti wanita yang baru menginjak usia empat puluhan, dengan gaya pakaian yang simpel tapi terlihat mewah dan elegan, dengan gaya rambut yang selalu dicepol di bagian bawah, dengan make up tipis yang warna bibirnya selalu terlihat fresh dan berwarna. Cantik dan memiliki pesona tersendiri ketika melihatnya. Ditambah dengan tutur katanya yang lembut, menambah kesan kalau wanita itu memang bukan wanita sembarangan.

Dari sikap dan perlakuannya, tentu saja sudah bisa dinilai, bukan?

Dia wanita yang selalu bertutur lembut dalam berkata, selalu tersenyum ramah di setiap suasana, selalu terlihat tenang dalam keadaan tegang sekalipun. Bahkan ketika menangis pun dia tetap terlihat tenang dan santai, tapi mampu membuat orang yang melihat itu ikut merasakan kesedihannya. Selain baik dan perhatian, bisa disimpulkan bahwa Tessa juga tipe ibu yang penyayang. Entah, Naura belum bisa memastikan itu, tapi sejauh ini ia sudah cukup merasakan kasih sayangnya. Terakhir, yang membuat Naura terkesan, meski lemah lembut, Tessa tetap memiliki sikap yang tegas, dan terlihat memiliki cara tersendiri untuk menuturkan dan menunjukan emosi yang didapatnya.

Naura melihatnya saat berbicara dengan Tessa dan Regan beberapa waktu yang lalu. Saat Regan mengakui semuanya di hadapan wanita itu.

"Setelah kembali dari Jogja, kita bicara, ya? Maksudnya bukan hanya kita berdua, tapi dengan Regan sekaligus papanya." Tessa menghela napas panjang di sana, entah karena apa. "Semalam tidak jadi, karena kalau dipikir-pikir lebih baik kami melibatkan kamu juga saat membahas pernikahan kalian nanti."

Naura tidak tahu apa saja yang akan dibahas nantinya. Mungkin, soal bagaimana pernikahan itu terjadi, soal persiapan, atau soal yang lainnya. Tidak tahu dan hanya mengikut-ngikut saja, Naura kembali menganggukkan kepalanya. Tanda bahwa ia setuju dengan apa yang diucapkan oleh Tessa barusan.

"Kira-kira, kapan kamu akan kembali ke Bandung dan menjemput ibu kamu?"

Naura tertegun di tempatnya. Mendengar pertanyaan itu mengingatkan dia dengan ibunya yang sampai detik ini masih belum ada kabar juga, kabar apakah dia berubah pikiran atau masih tetap dengan keputusan yang sama. Memang, baru satu hari, tapi rasanya Naura benar-benar menunggu akan hal itu.

Mengenai Tessa, Naura memang belum memberitahu wanita itu soal ibunya yang tak mau datang. Ia hanya menceritakan bagaimana ibunya terkejut dan kecewa ketika mendengar kabar pernikahannya.

Naura berdeham pelan. "Kalau itu, nanti aku tanyain lagi ke ibu," jawabnya.

"Kenapa nggak kamu ajak tinggal di Jakarta aja?"

Dulu, Naura sempat memikirkan hal itu. Ingin ibunya tinggal di Jakarta dan hidup bersama dirinya. Meski hanya tinggal di sebuah kontrakan kecil, setidaknya Naura akan tenang karena bisa memastikan keadaan ibunya. Namun, ketika ia membicarakan hal itu, ibunya menolak dengan alasan biaya hidup di Jakarta tidaklah murah. Mereka akan kesusahan untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya nanti. Padahal, Naura juga bekerja, dan ia yakin bisa memenuhi semuanya?

Sekarang, Naura tidak tahu apakah ibunya mau ikut tinggal di Jakarta atau masih dengan alasan yang sama dengan waktu lalu. Sepertinya masih sama. Apalagi mengingat kesalahan yang telah ia buat saat ini.

"Dulu sempat bicarain hal ini, tapi ibu nolak."

Tessa mengerutkan keningnya. "Kenapa?"

Tidak mungkin jika Naura harus mengatakan hal yang sama dengan apa yang dikatakan oleh ibunya. Tidak enak, sedikit malu juga. "Naura nggak pernah tahu alasannya, Tante."

Tessa menganggukkan kepalanya singkat, tanda bahwa ia akan mengakhiri rasa penasarannya mengenai hal itu. Tepat setelahnya, dua perempuan yang tengah duduk bersebrangan itu dibuat menoleh oleh Regan yang baru saja datang menghampiri keduanya.

"Regan, udah beres?" tanya Tessa.

Regan yang baru saja menghentikan langkahnya tepat di sofa yang diduduki oleh mamanya, menganggukkan kepalanya singkat. " Udah."

"Baguslah, sekarang kita makan siang dulu."

Tessa beranjak dari duduknya. "Naura, kita makan siang dulu, ya?"

Mengangguk dengan penuh rasa ragu, Naura juga ikut beranjak dari sana. Kakinya mulai melangkah mengikuti Tessa yang sudah lebih dulu memulai langkah di sana. Ada aura yang tidak mengenakan ketika ia melewati Regan yang masih diam di tempatnya.

"Setelah makan siang, langsung siap-siap aja. Kita take offjam tiga nanti."

Suara berat dengan nada yang terdengar dingin itu menusuk gendang telinga Naura, membuat reaksi tak sadar lewat anggukkan kepala. Padahal, ucapan itu tidak cukup jelas untuk dibalas sebuah anggukkan.

1
who i am ?
one
syisya
waaah ada masalah apa ini yg sudah lama tapi belum kelar
syisya
apa karna urusan cewek ?
syisya
menerkam tanpa aba" ?
beneran gak tuh aku udah lama lho thor menunggu apakah bakal ada adegan 🍍 nanasnya tp sejauh ini belum terlihat tanda" hihihi
Wagini
lanjut
syisya
udah sejauh ini tapi masih jauh aja🤔
syisya
mulai ada titik" nih
Heny Adinda
sweet bgt regann
syisya
lanjutkan
syisya
🤣🤣🤣🤣
who i am ?
lanjut thooor, semangatt💪
syisya
kikikikikik ya iyalah nauraaa masih ditanya lagi, gemes deh
syisya
mampus hhhhh
syisya
waooow crazy up 👏🏻👏🏻👏🏻 makasih kak triple upnya keren bingiiiitz
syisya
thanks thor selalu double up
Neneng Dwi Nurhayati
double up kak
syisya
udah ep 60an tapi belum ada kemajuan masih jalan ditempat masih itu" aja thor kapan dong mereka mulai ada rasa masing" trs kelanjutan hubungannya apa mesra"an gitu misalnya duuuh greget deh jadi gemes sama mereka kutunggu next up nya jangan lama" ya thor hihihihi semangat sehat selalu 💪🏻
syisya
seru jg tuh idenya 😅
Heny Adinda
di tunggu segera sayangnya regan sama naura
syisya
kram kali ya, semoga Naura baik" saja & kandungannya selamat & kuat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!