Tak pernah terpikir dalam hatinya menikah dengan suami orang, namun amanah sahabatnya sendiri yang membuat dirinya terpaksa menjadi istri sahabatnya sendiri.
Akankah keputusan itu di setuju keluarga???bisakah dirinya bisa di terima oleh suaminya??? Adakah cinta untuk istri yang tak di harapkan???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyepi
Alma menatap dinding kamar yang tak bisa menembus pandangannya keluar, namun suara lantang Azzam terhadap Zia terdengar jelas di telinganya.
Air mata Alma mengalir, sedih karena Azzam ternyata masih belum bisa menghargai keberadaan Zia. Alma merasa menyesal telah menempatkan posisi Zia segitu sulitnya, Zia gadis yang baik tulus tak pantas mendapat perlakuan keras dan kasar.
Alma meraih sebuah pena dan buku yang kemudian dia tulis semua yang ingin dia sampaikan pada Zia dan Azzam dengan tangan gemetarnya.
Alma menulis dengan menahan sakit yang mendera kepalanya, berharap melalui pesan ini akan merubah pandangan Azzam terhadap Zia. Begitupun dengan Zia semoga setelah ini akan berjuang meraih cinta Azzam.
Alma mengakhiri menulisnya saat tangannya sudah tak mampu lagi di angkat. Pandangan matanya buram nafasnya terasa semakin pendek, ingin meraih handphone namun jauh dari jangkauannya, ingin bersuara namun suaranya pun sudah tak bisa keluar, Alma pasrah dan akhirnya pun memilih menutup mata.
Di luar Bibi sedang menenangkan Nana yang menangis dan rewel tidak jelas, bibi kebingungan karena tidak ada Zia. Setelah pertengkaran di depan pintu tadi Zia memilih keluar dari rumah dan menitipkan Nana pada Bibi, sehingga Bibi di buat cukup kerepotan, karena selama ini hanya Zia yang mampu membuat Nana tenang.
Sementara Zia menyepi, hatinya sedang tidak baik-baik saja, Zia butuh waktu sendiri. Zia menarik nafas berat, ternyata benar memang yang dia lakoni saat ini sebuah kebodohan. Zia menatap langit yang biru cerah hari ini tak ada mendung ataupun awan sedikitpun.
"Ah... indahnya... betapa indahnya jika hati ini baik-baik saja..." Ucap Zia berdiri di atas pagar pembatas lantai tiga sekolahnya.
Zia membuka handphone saat mendengar notifikasi pesan dari Azzam untuk yang pertama kalinya selama menikah dengan Azzam.
"Maaf... maaf atas sikapku... " Jawaban Azzam dari pesan yang di kirim Zia tadi.
Zia tersenyum miris menatap pesan itu, sudah 7 bulan pernikahan yang di jalani namun tak sedikitpun kebahagiaan yang dia rasakan.
Zia mengusap air mata yang menetes di pipinya dengan tangannya, namun terkejut saat sebuah tisu menempel di pipinya.
"Berat ya buk?? " Suara pemuda yang terdengar di sisinya mengejutkannya.
"Tapi terlalu sayang jika wajah cantik Bu Zia basah oleh air mata... " Ucap pemuda itu nyengir.
"Astaghfirullah... kamu bukanya siswa baru itu?? " Tanya Zia terkejut.
Seorang pemuda berseragam sekolahnya duduk di sebelahnya tersenyum memberikan tisu di sisinya. Zia berpikir sejak kapan pemuda ini berada di sisinya.
"Kenalkan Bu... Saya Al Jovano panggil aja Al..." Kata Murid laki-laki itu menaruh tangannya di dada.
"Kamu sejak kapan di sini?? kamu gak masuk kelas?? " Tanya Zia.
"Udah dari tadi... sejak seorang bidadari tak bersayap naik di lantai atas sekolah sambil melamun... " Jawab Al Jovano sambil tersenyum ramah.
"Kamu gak masuk kelas??" Tanya Zia lagi.
"Baru nyari inspirasi bu... besok ikut lomba lukis tapi pas di sini udah dapat inspirasi sih... " Jawab Al Jovano sambil tersenyum nyengir tak merasa bersalah sudah membolos.
"Kembali ke kelas kalau sudah mendapat inspirasi... Kasian orang tuamu yang sudah menyekolahkan kamu di sini... " Nasehat Zia lalu pergi meninggalkan murid laki-laki itu untuk kembali ke ruangannya.
"Siap!!! " Jawab Al Jovano sambil memberi hormat.
"Astaghfirullah... bocah itu... " Ucap Zia sambil geleng-geleng kepala.
Zia duduk di kursinya namun belum sampai duduk handphone miliknya berdering, panggilan dari bibi yang mengabarkan jika Nana histeris.
"Maaf Bi... tolong hubungi Mas Azzam saja dulu ya... saya tidak bisa pulang sekarang... Mas Azzam mungkin sudah selesai mengajar... " Jawab Zia lalu menutup telpon dari Bibi itu.
Jujur Zia belum bisa pulang ke rumah saat ini, hatinya belum baik-baik saja, namun Zia pasti kembali jika hatinya sudah membaik.
***
Di kampus.
Azzam tengah membuka story whatsapp di handphone miliknya, Iseng dirinya membuka story whatsapp dari adik sepupunya yang belum lama pindah ke kota ini. Yah Azzam adalah anak yang sudah lama tak mau menyambangi orang tuanya, sejak Ayahnya menikah lagi dan tinggal bersama ibu tirinya, Azzam tak pernah lagi mengingat Ayahnya. Melalui sepupunya ini dirinya bisa mantau kondisi Ayahnya.
"𝙶𝚊𝚔 𝙽𝚢𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚕𝚒𝚑𝚊𝚝 𝚋𝚒𝚍𝚊𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚝𝚊𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒 𝚜𝚒𝚗𝚒... 𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚜𝚊𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚒𝚍𝚊𝚍𝚊𝚛𝚒𝚔𝚞 𝚜𝚎𝚍𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚍𝚞𝚗𝚐... "
Azzam tertegun saat menatap gadis yang menjadi story sepupunya itu seperti Zia dari samping, tapi kenapa berdiri seperti itu di atas gedung.
Perasaan Azzam mendadak menjadi tidak baik-baik saja, Azzam langsung menghubungi Zia namun nomor Zia tidak bisa di hubungi. Azzam berdecak kesal mendadak perasaannya menjadi mengkhawatirkan Zia.
Azzam keluar mengambil jaketnya lalu menuju tempat parkir dan masuk ke mobil, pikirannya hanya terfokus pada Zia, takut jika Zia melakukan hal yang tidak di harapkan.
Azzam melaju menuju sekolah Zia dengan kecepatan penuh, namun saat di dalam mobil dirinya mendapat telfon dari Bibi jika Nana menangis tidak mau diam, Bibi bingung dan menceritakan jika Nana terus memanggil Umi dan Bundanya.
"Ckkk... Sttt..." Azzam pun putar balik dan menuju ke arah rumahnya tak jadi menyusul Zia ke sekolahnya.
Azzam menunggu balasan dari Zia namun yang di harapkan tak mengiriminya pesan balasan, Azzam semakin kesal dan tidak bisa berfikir dengan baik.
Azzam berharap Zia tak berbuat sesuatu yang membuat semua orang kehilangan, Azzam tak ingin jika Nana juga akan kehilangan Umi yang di sayangnya.
***
ku kasih bunga dan kopi dah buat kak authornya karena udh bikin kita senyam senyum 🤭🤭