Setelah divonis 20 tahun penjara, yaaa mau tidak mau, Sobarna 30 Tahun, harus rela berpisah dengan isteri tercintanya, Larsih 28 tahun yang baru saja melahirkan anak pertamanya. Sedikit beruntung, Sobarna divonis penjara setelah anak perempuannya lahir, dan baru usia 1 bulan. bahkan yang ngasih nama pada anak perempuannya itu Sobarna sendiri sebagai ayah kandungnya, yaa walaupun nama anaknya agak sedikit berbeda dengan nama-nama bayi di kampungnya itu.
Nama bayi perempuan yang malang itu, adalah Berkah Rahayu.
Siapapun pasti mengira, betapa berat dan sengsaranya seorang isteri yang ditinggal suaminya, bukan ditinggalkan untuk mencari nafkah, melainkan ditinggal demi menjalani hukuman.
Apalagi Larsih. wanita sebatang kara yang dinikahi Sobarna.
Dengan penuh keprihatinan. Terpaksa Larsih harus mampu berjuang membesarkan putri kesayangannya itu. Dan diuji kesetiaan sebagai seorang Isteri yang masih bersuami yang Sah.
Simak yah alur ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abah NasMuf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.13. Pertarungan lawan Warga.
"Hmmm... phhmmpb... phmhft...bbppft.. " Hanya itu yang terdengar dari mulut Anan.
"Hehehe.. Beres, Bos...!" Si Codet merasa puas, dan mengacungkan ibu jarinya setelah berhasil meringkus Anan, dan dimasukannya ke dalam karung.
"Terus mau digimanakan ini, Bos.?" Tanya Si Codet menunggu perintah selanjutnya dari Gendut Ireng.
"Kita bawa aja. Di hilir sungai sana kayaknya ada lubuk sungai yang dalam. Kita tenggelamkan saja. Biarlah dia mati kehabisan nafas.!" Perintah si Gendut Ireng, benar-benar sudah tidak punya rasa belas kasih lagi.
"Ayo bawa !!, Lu kuat nggak, Det bawanya..?"
Tanya si Gendut Ireng, langsung dibalas sama Si Codet. "Kuat. Bos. Ayo..hupt...hppft..!" Dengan enteng si Codet langsung membawa Anan yang sudah lemas tak berdaya.
Ki Gendut Ireng dan Si Codet langsung beranjak meninggalkan tempat itu. Anan dibawa, di pundak Si Codet. Keduanya berjalan ke arah Barat, berjalan menyusuri aliran sungai ke arah Lubuk.
*****
Beberapa saat kemudian, keempat ronda itu terus mengendap mendekati sumber suara yang mencurigakan. Benar saja, kang Inon dan Adun mendengar jelas pembicaraan terakhir Si Codet dan si Gendut Ireng. Bahkan keempat ronda itu sedang mengikuti langkah Gendut Ireng dan Si Codet yang sedang memanggul Anan.
Kang Inon dan teman-teman nya melihat walau dengan samar, ada dua orang yang sedang berjalan ke arah barat, menyusuri aliran sungai yang nantinya ke lubuk atau LewiMunding.
Pas sampai di pelataran sawah kering, dengan cepat kilat, Kang Inon langsung lompat menghadang Gendut Ireng dan Si Codet yang sedang berjalan. Sambil berteriak, kang Inon mulai pasang badan dan kuda-kuda antisipasi kalau ada hal yang tidak diinginkan.
"Berhentiii... Siapa kalian, malam-malam begini berkeliaran, mencurigakan sekali, dan itu turunkan yang kamu bawa..!?" Sergah Kang Inon dengan gagahnya. Memang, walaupun Kang Inon orangnya sedikit kocak, tapi ia dikenal oleh warga kampung sebagai salah satu orang yang jago silat. Dan menurut kang Inon juga, Ia pernah belajar ilmu bela diri di daerah Banten.
Gendut Ireng dan Si Codet sangat kaget, ketika ada yang tiba-tiba memberhentikannya. Langkahnya terhenti, kedua bola matanya dibulatkan ingin tahu siapa orang yang menyergahnya. Begitu pun Si Codet yang berada di belakang Ki Gendut Ireng, terpaksa langsung menjatuhkan Anan dari pundaknya.
"Brugh.." Suara badan Anan yang dijatuhkan. Di dalam karung, Anan tidak bisa apa-apa. Hanya ada gerakan-gerakan kecil yang sengaja digerakkan tanda ingin lepas. Nggak kebayang sakit nya dan pasti terasa remuk ketika badan dilempar begitu saja dengan kasar.
Belum sempat Ki Gendut Ireng menjawab pertanyaan Kang Inon, Si Adun yang tadi mengikuti kang Inon di belakangnya, langsung bertanya to the point.
"Kalian pasti maling. Ayo jujur, ngaku saja !!." Bentak Adun.
"Kami sudah curiga pada Kalian berdua. Bahkan, Kami sudah mendengar pembicaraan Kalian tadi. Mau menyerah berarti aman. Atau mau melawan tunggu saja ratusan warga kampung datang menghajar. Dan tak segan membakar Kalian hidup-hidup.!!" Adun mengancam pada Ki Gendut Ireng yang masih tertegun.
Ki Gendut Ireng dan Si Codet sedikit gelagapan. Ketika posisinya saat ini sedang dikepung oleh empat orang warga. Hatinya mendadak ciut ketika api obor sudah dinyalakan lagi. Khawatir akan mengundang lebih banyak lagi massa yang pastinya dirinya dan Si Codet akan menjadi bulan-bulanan warga kampung.
"A..ampun Bang.. Ampun.. Kkami.. A..anu a..ampuun Bbang." Ki Gendut Ireng mengangkat kedua tangannya, tas ranselnya digendong di punggungnya. Kedua bola mata Ki Gendut Ireng kesana kemari seolah mencari celah untuk kabur.
Ki Gendut Ireng sudah ancang-ancang untuk kabur, diperhatikannya warga yang sedang mengepungnya. Ia merapatkan badanya dengan badan Si Codet, kemudian berbisik.
"Harus bisa aman, Det.!"
"Iya Bos"
Ki Gendut Ireng menoleh ke kang Inon yang kelihatan sedikit lengah, dan tak menyiakan kesempatan, Ki Gendut Ireng langsung melangkahkan kakinya untuk berlari. Namun naas. Kang inon lebih cepat membaca gerakan Ki Gendut Ireng, begitu Ki Gendut Ireng melangkahkan kaki nya. Kaki kang Inon dipasang kedepan. Dan "Brugh..gdebukh... "
Ki Gendut Ireng jatuh tersungkur. Hal ini tidak disia-siakan oleh Kang Inon. Ia segera mendekat pada badan Ki Gendut Ireng yang masih tengkurap di tanah. Kang Inon melayangkan tendangan ke arah pinggir kepala Ki Gendut Ireng, "Ciaaat..!!" Kang Inon berteriak, mengagetkan lawan.
"Wush.. Jdaaak... Bugh.. !"
"Aaah... Brengsek..!" Ki Gendut Ireng kesakitan, terkena tendangan manis dari kang Inon tepat sasaran.
Namun tak berlangsung lama Ki Gendut Ireng sudah berdiri lagi. Ia meringis kesakitan. Pinggangnya terasa sakit sekali. Beruntung masih bisa ia tahan.
"Hai Bajingan, jangan coba-coba kabur. Nyawa Kalian taruhannya.! Ciaaat..!!"
Kang Inon langsung memburu lawan. Incarannya wajah Ki Gendut Ireng. Kepal tangan kang Inon yang bulat dan kekar, siap memakan wajah Ki Gendut Ireng. Namun sayang, dengan gerakan secepat kilat, Ki Gendut Ireng berhasil meraih tangan kang Inon kemudian ditekan kuat, dan dengan kekuatan penuh, Kang Inon di dorong.
"Hup.. Hiah...!" Terdengar dari mulut Ki Gendut Ireng mengeluarkan suara berbarengan dengan tenaga untuk mendorong kang Inon.
Beberapa saat Kang Inon kaget. Tubuh nya hampir terpental ke belakang. Hal ini langsung disusul dengan tendangan dan pukulan kembar nya Ki Gendut Ireng yang meloncat ke atas, di depan Kang Inon.
"Hiaaaat...Wuuuk.. Wussh...!"
Kang Inon paham akan gerakan lawan. Sekilat ia mengibaskan badannya ke pinggir. Dan melayangkan tangan kananya ke tengkuk Ki Gendut Ireng yang terbawa tenaganya sendiri ketika memberikan serangan ke kang Inon.
Dengan gerakan melintir badan. Tangan Kang Inon berhasil mengenai tengkuk Ki Gendut Ireng.
"Plaaaak... "
"Haduuuuh. Siaaal..!!" Umpat Ki Gendut Ireng, sedikit terhuyung. Kepalanya terasa sedikit pusing.
Sementara itu Si Codet masih menghadapi Juhro, Subad dan Adun. Bahkan, Adun sudah menyiapkan tali sabuknya untuk mengikat Si Codet. Mata Adun tajam kedepan tepat ke arah Codet.
"Wuuuk.. Wuush.." Terdengar suara sabuk yang akan menghajar kepala Si Codet, namun Si Codet cepat sekali menundukan kepalanya. Lalu dengan cepatnya Si Codet langsung berhasil memegang tali sabuk dan menariknya. Membuat badan Adun ke bawa kedepan. Dan..
"Bugh.. !"
"Argh.. Bangsat Luh..!" Teriak Adun yang pipinya kena pukulan Si Codet.
Adun mundur satu langkah. Diusap-usap pipi nya yang perih dan panas. Nafasnya tersengal, geram bercampur emosi.
Sekilas Si Codet hanya tersenyum sinis menyeringai pada Adun dan kedua temannya. Sepertinya walau lawan tiga. Si Codet masih bisa melayani. Bahkan Si Codet memberikan tonjokannya ke arah pipi Juhro ketika serangan Juhro berhasil dihindari Si Codet. Dan Si Codet membalas nya.
"Bugh..!
"Aduuh...!!"Juhro terpekik. Pipinya terasa panas.
Adun, Subad dan Juhro semakin emosi dan bernasfu untuk melumpuhkan lawannya itu. Dengan serangan-serangan yang membabi buta dari ketiganya itu, serangan yang bersamaan dan bergantian, membuat Si Codet sedikit kewalahan juga.
Merasa lawan tidak berimbang, Si Codet langsung ngambil golok yang ada dipinggangnya. Hingga ketiga ronda itu harus hati-hati, karena lawan sudah menggunakan senjata tajam.
"Bad, cepat panggil Pak RT dan yang lainnya..!" Adun memerintahkan ke Subad untuk memberi tahu yang lain.
Subad mundur beberapa langkah dan langsung berlari untuk memberitahukan Pak RT yang bareng dengan Mang Darta dan Juragan Basri. Juga mau ngasih tahu warga yang lainnya.
Di waktu yang sama, Ki Gendut Ireng dan Kang Inon masih dalam mode pertarungan hebat. Keduanya sama lincah, keduanya sama-sama gesit dalam memberikan dan juga menangkis serangan lawan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
harta paling indah itu isteri sholehah
aku rindu komen sampeyan.
author baik... aku suka. hehehe