Alana Zahira Mallika, seorang istri satu anak yang harus merasakan pedihnya prahara rumah tangga. Mati-matian Alana mencintai suaminya dan menerima segala kekurangannya, namun tanpa budi Fahrizal bak tak berdosa menyakiti nya dengan tak kasat mata.
Delapan tahun berumah tangga, selama itu pula Alana tak pernah tahu bahwa Fahrizal menjalin hubungan gelap dengan Laura Rava Robert yang merupakan teman lama Alana. Bak Gila harta Fahrizal sampai gelap mata terus mempertahankan Alana yang merupakan mesin penghasil uang, menuruti semua keinginan Laura bahkan sampai rela menceraikan Alana dengan balasan kemewahan yang Fahri terima.
Setelah perceraian selesai, Alana mendapatkan lamaran pernikahan dari seorang pemuda bernama Victor Orion Edwards yang merupakan Bos di tempat kerjanya, sekaligus kakak sepupu dari wanita yang merebut suaminya.
Akan seperti apa kisah Alana selanjutnya?
Mampukah sosok Victor menjadi obat luka bagi Alana, ataukah Victor hanya sebatas pelampiasan dendam semata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon naja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menginjakkan kaki di kantor mewah.
Alana langsung membayar taxi, lekas turun menginjakkan kakinya di depan sebuah kantor yang begitu besar dan mewah, sesaat dia kembali melihat ponselnya memastikan nama kantor yang tadi di kirimkan untuknya dan benar inilah tempatnya. Dia tidak salah alamat, inilah kantor Gramedia Printing Group, kantor pusat pemilik platform novel dimana dia menjadi salah satu author nya.
Alana sampai perlahan menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk tidak gugup sebelum benar-benar masuk ke dalam. Bak terasa seperti mimpi, ternyata ada masanya dia bisa menginjakkan kaki di sebuah kantor besar sekelas GPgrup.
Alana langsung melangkahkan kakinya, mengingat kembali perkataan mbak yang tadi menghubungi nya, dia hanya perlu menghampiri petugas lobby kantor, katakan kalau dia adalah author Ana maka pihak kantor akan menyambut nya.
Sementara itu di sebuah ruangan kantor, ruangan yang tak sembarang orang bisa masuk ke sana, Victor masih duduk di kursi kekuasaannya, sedikit mengumpat karena pekerjaannya masih belum beres sedangkan dia harus pulang sebelum jam enam sore karena harus menghadiri acara ulang tahun Eca, di lanjutkan dengan pesta hari jadi perusahaan, sungguh hari yang penuh dengan kegiatan.
Terlebih di waktu yang sudah mepet ini Victor bahkan belum menyiapkan kado ulang tahun Eca, meski Eca tidak meminta apapun, tetap dia ingin memberikan hadiah terbaik yang akan berkesan bagi keponakannya itu.
Tak lama, pintu ruangan itu terbuka memperlihatkan sosok Fathur yang terlihat tergesa-gesa menghampiri atasannya itu.
"Ini berkas terakhir, gue pulang duluan ya sebelum bini gue kumat kamit." ucap Fathur to the poin. Seperti biasa, saat mereka hanya berdua, pangkat di perusahaan hanya formalitas saja. Fathur dan Victor sudah seperti sekawan yang tidak bisa di pisahkan.
"Tunggu, bagiamana dengan sekertaris yang gue pinta, apa kau belum menemukan yang cocok?" Merasa jengah dengan kerjaan yang menumpuk, Victor masih sempat sempat nya bertanya berharap semakin banyak orang-orang yang akan membantu pekerjaan nya dan tentunya itu memancing kesabaran temannya.
"Hei, bos sialan. Kau tahu kan akhir akhir ini banyak yang aku kerjakan, mana sempat merekrut sekertaris baru," jawab Fathur dengan cepat. Terlebih sekertaris itu untuk Victor, prosedur nya saja butuh proses yang panjang karena pihak perusahaan harus benar-benar mencari orang yang cocok dan tentunya lebih berkompeten. "Lain kali saja. Dan lagi kau sudah punya dua sekretaris, Bos. Butuh berapa sekretaris lagi hah?" lanjut nya lagi malah ngegas.
"Ck.... Hanya mencari sekretaris apa susah nya!" Victor sampai bergumam, kalau belum mencari, katakan saja belum, tak harus komat Kamit begitu. Terlebih berkas laporan apa ini kenapa tidak jelas sama sekali, "Hei apa ini?" tanyanya butuh penjelasan. Jangan dulu berharap bisa pergi sebelum menjelaskan ini.
"Itu berkas-berkas yang bersangkutan dengan prosedur proyek pembuatan novel versi cetak yang kau perintahkan waktu itu, Victor." Fathur langsung menjawab dengan cepat, menjelaskan kalau dia juga belum memeriksa nya. Dia menerima itu dari sekretaris Laura yang bertanggung jawab di divisi itu.
"Astaga, jadi maksudnya proyek besar itu Laura yang pegang?" Victor sampai kaget, dia memang melimpahkan tanggung jawab penuh proyek ini pada divisi satu di mana Paman Robert lah ketuanya. Tapi kenapa proyek besar itu malah di pegang Laura. Masih banyak tim yang lain kan. Karena sudah pasti hasilnya akan seperti apa kalau sampai Laura yang memegang nya.
"Kita tidak bisa mendebat itu jika Pak Robert yang menentukannya Victor." Fathur hanya bisa menjawab singkat. Mau bagaimana pun, mereka tatap harus menghargai Pak Robert karena beliau juga cukup berpengaruh di perusahaan. Mereka hanya bisa berharap kalau Laura kini bersungguh-sungguh dalam menjalankan tanggung jawabnya.
"Aisst, sialan." Victor sampai berdecak kesal, sampai kapanpun rasanya kepercayaannya kepada Laura tidak akan pernah ada.
Iya. Ini memang bukan pertama kalinya Laura di berikan proyek besar seperti sekarang, dan hasilnya selalu saja tidak memuaskan. Laura lalai, bahkan tak mengerti betul apa itu pekerjaan. Yang pada akhirnya, bukan mendapat keuntungan, yang ada perusahaan rugi besar.
Kalau saja tidak mengingat silsilah keluarga, dan sang Kakek lah sang perintis pertama perusahaan ini, jelas Victor tidak akan pernah memberikan jabatan tinggi untuk paman Robert di perusahaan, terlebih untuk Laura, karena keahlian wanita itu bukanlah bekerja melainkan memakan gaji buta.
"Pulanglah, bilang pada Eca kalau aku akan sedikit terlambat menghadiri acara ulang tahun nya." Mau bagaimana lagi, Victor harus membereskan ini sebelum semuanya semakin kacau.
"Kau yakin akan turun tangan sendiri?" Fathur sampai keheranan. Itu pekerjaan di atas meja saja sudah begitu numpuk, sekarang mau menambah kerjaan lain.
"Lantas siapa lagi hah? Atau Lo mau gue tugaskan membereskan ini hah. Lo mau gue jadi sasaran kemarahan dua wanita penghuni rumah karena telah menyita suami dan papi nya." cecar Victor sampai komat kamit, jika dia terus memaksa Fathur untuk bekerja sudah bisa membayangkan seseram apa Eca dan Pricillia akan memarahinya. "Pergi sana!"
"Hahaha...." Seketika Fathur sampai terbahak, syukurlah kalau sudah sadar. Sekarang dia bisa pulang dengan tenang. "Good job bos!" ucapnya lagi sambil menyeringai, dan langsung melengos pergi.
Fathur sudah pergi, Victor kini langsung menghubungi sekertaris nya, meminta nya untuk menghubungi penanggung jawab anggota tim yang bekerja di bawah kepemimpinan Laura. Dia harus memanggil mereka terlebih dahulu, mebrifing mereka sebelum menjalankan tugas yang mereka terima dari Laura.
"Maaf Pak Victor." Sang sekertaris langsung memberikan jawaban atas perintah atasannya itu, sedikit ragu karena apa yang terjadi sekarang sepertinya tidak sesuai dengan apa yang bos nya harapkan.
"Penanggung jawab Tim tidak bisa mengumpulkan tim nya sekarang untuk datang ke ruangan bapak. Mereka semua sekarang sedang sibuk mempersiapkan meeting karena author yang bersangkutan sudah sampai di kantor." tutur sekertaris itu.
Victor sampai kaget, "Meeting? Sekarang?" cecar nya dengan tegas. Di mana otak mereka, melakukan sesuatu seolah tergesa-gesa, kenapa mengadakan meeting di waktu sore hari di saat para karyawan sudah bersiap untuk pulang. Ini proyek besar, harus di persiapkan dengan matang-matang, kenapa malah seperti sebuah lelucon.
"Apa Laura yang menjadwalkan pemanggilan author nya sore ini?" Victor kembali memastikan, tidak mungkin sekonyong-konyong author itu datang ke perusahaan kalau tidak ada undangan.
"Iya, Pak. Itu perintah dari Ibu Laura."
"Sambungkan panggilan nya pada Laura sekarang!" Victor sampai menggunakan nada suara yang begitu tinggi, kali ini dia benar-benar kesal, dan harus sedikit memperingati Laura agar tidak bekerja sesukanya.
"Anu, Pak." Sang sekertaris sampai gemetaran sendiri, padahal ini di telepon tapi amarahnya begitu terasa. "Ibu Laura katanya sudah pulang dari satu jam lalu."
"Bangsat!" Victor sampai tidak bisa memfilter umpatan nya, benar-benar tidak bisa di andalkan. Kalau hanya ingin bermain-main, kenapa gak sekalian keluar saja dari perusahaan, tidak ada gunanya kalau hanya jadi benalu dan merepotkan orang.
"Bubarkan meeting itu. Suruh author yang bersangkutan langsung menghadap ke ruangan ku." Victor langsung memberi perintah. Karena orang yang bersangkutan sudah terlanjur berada di kantor perusahaan biar dia yang menyampaikan segala prosedur nya. Karena jelas kalau mengandalkan tim Laura, kacau yang ada.
Terlebih para anggota Tim pasti sudah terkontaminasi dengan arahan Laura yang berantakan tak sesuai dengan seharusnya, sudah pasti hasil meeting pun tidak akan berbobot. Biar Victor menemui dulu author itu baru memanggil para anggota Tim penanggung jawab untuk memberi arahan pada mereka.
"Baik Pak, saya akan menyuruh karyawan yang bertugas untuk mengantarkan Kak Author Ana untuk menemui bapak di ruangan."
.
pawang laki laki🤣🤣🤣🤣
dady ed ma bisa aja
karena karyawan baru kaya di permainan kan diempar sana sini😭😭😭😭
di luar pemikiran ku torrrr
ternyata yang di gosipin mbalah girang🤣🤣🤣🤣🤣
minta di pecat apa
peka dikit lah lana kasian perjaka tua itu
mati matian cari perhatian mu/Facepalm//Facepalm/
tenang
alana jdi sekertaris pak viktor aja