Perhatian:
Semuanya, ini adalah season dua dari kisah Maudy dan Elgara yang berjudul "Menikahi Pria Koma"
Setelah dua tahun berpisah, Elgara memutuskan untuk merebut Maudy kembali.
Ia menjalankan sebuah rencana untuk membuat kelaurga Maudy menyerahkan Maudy kembali ke padanya, hal ini berdasarkan rasa dendam nya yang tak bisa ia lupakan.
Jikalau kalian tidak membaca season pertama pasti akan kebingungan dengan alur nya, jadi author sarankan baca dulu season satu nya ya, baru datang ke season dua nya.
Season dua nya idak banyak, hanya empat puluh bab saja, dan buat yang ngikutin season satu dari awal yuk kita pindah ke season dua untuk mengetahui bagaimana kisah mereka selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #10
"kenapa ma? Ada apa?" tanya Gaza.
"Bukan apa-apa, papa mu sedang dinas di luar kota jadi tadi rekan bisnis papa mu menelpon secara pribadi mengundang papa mu ke acara pernikahan putrinya, jadi mama mau kau mendampingi mama ke sana karena papa mu tidak ada," kata mama nya Gaza dengan lembut.
"Oh, hanya itu? Kapan acara nya?" Gaza hampir saja mengira kalau mama nya akan menjodohkan nya dengan orang lain.
"Lusa sayang, kalau kau sudah setuju mama keluar dulu ya, ada yang ingin mama kerjakan," sang mama tersenyum menepuk pundak Gaza dan kemudian berjalan pergi meningalkan Gaza.
Satu hari pun berlalu begitu cepat, keesokan harinya ...
Terlihat Maudy yang sedang duduk di dapur mengamati bik Lin yang sedang memasak sarapan pagi.
"Bik, apakah tadi bibi melihat dia pergi berangkat kerja?" tanya Maudy kepada bik Lin.
Ia menanyakan hal ini karena setelah bangun dari tidur nya, dia tidak melihat Elgara di kamar.
"Tidak nyonya, saya tidak melihat nya," jawab bi Lin dengan jujur.
"Jadi kemana dia pagi-pagi sekali?" Batin Maudy.
"Bik, aku boleh minta bantuan tidak?" tanya Maudy yang kini berdiri di samping bik Lin sambil tersenyum kecil.
"Apa nyonya, saya akan membantu selagi bisa, apa yang tidak untuk nyonya yang cantik ini," kata bik Lin sambil tersenyum.
"Bukan kah nanti bibik akan ke pasar untuk membeli stok bahan makanan?" Maudy menatap bik Lin dengan penuh harapan.
"Iya benar nyonya, lalu apa yang bisa saya bantu?" Bik Lin mulai penasaran.
"Aku ingin bibi membantuku untuk membeli alat-alat untuk melukis, aku sangat lelah di sini, tidak ada pekerjaan yang bisa aku lakukan aku ingin melukis," kata Maudy menjelaskan kepada bik Lin.
"Jadi nyonya seorang pelukis?" tanya bik Lin kaget bukan kepalang.
Maudy mengangguk kan kepala nya sambil tersipu-sipu.
"Astaga nyonya, itu hal gampang nanti saya bantu membeli semua yang nyonya butuh kan, tapi sebelum itu apakah nyonya tidak di perbolehkan keluar dari villa? Bukan kah berbelanja bahan melukis sebaiknya di pilih langsung oleh sang pelukis?" ucap bik Lin lagi.
Maudy menundukkan kepalanya, ia tidak tau di perbolehkan atau tidak, yang jelas ia khawatir kalau ia pergi tampa ijin Elgara akan sangat marah.
"Aku takut bi, aku tidak mau dia marah-marah, aku tidak masalah bibi yang memilih nya, aku percaya, kalau begitu aku ke luar dulu ya," kata Maudy yang tidak ingin bicara panjang lebar lagi dengan bibi Lin menyangkut sikap Elgara kepada nya.
"Kasian nyonya," batin bik Lin.
Sementara itu di ruang tengah villa, terlihat Elgara baru saja kembali entah dari mana dia membawa sesuatu di tangan nya.
"Maudy!" pangil nya sambil berjalan menghampiri Maudy yang tadinya hendak kembali ke kamar.
"Ada apa?" jawab Maudy.
"Ikut aku," ucap nya yang kemudian memegang pergelangan tangan Maudy lalu membawa nya menaiki tangga menuju kamar mereka.
"Lepaskan sakit!" ucap Maudy menarik tangan nya dan saat ini mereka saling menatap satu sama lain dengan tatapan tajam di beberapa anak tangga.
"Kau berani melepaskan tangan ku?" Ucap Elgara mengengam erat sesuatu yang dia bawa di tangan kiri nya.
"Kau menyakiti ku," ucap Maudy.
Namun tampa basa-basi lagi Elgara menghampiri Maudy dan kemudian mengendong nya, lebih tepatnya ia memikul tubuh Maudy seperti memikul karung goni.
"Kau gila+ turun kan aku! Cepat turunkan!" kata Maudy sambil memukul-mukul punggung suaminya.
Namun Elgara yang buru-buru terlihat tidak peduli sama sekali.
Mereka tiba di kamar dan kemudian Elgara melemparkan tubuh sang istri ke atas ranjang.
"Bodoh!" ucap Maudy refleks karena ia paling takut jikalau di gendong dengan cara tadi.
"Apa katamu? Coba ulangi sekali lagi!" ucap Elgara melonggarkan dasinya dan menaiki ranjang, ia mengungkung tubuh Maudy di bawah nya.
Sementara paper bag yang dia bawa ia lemparkan ke samping Maudy.
"Jangan mendekat, pergi!" ucap Maudy berusaha mendorong Elgara dari hadapan nya.
"Kenapa? Kau takut sekarang? Beraninya kau melawan ku," ucap Elgara yang kini mencengkram kedua pipi Maudy.
Maudy menatap Elgara dengan tatapan penuh bencinya.
"Malam ini kau ikut aku dan pakai pakaian yang ada di dalam paper bag itu, ingat, jangan menggunakan pakaian lain kecuali yang ada di dalam paper bag," bisik Elgara ke telinga Maudy.
Maudy kebingungan ia menatap paper bag yang ada di samping nya dan menatap Elgara.
"Aku tidak mau, aku tidak akan pergi dengan mu," ucap Maudy membantah.
"Apa kau mau aku memeprk*sa mu seperti kemarin?" Kata Elgara dengan tatapan tajam nya.
Maudy menundukkan kepalanya, ia merasa ngilu jika membayangkan betapa brutalnya Elgara di ranjang jika marah.
Ia pun menunduk tak ingin terus membantah singa lapar itu lagi.
Setelah membuat jantung Maudy hampir copot, Elgara pun memilih keluar dari kamar nya.
Tak butuh waktu lama, malam pun akhirnya tiba.
Maudy berdiri di depan cermin, mengamati lekuk tubuh nya yang terlihat sangat jelas di depan cermin, dengan belahan dada terekspos jelas.
"Gaun macam apa ini? Apa dia sengaja ingin menjatuhkan harga diri ku di depan banyak orang? Dia adalah laki-laki gila," batin Maudy yang tidak ingin keluar kamar karena gaun yang dia pakai cukup sexy.
Namun tak lama kemudian.
Brak ...
Pintu kamar terbuka, terlihat jelas Maudy yang berdiri di depan cermin itu oleh Elgara.
Jantung nya seketika tidak bisa di ajak kerjasama, setelah melihat sang istri yang kenyataan nya begitu cantik juga sexy.
"Apa yang membuat mu begitu lama? Kau sengaja membuat aku menunggu?" ucap Elgara marah sambil menghampiri Maudy.
"Bisakah aku memohon kepada mu untuk tidak meminta ku memakai pakaian ini?" tanya Maudy dengan tangan yang menutupi bagian dada nya.
"Tidak bisa, ayo cepat pesta nya sudah di mulai," kata Elgara yang kemudian menarik Maudy keluar dari kamar.
Kali ini Maudy memilih untuk pasrah dan tidak melawan terlalu banyak, dia tau memang tujuan Elgara ingin membuat nya malu di depan orang atau laki-laki.
Suami macam apa yang melakukan hal ini kepada istri nya sendiri.
Beberapa menit kemudian mereka sudah berada di dalam mobil, cuaca begitu dingin malam ini rasanya sangat menusuk untuk tubuh Maudy yang mengunakan gaun sexy.
Sesekali Elgara melirik ke arah Maudy, sejujurnya dia juga tidak tau kalau gaun itu akan sangat kecil di tubuh Maudy sehingga menampilkan lekuk tubuh dan juga dada nya.
"Aku salah ukuran? Tidak mungkin? Padahal aku sudah melihat ukuran baju nya, seharusnya tidak terlalu berlebihan seperti ini, batin Elgara kebingungan sendiri.
Bersambung ....