Suami Tulang Lunak
Prolog
"Kita nikahkan saja dia dengan gadis manapun, pada akhirnya anak banci itu tidak akan punya keturunan! Dan semua harta kekayaan milik Hartono akan menjadi milik kita ha ha ha ha...."
Lagi-lagi, motif dari kejahatan sebuah cerita adalah karena harta dan tahta. Seperti hal nya novel baru karya author ini. Ketamakan seorang ibu tiri akan harta, menjadikan ia seorang ibu tiri yang licik bagi seorang Nathan Hartono yang memiliki kepribadian lain.
Kita mulai dengan episode pertama yuk... Selamat membaca... 🤗
**Perjodohan**
Matahari sore mulai tenggelam di balik perbukitan, menciptakan semburat jingga di langit. Vina, gadis bar bar desa, baru saja menyelesaikan olahraga sore rutinnya.
Dengan peluh yang masih menetes di dahinya, ia mengendarai motor kesayangannya menuju rumah. Angin yang berhembus membawa kesejukan, menenangkan pikiran Vina yang penuh semangat setelah berlari mengelilingi desa.
Sesampainya di rumah, Vina memarkirkan motornya di halaman. Ia mengusap keringat di wajahnya dan masuk ke dalam rumah. Namun, suasana yang biasanya tenang terasa berbeda sore itu.
Kedua orang tuanya, Pak Andi dan Bu Siti, duduk di ruang tamu dengan ekspresi yang serius. Nampak, ada ketegangan yang tidak biasa di wajah mereka.
"Vina, duduk dulu, ada yang perlu kami bicarakan," kata Pak Andi dengan suara berat.
Mendengar hal itu, Vina merasa ada sesuatu yang tidak beres. Lalu, Ia melepas sepatu olahraganya dan duduk di hadapan kedua orang tuanya. "Ada apa, Pak? Bu?," tanyanya penasaran.
Bu Siti menarik napasnya dalam-dalam sebelum memulai pembicaraan. "Nak, keluarga kita sedang dalam masalah besar, hutang kita semakin menumpuk dan kita tidak punya cara lain untuk melunasinya."
Vina mengernyitkan dahi, merasa ada yang tidak beres dengan arah pembicaraan ini. "Apa maksudnya, Bu? Apa yang harus kita lakukan?."
Pak Andi pun mengambil alih dan melanjutkan pembicaraan. "Kami sudah memutuskan untuk menjodohkan kamu dengan Nathan, anak dari keluarga Hartono, mereka sangat kaya dan bisa membantu kita keluar dari masalah ini."
Kata-kata itu jatuh seperti bom di telinga Vina. Ia terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya. "Apa?! Kalian ingin menjodohkan aku dengan seseorang yang bahkan tidak aku kenal? Hanya karena uang?," suaranya mulai meninggi, menandakan jika ia sangat marah akan hal itu.
Bu Siti mencoba menenangkan putrinya dan mencoba bicara lagi. "Nak, ini demi kebaikan kita semua, kami tidak punya pilihan lain. Keluarga Hartono adalah orang yang baik dan mereka sangat terpandang, ini kesempatan kita untuk menyelamatkan keluarga kita."
Namun, Vina tidak bisa menerima alasan itu begitu saja. "Kalian mau menjual aku demi uang?! Apa aku tidak punya hak untuk menentukan hidupku sendiri?!" teriaknya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Pak Andi yang biasanya sabar, kini juga mulai kehilangan ketenangannya dan menjawab pertanyaan Vina dengan nada yang tidak kalah tinggi. "Vina, kamu harus mengerti situasi kita, ini bukan soal menjualmu, ini tentang menyelamatkan keluarga kita dari kehancuran, kamu harus mau berkorban," tegasnya dengan nada memaksa.
Perdebatan pun semakin memanas. Vina merasa seluruh dunianya runtuh. Bagaimana bisa orang tuanya memintanya untuk menyerahkan hidupnya demi sesuatu yang ia tidak percaya? Ia bangkit dari tempat duduknya dan air mata pun sudah mengalir di pipinya.
"Aku tidak peduli! Aku tidak akan menikah dengan orang yang tidak aku cintai! Apalagi jika ini hanya demi uang!", teriaknya, sebelum berlari keluar dari rumah.
Di luar, matahari telah tenggelam sepenuhnya, menyisakan langit yang gelap. Vina berlari tanpa tujuan, yang ia pikirkan hanya ingin menjauh dari kenyataan yang menyesakkan.
Di hatinya, ia merasa terjebak antara tanggung jawab terhadap keluarganya dan keinginannya untuk hidup bebas dan menentukan nasibnya sendiri.
Suara gemuruh di dalam hatinya hanya menambah kegalauan yang ia rasakan. "Aku tidak bisa melakukan itu! Tidak bisa!," teriaknya.
Di saat Vina sedang berada dalam rasa kalut seperti itu, tiba-tiba saja ia melihat sebuah pemandangan yang membuatnya ingin tertawa sekaligus jijik.
"Iw...! Jijik sekali! Aduuhh... Kenapa eke harus pergi ke tempat seperti ini siiih...."
Nampak dua orang di sebrang jalan sedang berdiri di samping mobil mereka. Terlihat seseorang yang patuh dan hati-hati dengan setelan jas hitam merupakan sopir dari seseorang yang tidak henti-hentinya memekik karena menginjak lumpur basah.
Tingkah konyol dari orang tersebut membuat Vina melupakan sejenak masalahnya dan tertawa kecil. Tapi, ia merasa jijik karena penampilan orang itu sangatlah nyentrik dan memakai pakaian serba pink, padahal jelas-jelas dia itu laki-laki.
"Amit-amit deh! Jangan sampai gua ketemu sama orang kaya gitu," gumam Vina sebelum beranjak pergi.
Malam itu, Vina menghabiskan waktu di tepi sungai, tempat favoritnya untuk menenangkan diri. Bunyi gemericik air yang mengalir biasanya bisa menenangkan hatinya, tapi tidak malam ini.
Ia merasa marah, bingung, dan dikhianati oleh orang tuanya sendiri. Bagaimana mereka bisa berpikir bahwa menjual kebebasannya adalah sebuah solusi?.
Ketika Vina akhirnya pulang, sudah lewat tengah malam. Rumah pun tampak sepi, dan lampu-lampu sebagian besar sudah dipadamkan.
Namun, ia tahu jika orang tuanya saat ini masih terjaga dan menunggunya di ruang tamu. Dengan langkah berat, Vina pun masuk ke dalam rumah. Mau tidak mau, ia harus menghadapi mereka sekali lagi.
"Kamu kemana saja?," suara Bu Siti penuh kekhawatiran, namun merasa lega ketika melihat putrinya kembali.
"Aku butuh waktu sendiri," jawab Vina singkat dengan suara yang masih terdengar dingin.
Pak Andi bangkit dari sofa, wajahnya terlihat lebih tua dari sebelumnya dengan garis-garis kekhawatiran yang terpampang jelas di wajahnya. "Vina, kami tahu ini berat bagimu, tapi kami ingin kamu memahami, bahwa ini bukan keputusan yang mudah bagi kami juga."
Vina menatap ayahnya dengan mata yang penuh air mata. "Ayah, bagaimana bisa aku menikah dengan seseorang yang tidak aku kenal? Bertemu pun belum pernah, bagaimana kalau dia jelek!."
Pak Andi terdiam sejenak, terlihat ada sesuatu yang ingin ia katakan namun ia ragu-ragu. Akhirnya, ia menarik napas panjang dan berbicara dengan suara yang lebih lembut.
"Nathan memang berbeda, Ayah pernah bertemu dengannya, tapi dia bukan orang yang buruk, dia punya hati yang baik, dan keluarganya... mereka akan memastikan kamu hidup bahagia."
Vina tidak tahu harus berkata apa lagi. Rasanya seperti ada tembok besar yang memisahkannya dari keluarganya. Ia berbalik dan berjalan ke kamarnya, meninggalkan orang tuanya yang masih mencoba mencari cara untuk membujuknya.
Pagi berikutnya, Vina terbangun dengan rasa berat di hatinya. Ia memutuskan untuk menemui sahabatnya yang bernama Dina, untuk menceritakan apa yang sedang terjadi. Dina selalu menjadi pendengar setia dan penasihat yang baik untuknya.
Di sebuah kafe kecil di tepi desa, Vina menceritakan semuanya pada sahabatnya itu. "Aku tidak tahu harus bagaimana lagi, Din, mereka ingin aku menikah dengan Nathan, entah siapa lah namanya aku gak peduli, mereka ingin menjodohkanku hanya demi uang."
Dina mendengarkan curhatan Vina dengan seksama, wajahnya penuh empati. "Vin, aku mengerti situasimu sangat sulit, tapi mungkin kamu perlu mencoba mengenal Nathan terlebih dahulu, mungkin, setelah kalian bertemu, ada sisi dari dirinya yang bisa kamu terima."
Vina menggelengkan kepalanya dan bersikukuh. "Aku tidak bisa, Din, ini bukan tentang uang atau siapa Nathan itu, Ini tentang kebebasan dan pilihan, aku merasa seperti mereka mengkhianatiku."
Sementara itu, di rumah keluarga Hartono, Nathan juga merasakan tekanan yang sama. Meski keluarganya kaya raya dan terpandang, Nathan selalu merasa ada yang kurang dalam hidupnya.
Terlebih, ia merupakan anak tunggal namun memiliki adik tiri dari ibu tiri yang sudah di nikahi Hartono semenjak ia masih kecil. Juga karena kepribadiannya yang bertingkah layaknya seorang perempuan.
Ia tahu tentang rencana perjodohan ini, tapi tidak terlalu menghiraukan nya dan hanya menyetujuinya. Ia tahu perjodohan ini hanya karena masalah uang dan uang.
Pikirnya gadis yang akan di jodohkan dengannya itu adalah gadis mata duitan. Mengingat mana mungkin ada yang bersedia menikah dengan laki-laki banci sepertinya jika bukan karena uang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Shena Nur
.
2024-06-12
1
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
🤣🤣🤣🤣 doa mu tak terkabul vin
2024-06-07
2
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
wahh wahh ini pastii jodohnya Vina🤭🤭🤭
2024-06-07
1