NovelToon NovelToon
Mawar Merah Berduri

Mawar Merah Berduri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Aini

Mawar merah sangat indah, kelopak merah itu membuatnya tampak mempesona. Tapi, tanpa disadari mawar merah memiliki duri yang tajam. Duri itulah yang akan membuat si mawar merah menyakiti orang orang yang mencintainya.

Apakah mawar merah berduri yang bersalah? Ataukah justru orang orang yang terobsesi padanyalah yang membuatnya menjadi marah hingga menancapkan durinya melukai mereka??!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10 Kamu berharga

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Inne masih belum tidur. Dia masih menyiapkan materi untuk mengajar les besok. Tiba tiba panggilan masuk ke hp nya.

"Halo, ada apa Dit?"

"Maaf ya soal tadi siang."

"Iya gak apa apa. Tapi lain kali kalau mau ngajak ketemu mereka lagi, kasih tau ya. Supaya aku bisa siapkan mental."

"Iya, sayang."

Sebentar mereka sama sama diam, hanya terdengar suara napas saja.

"Sayang..."

"Iya sayangku, ada apa?" Sahut Inne lembut.

"Aku kangen. Aku mau lihat wajah kamu."

Inne tersenyum mendengar rengekan manja Adit.

"Ya sudah, hidupkan kamera."

"Gak mau. Aku mau ketemu langsung. Mau peluk juga."

"Dit, ini udah malam. Besok aja ya."

"Gak, buka jendela kamar kamu deh."

"Hah?!"

Meski terkejut dan tidak percaya, Inne pun menyibak gorden jendela kaca kamarnya. Senyuman pun mengembang indah saat matanya melihat sosok yang sangat dicintainya berdiri diuar pagar rumahnya sambil melambaikan tangan padanya.

Tidak butuh waktu lama, Inne pun keluar rumah dengan diam diam, supaya tidak mengganggu bunda yang sudah terlelap.

Inne dan Adit berkendara menuju taman terdekat. Mereka duduk di sana dengan nyaman. Adit menyenderkan kepalanya di pundak Inne.

"Aku kesal banget hari ini. Semua orang selalu mengatakan aku kekanak kanakan dan hanya menghamburkan uang dari papa. Terus, papa juga gak bela aku lagi."

"Papa bela kamu, kok. Buktinya dia bilang, dia membebaskan kamu mau melakukan apapun yang kamu suka. Itu pembelaan loh, sayang."

"Tapi terdengar seperti sindirian ditelingaku, In."

"Kamu nya aja yang salah paham. Percaya deh, papa tu sayang banget sama kamu."

"Iya deh, percaya."

"Tapi tetap saja, dibilang belum dewasa itu seperti menegaskan bahwa aku tidak berharga dimata mereka."

"Kamu berharga kok. Kamu sangat berharga."

"Benaran?"

"Hmm."

"Berarti kamu beruntung dong punya pacar seperti aku?"

"Tentu saja. Sangking beruntungnya, jadi lebih banyak masalah yang datang dalam hidupku." Celetuk Inne sengaja hanya ingin menggoda kekasihnya.

"In, kamu kok ngomong gitu sih. Jadi bete deh." rajuknya.

Adit berhenti menyandarkan kepalanya dipundak Inne. Dengan cepat Inne menggenggam kedua tangan Adit.

"Kamu hebat, Dit. Dimataku kamu luar biasa. Ya, meski memang kadang kadang, kamu suka kekanak kanakan. Tapi, aku suka."

"Males ah, kamu malah memperburuk suasana." rajuknya lagi sambil memalingkan wajahnya dan menarik tangannya dari genggaman tangan Inne.

"Nah tu lihat, dikit dikit ngambek. Ya gimana gak bilang kamu seperti anak kecil." goda Inne.

"Apaan sih. Kamu juga suka ngambek tau."

"Adit ngambek nih..." menggeser duduknya mendekati Adit, lalu dengan sengaja Inne menyenggol pelan bahu Adit.

"Jangan dekat dekat. Jauh jauh sana."

"Adit ngambek, ih Adit mah ngambekan..."

"Apa sih, berisik."

Inne terus saja menyenggol nyenggol bahu Adit. Tujuannya untuk membujuk Adit.

"O gitu, aku berisik ya. Ya udah deh aku pulang aja."

"Ih jangan!"

Saat Inne hendak berdiri, Adit dengan cepat menahannya, menarik Inne untuk kembali duduk, lalu Adit berbaring di pangkuan Inne dengan langsung memejamkan matanya.

"Adit, kamu ngapain. Nanti dilihat orang gimana?"

"Biarin."

"Dit, bangun. Malu dilihat orang."

"Gak ada orang disini selain kita berdua, Inne."

Inne melirik keberbagai arah, dia tidak menemukan ada orang lain di taman itu malam ini.

"Biarkan aku seperti ini sebentar, sayang. Aku hanya masih terlalu merindukan kamu." ucap Adit tanpa membuka matanya.

Inne tersenyum, tangannya dia bawa untuk mengusap kepala Adit dengan lembut. Tangan Inne yang satunya dipeluk erat oleh Adit, seakan dia takut kehilangan miliknya itu.

~

~

~

Hari ini adalah syuting pertama untuk idol boys. Inne pun menemani Adit hari ini.

Adit tampak gagah dan keren saat bermain gitar sambil menyanyikan sebuah lagu di depan kamera dengan memakai pakaian yang tampak serasi dengannya. Sepertinya perancang busana benar benar membuat baju itu khusus untuk Adit.

"Nih, minum dulu." Romi mendekati Inne dengan membawakan kopi.

"Adit keren ya?"

Inne tidak menjawab dengan ucapan, dia hanya tersenyum saja.

"Berat ya backstreet?"

"Hah?!" Inne terkejut saat Romi membahas tentang itu.

"Aku tahu hubungan kalian."

"Adit yang kasih tau abang?" Tanya Inne penasaran.

"Gak. Adit gak ngomong apa apa. Aku tahu sendiri, sebab sejak tadi Adit hanya menatap kamu."

"Abang jangan salah paham. Aku sama Adit sudah berteman sejak awal kuliah. Kita berteman tidak hanya berdua kok, ada tiga orang teman lagi."

"Tapi Adit membawa kamu kesini hari ini. Bukankah itu artinya kamu lebih dari sekedar teman?"

"Gak kok, bang..."

"Santai saja, In. Aku bisa menjaga rahasia kok."

Romi pun melangkah pergi meninggalkan Inne sendirian yang masih dalam kebingungan.

Tidak berselang lama, syuting pun selesai. Adit menghampiri Inne dengan masih memakai stelan saat dia tampil tadi. Adit benar benar tampak luar biasa.

"Maaf ya sayang, kamu harus nunggu lama." bisiknya.

"Iya gak apa kok."

"Kamu lapar gak?"

"Hmm." angguk Inne.

"Aku ganti baju dulu ya. Setelah itu kita pergi makan."

Inne mengangguk.

Adit pun pergi berganti pakaian. Setelah selesai, Adit langsung membawanya makan siang. Usai makan siang, Adit mengajaknya ke mall karena dia mau membeli beberapa barang.

"Sayang, kamu mau beli apa?" Tanya Adit saat mereka masuk ke toko sepatu dan tas.

"Gak ada. Aku cuma menemani kamu aja."

"Ayolah sayang, beli satu aja."

"Gak mau, Dit. Lagian aku gak butuh apa apa saat ini. Kamu kan tahu, aku hanya membeli barang sesuai kebutuhan."

"Iya aku tahu. Tapi, aku ingin beli sesuatu yang couple gitu. Mau ya sayang..." Adit memohon dengan wajah imutnya.

Inne sangat tidak tahan melihat wajah itu hingga membuatnya mengangguk setuju.

"Oke, kita beli apa ya bagusnya?"

"Gimana kalau botol minuman couple." Saran Inne.

"Botol minuman?"

"Iya. Aku baru ingat, kalau aku gak punya satu pun botol minuman. Kalau ada botol minum sendiri, aku bisa bawa minum dari rumah deh kalau mau pergi pergi."

"Boleh."

"Benaran?"

"Iya sayang."

"Makasih, sayangku." Inne mengayun ayunkan tangan Adit yang dipegangnya.

"Ya udah yok kita cari botol minumnya."

Adit menggandeng tangan Inne melangkah keluar dari toko sepatu dan tas itu. Niatnya sih tadi Adit mau couplean sepatu, tapi ternyata Inne punya pilihan lain.

Apapun itu selama Inne senang, pasti dituruti oleh Adit.

Mereka tiba di tempat jual berbagai macam alat dapur, termasuk botol minuman. Inne memilih botol minuman yang unik berwarna biru langit.

"Bagus gak, Dit?"

"Bagus sayang. Tapi gimana kalau aku belikan satu aja buat kamu. Nanti aku minta bantuan temanku untuk nulis inisial nama kita di botolnya."

"Berarti gak couple dong."

"Ya gak apa apa sayang. Lagian kalau aku beli juga, buat apa. Aku gak suka bawa bawa botol minum gituan sayang."

"Ya udah deh satu aja."

Merekapun membeli Satu botol saja. Adit akan mengabadikan nama mereka di botol itu nantinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!