Rela berkorban demi pujaan hati, Andara meninggalkan keluarganya dan menikah dengan pria pilihannya.
Delapan tahun berlalu, Andara merasa sikap suaminya mulai berubah.
Cinta yang biasa selalu terpancar dari binar mata Andri mulai redup.
Perhatian lelaki itu memang tak berkurang, kasih sayangnya pun demikian, tapi Andara tahu hati suaminya tak lagi sama.
Lantas apa yang akan di perbuat oleh Andara untuk mengembalikan hati sang suami.
Sebenarnya apa yang terjadi pada rumah tangga mereka di 8 tahun pernikahan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Andara
[Sekarang Jawab pertanyaanku, Mas. Seandainya aku bersikap sepertimu, apakah kamu akan bertahan sepertiku? Banyak kecewa yang aku pendam demi menghargai mu.]
Andri tak bisa berkutik ketika Andara mengirimkan pesan dengan pertanyaan yang dia sendiri tidak bisa menjawabnya. Apa Andri bisa bertahan jika sudah mengetahui orang yang dicintainya mendua? Mungkin memang kasusnya ini berbeda dengan yang lain, Andri tidak ada maksud menduakan, kesalahan yang Andri perbuat murni jebakan. Tapi statusnya tetap menjadi suami orang lain sekarang. Dan Andri sadar bahwa tanggung jawab pada Andara dan Gia harus sama.
Andri menjambak rambutnya frustasi. Ini semua berawal darinya yang berhubungan dengan seorang wanita, di saat itulah masalahnya dimulai. Pernikahannya selama ini dengan Andara baik-baik saja. Andri sudah merasa cukup.
Bukan Tanpa Alasan Andri tidak memberitahu Andara. Ia berada dalam pilihan yang sulit, Paman Andara menyuruhnya agar segera menikah dengan anak keponakannya. Sebagai tanggung jawab pada apa yang sudah ia perbuat, dalam tanda kutip , Andri adalah pria pertama yang menyentuh Gia.
"Mikir aja buat mempertahankan istri kamu itu terus, kamu bisa tinggalkan Gia dan calon anak kalian yang memang tidak kamu inginkan! Biarkan saja Gia yang harus menahan rasa sakit untuk mengandung dan melahirkan anakmu, setelah semua yang diberikan Gia untukmu kamu seperti ragu untuk mempertahankannya."
Ibu Andri kembali berbicara panjang lebar.
Andri mengambil rokoknya lalu kembali menyalakan api lalu mendekatkan api itu ke ujung rokok.
"Aku tidak mau kehilangan Andara."
"Dan memilih perempuan mandul itu? Andri kamu masih waras kan, Nak?" tanya wanita yang sudah melahirkan Andri, terlihat kesal sendiri dengan putranya.
"Kalau begini terus Gia akan salah paham dan beranggapan bahwa kamu tidak serius dengannya."
Andri sadar bahwa yang paling sakit adalah Andara, tapi untuk melepas Gia sekarang, rasanya juga tidak mungkin. Bagaimanapun dia sudah hidup dengan Gia selama hampir satu tahun, Andri sudah terbiasa dengan kehadiran perempuan itu. Yang awalnya hanya tanggung jawab, lambat laun tumbuh rasa sayang dan perduli.
"Lepaskan saja Andara," lanjut ibunya. Ia kasihan dengan Gia yang hidupnya malah dibuat seperti ini oleh putranya sendiri. Sampai sekarang tidak ada yang tahu pernikahan ini. Beberapa kali Gia pernah mendapat gosipan yang tentu saja menyakiti hati menantunya.
"Lalu bagaimana dengan Andara?" Andri sadar dia sangat egois. Tapi berpisah dengan Andara adalah mimpi buruk yang tak ingin Andri wujudkan.
Ibunya menatap tak percaya. Kurang apa Gia? Siapapun tidak akan menampik jika wanita itu mengatakan bahwa Gia itu sempurna. Tidak hanya usianya yang lebih muda, Gia baik, royal, Gia juga dari keluarga yang dari segi bebet dan bobotnya tidak diragukan lagi. Sementara Andara, wanita barbar, centil, gatal itu tidak lebih baik dari menantu idaman seperti Gia. Jauh, perbandingan mereka bagaikan langit dan bumi.
...****************...
"Kenapa Mbak sulit dihubungi akhir-akhir ini?" Gia bertanya dengan nada merajuk.
Senyum manis terbit dari bibir Andara. "Maaf, Gi. Sebetulnya Mbak sedang ada masalah keluarga."
Terlihat Gia terkejut.
Sadar bahwa selama ini hanya Andara yang tahu dirinya dan juga seluk beluk keluarganya, sebaliknya Andara memang terlalu tertutup dan tidak pernah bercerita apa-apa pada Gia.
"Maaf," Gia menyesal.
"Tidak apa, aku mengajakmu bertemu karena sekalian aku mau pamit..," belum usai Andara bercakap Gia sudah memotongnya.
"Mba mau pergi? Kemana? Ada masalah apa? Suami mba dipindah tugaskan?" cerocos Gia.
Andara menggeleng. Andai Gia tahu, jika masalahnya lebih pelik dari sekedar dipindah tugaskan. Tapi suaminya telah dimiliki orang lain.
"Mbak nggak adil dong, aku bisa bercerita apapun padamu, tapi kenapa kamu tidak pernah bercerita apa-apa padaku?" protes adik Gavin itu pada Andara.
"Maaf Gia, aku memang seperti ini."
Gia menatap Andara sendu, tapi tak berapa lama ia ingat ada sesuatu yang ingin Gia sampaikan pada Andara. Gia ingin membagi kebahagiaan, tidak tahu jika kabar yang dibawanya justru memperdalam luka wanita dihadapannya.
"Mbak aku ingin membagi kebahagiaan denganmu ," Binar bahagia tidak bisa Gia sembunyikan.
Andara menunggu. Melihat ke arah wanita yang menjadi madunya hampir setahun ini.
"Mba Andara aku hamiiiil!!" seru Gia penuh semangat.
Sementara di seberang meja Andara menegang kaku.
Bagaikan luka yang menganga ditabur garam tepat di atasnya. Perih, sangat sakit, sampai rasanya Andara mati rasa.
Andara semakin sadar bahwa keputusannya memanglah sangat tepat.
Antara memegang tangan Gia sebagai penyemangat. Ia menatap mata Gia yang melihat ke arahnya dengan tatapan sayang. Tapi batin wanita itu tengah mengasihani dirinya sendiri.
Dia telah kalah, Andara telah kehilangan harapan, seandainya mereka sedang beradu balap, saat ini Gia sudah berada di titik finis, sementara Andara jauh tertinggal di belakang.
Sungguh sangat menyakitkan semua kenyataan keluar ke permukaan, semua yang selama ini disembunyikan oleh Andri akhirnya terbongkar. Tidak ada lagi yang bisa meyakinkan dirinya sendiri bahwa Andri masih mencintainya. Pada akhirnya Andara sadar bahwa dia sudah tidak punya harapan lagi, tidak ada harapan lagi untuknya terus bersama Andri. Awalnya Andara mengira lambat laun keluarga Andri akan menerimanya, Andara berharap dekatnya Andri pada keluarganya lagi pelan-pelan akan membuka restu pada hubungan mereka.
Andara berpikir pria yang sangat dicintainya perlu mendapatkan orang yang mencintainya tanpa harus tertahan oleh pernikahan ini, tapi ternyata Andri tidak melakukan itu untuk sebuah restu yang sudah lama Andara nantikan, yang ada Andri justru membawa anggota keluarga baru.
Andara menangis kembali setelah Gia hilang dari pandangannya.
Ini sangat menyakitkan. Siapa yang tidak sakit saat perpisahan sudah ada di depan mata. Tidak akan ada lagi Andara yang bisa mencium, menyentuh dan berbincang banyak dengan Andri karena posisinya sudah terganti sepenuhnya oleh wanita lain, wanita yang bahkan sudah mengandung benih lelaki itu.
Dalam tangis pun Andara berdoa agar semuanya akan baik-baik saja. Berdoa agar ia sanggup jika harus berpisah dengan Andri. Berdoa agar ia bisa hidup bahagia setelah ini.
Alasan Andara tidak membenci Gia adalah, Andara merasa masalahnya ini adalah buah karma karena dia telah menjadi durhaka. Karena Andara anak yang tidak berbakti dan Andra juga menjadi adik yang pembangkang, Andara juga menjadi orang paling egois yang menomorsatukan cinta.
Sekarang Andara seolah ditampar kenyataan. Cinta saja tidak menjamin orang bahagia, nyatanya karena mencintai dia sampai terluka sedalam ini, nyatanya karena mencintai antara juga harus kehilangan banyak cinta.
Andara menghapus air matanya kasar. Buru-buru mengambil smartphone miliknya di dalam tas dan mengirimkan pesan pada seseorang.
[Mari bercerai, Mas. Cintaku sudah habis untukmu.]
Andara bangkit, Ia tidak tinggal diam, tidak perlu menunggu luka-lukanya kering. Hari ini juga dia akan membuat janji sama pengacara.
Andara yakin Andri tidak akan mudah melepaskannya, tapi Andara bertekad dia akan tetap melepas gelarnya sebagai nyonya Andri.