Kecelakaan yang membuatnya cacat dan berakhir menggunakan kursi roda membuat Zenita sang Nona muda gagal menikah dengan kekasihnya. Ia terpaksa harus menikah dengan supir pribadinya karena mempelai pria tidak datang ke pernikahan. Namun bagaimana jadinya jika keduanya sudah memiliki pujaan hati masing-masing namun dipaksa untuk bersama?
Apakah keduanya akan saling jatuh cinta seiring berjalannya waktu? Ataukah berakhir dengan perceraian?
Sementara sang mempelai pria yang tidak datang ke pernikahan itu kembali ke kehidupannya setelah pernikahan itu terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagita chn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Masakan Hazna
Akhirnya setelah menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam Franz sampai juga di rumahnya.
Ia langsung disambut hangat oleh ibunya yang kebetulan sedang duduk diruang tamu. Ia terlihat sedang membuka oleh-oleh dan beberapa tentengan makanan.
"Franz. Syukurlah kau pulang juga hari ini Nak" Ibunya tampak sumringah melihat putranya yang akhirnya pulang juga kerumah.
"Maaf Franz baru pulang Bu. Apa itu Bu? Kenapa banyak sekali?" Franz pun langsung penasaran dengan begitu banyak tentengan di meja tamu.
"Ini dari Hazna Nak."
"Hazna?"
"Iya. Dia baru saja pergi. Katanya dia baru belajar masak-masak. Ibu suruh mencicipinya. Katanya jika dia sudah menjadi istrimu nanti dia sudah pintar masak. Eh kebetulan kau pulang. Ayo kita cicipi sama-sama."
Bagaimana ini?
"Franz! Malah bengong. Ayo kita makan bersama"
"I-iya Bu. Tapi dia tidak mengabariku jika akan datang kemari"
"Iya tadi dia juga bilang gitu. Sebelom masakannya enak katanya jangan bilang-bilang sama kamu."
Franz menatap semua makanan itu. Makanan yang terlihat enak-enak dimatanya. Bahkan kekasihnya mau belajar memasak sekarang. Padahal ia tau Hazna paling anti menyentuh kompor.
Hazna belajar memasak untukku? Astaga bahkan aku berniat untuk meninggalkannya sekarang! Aku harus bagaimana? Hati ini sungguh tidak bisa untuk meninggalkannya ya Tuhan.
"Wah bau apa ini Bu? Wangi sekali" Adiknya Franz pun tampak menghampiri ruang tamu dari ruang tengah. Ia tergoda dengan bau masakan itu yang sedap di hidungnya.
"Ayo kita makan sekarang! Ibu juga tidak sabar mencicipi makanan calon mantu."
Franz hanya mampu menelan ludahnya dengan kasar mendengar perkataan sang ibu. Ia bahkan tidak bisa berkata-kata sekarang. Karena sang ibu memang sangat menyayangi Hazna. Jadi ia terlalu sering memujinya.
"Franz! Kenapa kau hanya bengong terus dari tadi. Ayo kita makan."
"Iya Kak. Ini juga lumayan enak loh. Ternyata bisa masak juga kak Hazna. Aku tidak bisa membayangkan kak Hazna memasak. Apa dia masak sambil menggunakan helm? Haha." Fara. Adiknya Franz tampak tergelak. Ia dulu pernah memasak ceplok telor dengan pacar kakaknya (Hazna sebelum jadi tunangan Franz). Namun ia kabur setelah menye-plok telor hanya karena takut minyak yang menyiprat.
"Hustt! Jaga bicaramu Fara. Memang kau bisa memasak? Kau juga prempuan. Kau juga harus pandai memasak." Pekik ibu geram melihat Fara yang tertawa.
Franz masih terdiam. Ia sedang bergelut sendiri dengan pikiran dikepalanya. Ia bahkan masih diam seribu bahasa setelah mulai mencicipi makanan itu.
"Bagaimana sayang? Enak kan?"
"Lumayan Ma. Aku tidak menyangka Hazna bisa memasak juga. Walupun rasanya masih banyak yang kurang."
"Kau harus bersyukur punya tunangan seperti Hazna. Dia sangat baik dan perhatian bukan. Ibu bahkan dibelikan banyak oleh-oleh. Ia habis dari luar kota katanya."
Apa aku bilang saja sekarang tentang pernikahanku dengan Nona. Mungkin ibu bisa memberikan solusi. Tapi aku belom siap dengan semua ini. Bahkan aku saja tidak tahu jika ujung-ujungnya nanti nona malah minta cerai.
"Franz?? Apa kau sakit?? Kenapa dari tadi kau tampak seperti orang bingung?" Tanya ibunya yang sangat hafal dengan tingkah laku putranya. Dari tadi Franz tampak melamun dan banyak pikiran.
"Franz---sebenarnya Franz----Sebenarnya Franz sangat capek Bu. Dua hari ini Franz kurang tidur."
Akhirnya kata itu yang mampu terucap dari mulutnya. Ia belom siap mengatakan semua ini. Apalagi mendengar Hazna yang sudah belajar memasak untuknya.
"Iya sudah istirahatlah dulu Franz. Sebaiknya kau mandi dulu. Baru tidur. "
"Em iya Bu. Franz ke kamar dulu."
Kakak aneh sekali. Tidak seperti biasanya dia seperti itu. Biasanya kalo dengar kata Hazna saja langsung seantusias kaya nonton sepak bola. Tapi ini biasa saja.
Bukannya biasa saja Fara. Franz pasti sangat mengagumi kekasihnya yang sudah mau belajar memasak itu. Namun hanya saja hatinya sedang berkecamuk karena merasa bersalah dengan tunangannya sekarang.
Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tidak mungkin meninggalkan Hazna. Jangankan meninggalkannya mendengar kata Hazna saja aku sudah merasa tidak rela untuk meninggalkannya pergi demi pernikahan ini.
Franz langsung membaringkan dirinya diatas ranjang. Ia memandang langit-langit kamarnya sambil menenangkan diri dan mencari jalan keluar.
"Kakak kenapa Bu? Kenapa dia murung sekali. Apa tidak suka dengan masakannya."
"Heh! Sembarangan. Dia pasti sangat lelah 2 hari tak pulang"
"Wah! Kakak pulang bawa mobil Bu. Itu ada kunci mobil. Kok tumben." Fara tampak antusias melihat kunci mobil disofa dimana kakaknya duduk tadi.
"Kakakmu terlalu sibuk. Sampai-sampai mobil pun harus ia bawa mungkin." Ibunya berpikir jernih begitu saja. Ia tidak berpikiran kemana-mana sekalipun Franz baru saja membawa pulang mobil majikannya ke rumah. Tida seperti biasanya ia seperti ini jika bukan hanya mampir saja.
Fara yang penasaran langsung keluar rumah. Ternyata benar ada mobil mewah dihalaman rumahnya. Mobil siapa lagi jika bukan mobil majikan kakaknya. Pikirnya.
Mobil itu pasti sangat mahal. Terlihat mengkilap sekali.
Fara sedang berangan-angan dia memiliki mobil itu sekarang. Paling tidak ia sedang membayangkan memiliki kekasih yang punya mobil seperti itu. Seperti tuan muda kantoran kaya dicerita-cerita novel gitu.
Haha ia sedang berangan-angan sekarang. Rasanya senang sekali jika memiliki kisah cinta seperti itu pikirnya hingga senyum-senyum sendiri.
"Bengong kan! Masih gadis jangan bengong didepan pintu. Nanti kesambet!"
"Ihh apaan si Ibu ini. Orang lagi asik mengkhayal juga."
"Mengkhayal terus kerjaanmu! Terlalu banyak nonton drama dan baca novel! Sekarang kau harus bangun Fara! Bentar lagi kakakmu akan menikah. Kau tidak boleh meminta uang terus padanya. Kau harus punya penghasilan sendiri"
"Iya Bu. Setelah lulus nanti aku pasti akan langsung bekerja"
*
*
Franz pulang bukan hanya rindu rumah. Namun ia juga harus mengemasi baju dan barang-barangnya untuk pindah ke rumah Tuan Indra sementara. Karena tentunya istrinya yang sedang sakit tidak mungkin ia tinggal dan pisah rumah. Ia juga harus menjaganya sebagaimana kewajiban seorang suami.
Setelah mandi Franz langsung mengambil tas ransel dan mulai memasukan baju-bajunya yang ia pilih untuk dibawa.
Terus setelah ini aku harus bilang bagaimana ke ibu kalau aku harus meninggalkan rumah dan harus tinggal dirumah tuan Indra?
"Kakak. Paketan aku---" Fara yang main nyelonong begitu saja membuka pintu. Ia langsung terdiam melihat kakaknya yang berkemas baju ke dalam tasnya.
"Kak. Apa yang kakak lakukan? Apa kakak mau kemping? Aku ikut!"
"Kakak harus tinggal dirumah Tuan Indra."
"Loh kenapa Kak. Tidak seperti biasanya seperti itu??"
"Ya supaya kakak tidak jauh bolak-balik ke rumah Tuan Indra. Sekarang Nona muda sedang sakit jadi aku harus standby disana karena sering kontrol ke rumah sakit." Main ceplos saja tidak memikirkan apa yang ia katakan. Sebenarnya alasan itu tidak terlalu masuk akal. Tapi bagi Fara yang cuek main menganggukkan kepalanya.
"Franz." Akhirnya ibunya pun muncul ke kamarnya setelah mencari Fara yang tidak ada dimana-mana. Ternyata ia ada dikamar kakaknya.
"Loh kamu mau kemana Franz?" Sudah tentu pertanyaan ini yang dipertanyakan olehnya.
"Sepertinya Franz harus tinggal dirumah majikan Franz sementara Bu. Nona muda sedang sakit. Terkadang butuh sesuatu yang mendadak, jadi Franz disuruh tinggal disana agar tidak bolak balik terlalu jauh."
"Ohh begitu. Tapi kau bisa sering pulang kan Franz?"
"Sangat bisa Bu. Kapanpun jika Franz ingin pulang ya tinggal pulang saja."
"Syukurlah kalau begitu. Aku kira kau akan tidur dirumah hari ini."
Setelah selesai berkemas Franz pun langsung pamit untuk kembali ke rumah majikannya karena hari sudah sore.
Mmg dasar mak lampir kau Nova lihat betapa malangnya hidup anakmu hanya karena keegoisan mu..
sdh mas Franz kalo kamu galau come to aku aja, aku siap menampung mu🤭🤭 dikira orang ilang kali nya di tampung😁😁😁