Adinda Khairunisa seorang gadis manis yang berasal dari Desa mencari peruntungan di Kota, setelah lulus kuliah dia mencari pekerjaan kesana kemari, Karena otaknya yang pas-pasan membuat dia sulit di terima di perusahaan manapun
entah nasib baik atau buruk Dinda harus melewatkan sesi wawancara Karena harus menolong seorang wanita yang akan merubah nasibnya.
Bagaimana Nasib Dinda selanjutnya?? sedihkah atau bahagiakah??
yuuk simak terus karya aku yang kedua
selamat membaca😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon etha anggra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
BRUK!
Prak!
"Oh tidak.. Ponselku" ucap seorang Dinda menatap nanar ke arah ponselnya.
"Maaf nona saya tidak sengaja" ucap wanita yang bertabrakan dengan Dinda dan memungut ponsel yang terjatuh " Aku akan menggantinya" ucap wanita cantik dengan perasaan bersalah.
"Dinda!!" Seru wanita cantik yang menabrak Dinda.
Dinda mengerutkan kening bertanya-tanya siapa wanita cantik di depannya. Dari penampilannya sangat elegan pakaian dari atas sampai bawah berbunyi jutaah.
"Maaf bagaimana Anda bisa tau nama saya" Tanya Dinda pada wanita yang menurutnya asing.
"Ini Kiara Din, tega kau ya ngelupain temen yang uda ngasih contekan pas ujian" ucap wanita yang ternyata Kiara temannya waktu di desa.
"Kiara? Kiara temen aku yang di Desa? Cucunya kakek Bima, yang dulu Gak bisa ngelap ingus sendiri?" Dinda benar-benar pangling dengan penampilan teman sepermainannya yang dulu tomboi sekarang terlihat cantik dan feminim.
"Kenapa bawa-bawa aib din" kesal Kiara padahal dia juga sudah mengabsen aib Dinda
Mereka berdua pun berpelukan melepas rasa rindu setelah sekian lama tidak bertemu.
"Wah! Kau cantik sekali Kiara, dimana perginya kaos sama celana jins yang selalu menempel apa sudah masuk museum" canda Dinda menoel bahu Kiara
"Kau juga tambah cantik, betewe kau sedang apa?" Tanya Kiara.
"Oh iya aku sampai lupa, atasanku menyuruhku mengambil jas pesanannya" jawab Dinda "Kau sendiri sedang apa?" tanya Dinda " pastinya nyari baju ya kan gak mungkin juga disini nyari ketoprak?" Dinda menjawab pertanyaannya sendiri membuat Kiara tertawa.
"aku fitting baju pengantinku, Tiga hari lagi aku mengadakan pesta pernikahan, aku harap kau bisa hadir" Kiara mengambil undangan dari dalam tas dan menyerahkan pada Dinda.
"Tiga hari lagi, kenapa harinya bersamaan dengan dengan teman Bos" gumam Dinda "Kenapa juga dia memintaku menemaninya" Dinda merasa kesal.
"Baiklah Ki aku tidak janji, harinya bersamaan dengan acara teman bos aku dan dia memintaku menemaninya" ucap Dinda penuh penyesalan.
"Tidak apa kalau tidak bisa, kau bawa saja undangannya, siapa tau bos mu mengurungkan niatnya " ucap Kiara.
"Kau benar.. Baiklah Kia akan aku usahakan" ucap Dinda "Oh iya boleh aku minta nomor ponselmu" Tanya Dinda.
"Tentu saja boleh" jawab Kiara, saat akan bertukar nomor Dinda lupa kalau ponselnya mati pas jatuh tadi.
"Yah aku lupa ponselku mati" ucap Dinda
Tanpa banyak bicara Kiara menggandeng tangan Dinda membawanya keluar butik.
"Lusi sampaikan pada Vanya aku pulang dulu, biar Lisa yang mengambilnya" seru Kiara.
"Baik Nona" ucap Lusi sambil membungkukkan badannya.
"Eh eh.. Tunggu Kia, pesanan bos ku belum ku bawa" Dinda melepas genggaman tangan Kiara dan berjalan Ke kasir.
setelah melakukan pembayaran Dinda meminta pelayan mengantar ke apartemen atasannya saja dan pergi mengikuti Kiara.
Dinda nurut saja waktu Kiara menarik tangannya dan berjalan mengikuti Kiara, Dinda mengerutkan kening saat Kiara membawanya masuk ke dalam counter HP
"Maaf mbak.. Berikan aku ponsel keluaran terbaru" pinta Kiara pada karyawan counter HP.
"Baik Nona" seorang pelayan mengeluarkan ponsel berlogo buah apel yang di gigit secuil.
"Bungkus" ucap Kiara dan memberikan Black card pada pelayan.
Setelah melakukan pembayaran dan menerima paper bag yang berisi ponsel dan kembali menarik Dinda keluar dari counter menuju sebuah Cafe.
"Kenapa aku seperti anak kucing yang di tenteng kesana kemari ya" batin Dinda.
sesampainya di cafe Kiara memilih meja yang ada di sebelah kaca hingga nampak hilir mudik kendaraan dan orang berjalan di trotoar.
Dinda mengatur napasnya Karena kelelahan mengikuti Kiara.
"Nih.. Tidak terima penolakan" Kiara memberikan paper bag pada Dinda.
"Tapi Kia ini benar-benar tidak perlu" tolak Dinda merasa tidak enak dengan temannya
"Aku sudah bilang tidak terima penolakan dan ini sudah di beli tidak boleh di kembalikan" ujar Kiara.
"tapi ini Mahal Kia" ujar Dinda.
"Din, ini tidak sebanding dengan kasih sayang yang kau dan ibu berikan, sudah diterima ya" pinta Kiara "anggap saja aku membelikan hadiah buat adek aku.. Ya.. Ya.. Ya.." kekeuh Kiara
"Cih! Adek.. Kita cuma beda sehari Ki" Decih Dinda.
"Tapi Kan tetep saja aku yang lahir lebih dulu" ucap Kiara tak mau kalah.
"Baiklah..baiklah aku terima" ucap Dinda pada akhirnya
"Nah gitu dong" Kiara tersenyum senang niat baiknya diterima oleh Dinda.
Dinda pun senang menerima pemberian Kiara, Dinda langsung memasukkan SIM card ke ponsel barunya dan menyimpan nomor Kiara.
Drrrt
Drrrt
Drrrt
Baru saja ponsel Dinda aktif langsung ada panggilan dari atasannya.
"Halo Tuan " jawab Dinda
"Kau kemana saja, pesananku sudah belum" teriak Simon
"Sudah tuan , mungkin masih di jalan Aku meminta pihak butik mengantar di Apartemen tuan " jawab Dinda
"ya sudah tunggu apalagi cepat kembali" perintah Simon ketus
"Baik tu..an" ucap Dinda tertahan Karena Simon sudah mematikan sambungannya.
"Maaf Kiara aku harus segera kembali, nanti aku pasti akan menghubungimu" ucap Dinda.
"Baiklah, aku harap pertemuan kita yang ke dua lebih lama" ucap Kiara sambil memeluk Dinda.
"Pasti, nanti kau kirim saja alamatnya pasti aku akan menghantuimu" canda Dinda "sudahlah aku pergi dulu" Dinda melambaikan tangannya dan keluar dari cafe.
Dinda kembali ke perusahaan COWEL dengan menggunakan motor ojek karena pesanan taxinya penuh, terlintas di benaknya saat dia mendapat gaji pertamanya akan dia belikan motor untuk transportasinya, saking asyiknya melamun Dinda tidak sadar kalau dia sudah berada di depan lobi perusahaan.
"Nona! Nona! Sudah sampai" ucap Kang ojek
"Hah! Oh iya maaf bang" setelah membayar ojek Dinda buru-buru turun dan masuk.
"mbak eh.. Mbak!" teriak bang ojek tapi tidak peduli dia terus saja berjalan masuk ke dalam lift.
Ting
Pintu lift terbuka bersamaan dengan Simon dan Billy yang akan turun ke ruang rapat.
"Maaf tuan tadi jalanan macet" ucap Dinda setelah keluar dari lift.
Simon bengong melihat Dinda sedangkan Billy melipat bibirnya berusaha menahan tawa.
"ubur-ubur!" Teriak Simon.
"Iya tuan, saya Gak budek jangan teriak-teriak" ucap Dinda tak kalah ketus "Bukankah tadi aku sudah meminta maaf" gerutu Dinda
"ini Kantor bukan jalanan, tidak akan ada yang menilangmu" ucap Simon sambil mengetuk-ngetuk helm yang masih bertengger di kepala Dinda.
"Hah!" Dinda meraba kepalanya yang masih menggunakan helm milik bang ojek.
Ting
Pintu lift terbuka, terlihat security yang mengantarkan tukang ojek yang mau mengambil helmnya kembali.
"Maaf mbak, saya mau ambil helm" ucap tukang ojek saat melihat Dinda.
"Heheheh" Dinda melepas helm dan menyerahkannya pada bang ojek.
"Maaf bang, lupa, Gak sengaja" ucap Dinda nyengir kuda..
Bersambung...
Mohon tinggalkan jejak ya.. Terima kasih 🙏🙏🥰🥰
gabung yu di Gc Bcm..
caranya Follow akun ak dl ya
untuk bisa aku undang
terima kasih.