Seorang pengasuh di tempat penitipan anak menarik perhatian si kembar akan kebaikan hatinya.
"Ayah, kami ingin ibu pengasuh itu menjadi ibu kami."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurul wahida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 'Di Jodohkan' bagian 1
Di malam hari, keluarga Juanda dinner di sebuah restoran. Ruangan VIP. Rara dan Keano asik memakan makanan mereka, yang sesekali bibirnya di lap oleh sang nenek.
"Enak?" tanya Revan.
Rara dan Keano mengangguk semangat. "Iya, Yah. Ini enak."
"Oke, habiskan."
Sehabis dinner, semuanya kembali ke rumah. Kakek dan nenek mereka menginap di rumah Revan. Alasannya untuk bermain dengan cucu mereka. Padahal mereka setiap hari bertemu dengan cucu mereka.
Revan duduk di kursi sambil menonton televisi. Ia dihampiri oleh sang papa. Mereka hanya diam dan melihat televisi bersama. Revan merasa ada hal aneh dengan tingkah papanya ini. Lelaki itu kini melihat ke arah papanya.
"Apa ada sesuatu yang ingin papa katakan pada Revan?" tanyanya.
"Iya."
"Kamu ingat dengan perusahaan CTL?" tanya papanya.
Revan kembali bersandar dan menatap tayangan siaran televisi itu. "Tentu saja," jawabnya.
"Perusahaan itu kan kolega kita dalam bisnis," sambungnya.
"Iya, dia mengundang kita untuk pesta ulang tahun putrinya. Papa rasa undangannya juga sudah dikirimkan pada sekretaris kamu," jelas papanya.
Revan mengiyakan perkataan papanya. "Ya, Revan juga tahu."
"Bisa kamu sampaikan pada beliau bahwa papa berhalangan tidak hadir?"
Revan kini kembali menatap papanya. "Emang, papa mau kemana?" tanya Revan menaikkan alisnya.
"Papa sudah janji pada mamamu untuk ke Singapura. Dan papa juga sudah janji pada anak-anak untuk membawa mereka juga."
"Kenapa papa gak bilang?" Revan tampak marah dengan hal itu.
"Tenanglah, nak. Mama kamu yang minta untuk di rahasiakan dari mu," jelas papanya padanya.
Revan menggelengkan kepalanya, memijit pangkal hidungnya. "Hahh, kali ini apa rencana mama?" ucapnya.
Papanya mengangkat bahu tidak tahu. "Entahlah, papa juga tidak tahu."
"Hahh, baiklah. Akan Revan tanyakan pada mama besok."
Papanya menepuk bahunya pelan dan pergi masuk ke kamarnya. Revan sudah menebak isi pikiran mamanya itu. Karena ini sudah ke 20 kalinya beliau melakukan hal seperti ini. Dia selalu menjodoh-jodohkan dirinya dengan anak temannya. Padahal ia sudah menegaskannya berulang kali bahwa ia tak ingin menggantikan posisi Laura dari hidupnya. Tetapi, mamanya tetap keras kepala.
...****************...
Keesokan paginya
Revan keluar dari kamar dengan setelan jas yang rapi. Tentu saja, ia akan ke kantor. Lelaki itu duduk sarapan dengan keluarganya.
"Apa yang akan mama rencanakan kali ini?" tanya Revan tiba-tiba.
"Maksud kamu apa?"
"Mama akan mengajak anak-anak untuk pergi ke Singapura dan papa juga. Mama tahu kalau hari ini ada pesta di kediaman tuan Claiton. Kali ini apa yang mama rencanakan?" tanya Revan menatap mamanya tajam.
"Heh, anak durhaka. Kamu itu selalu berburuk sangka pada mama, ya! Mama gak ada maksud apa-apa. Ini adalah permintaan anak-anak kamu, makanya mama ajak mereka untuk pergi," gerutu mamanya.
Revan sedikit merasa bersalah atas tuduhan tak berdasar pada mamanya itu. Ia meminta maaf pada wanita paruh baya itu.
"Mama itu gak akan berpikiran picik seperti, Revan. Mama juga tahu pesta itu. Tapi, anak-anak kamu ingin pergi di tanggal segitu. Tiketnya juga sudah mama pesankan. Mama tidak pesan untuk kamu, karena kamu harus menghadiri acara itu menggantikan papa kamu," lanjut mamanya.
"Iya, Ma."
"Sudahlah. Pergi antarkan anak-anak ke tempat penitipan anak," ujarnya.
Revan mengangguk dan mengajak anak-anak untuk berangkat.
Di dalam mobil, Rara bertanya padanya, "Ayah, kenapa nenek marah pada ayah?"
"Tidak ada apa-apa, sayang. Hanya terjadi kesalahpahaman sedikit," jelasnya pada putrinya itu.
Mereka sampai di tempat penitipan, Revan turun dan mengantar anak-anaknya kedalam. Seperti biasa, Revan melihat ibu pengasuh yang sama yang menjemput anak-anaknya. Rasanya wanita itu hapal jadwal anak-anaknya sampai disana.
"Permisi," panggil Revan.
Luna menghentikan langkahnya. Ia meminta rekannya untuk membawa Rara dan Keano kedalam.
Luna menghampiri lelaki itu. "Ya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?"
Revan terdiam kemudian berdehem pelan. "Saya ingin bertanya bagaimana keseharian anak saya disini," tanyanya.
Revan merasa malu dengan pertanyaan kaku itu. Padahal niatnya ingin bertanya hal yang lain. Tetapi, malah pertanyaan kaku yang ia lontarkan.
"Anak-anak di pagi hari akan belajar sambil bermain. Kemudian di jam 9 anak-anak akan makan bekal. Di jam 1 siang, anak-anak akan diajak untuk tidur." Luna dengan senang hati menjelaskannya.
"Apa ada lagi yang ingin anda tanyakan, Pak?" tanya Luna.
Revan menggelengkan kepalanya lalu pergi setelah menundukkan kepalanya pada ibu pengasuh itu.
Sial! Apa-apaan pertanyaan kaku itu. Tidak seperti dirinya. Ia segera memacu mobilnya menuju ke kantor.
Seperti biasa, Revan akan menandatangani berkas-berkas yang dibutuhkan. Dan memantau perkembangan dari perusahaannya.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Ia pergi dan menjemput anak-anaknya. Karena di jam 6 sore, kedua anaknya beserta orang tuanya akan berangkat.
"Berarti ayah tinggal sendiri dong, kalau Rara dan Keano pergi," rajuk Revan.
"Tidak apa-apa, ayah. Kami akan beli hadiah untuk ayah," ujar Rara menenangkan ayahnya itu.
Rasanya semangat Revan menurun ketika mendengar jawaban putrinya. Ia tak berharap bahwa jawaban itulah yang ia dapatkan.
Sesampainya di rumah, kedua anak-anaknya turun dan lari memasuki rumah. Sepertinya mereka sudah tidak sabar untuk jalan-jalan.
Ia masuk kedalam rumah, Revan melihat koper yang telah terletak di dekat ruang keluarga. Ia menggelengkan kepalanya. Keluarganya akan pergi berlibur tanpa dirinya.
Jam 17.30, mereka berangkat menuju ke bandara diantarkan oleh sopir. Tinggallah Revan sendirian didalam rumah. Ia juga mulai bersiap-siap untuk pergi ke tempat acara.
...****************...
Revan telah sampai di kediaman Tuan Claiton. Ia turun dari mobilnya lalu merapikan jas nya. Ia disambut dengan hangat oleh tuan rumah.
Tuan Claiton mengulurkan tangannya pada Revan. "Selamat datang, tuan Juanda," sambutnya.
Revan menjabat tangan itu dan tersenyum tipis. "Terima kasih karena telah mengundang saya, tuan Claiton."
"Dimana ayah anda?" tanyanya.
"Oh, papa berhalangan tidak hadir," jawab Revan.
Tuan Claiton menganggukkan kepalanya. Kini ia menarik gadis yang berdiri disampingnya. "Perkenalkan, dia putri saya. Liana Claiton." Tuan Claiton memperkenalkan putrinya pada Revan.
Revan mengangguk lalu mengulurkan tangannya. "Selamat ulang tahun," ucapnya.
Liana menjabat tangan Revan lalu tersenyum. "Terima kasih tuan Juanda."
"Putri saya cantik, kan, tuan Juanda?" goda tuan Claiton pada putrinya.
"Papa," ucapnya malu-malu.
"Ya, dia cantik." Revan memberikan jawaban untuk menyenangkan koleganya itu.
"Hoho."
"Mari, silahkan nikmati pestanya." Tuan Claiton mengundurkan dirinya menyapa tamu-tamu yang lainnya. Revan mengangguk tipis dan mempersilahkannya pergi.
Acara kini di mulai, dengan dansa sebagai acara utamanya. Revan berdiri di pojokan dengan segelas jus jeruk ditangannya.
"Oh?" sahut seseorang disampingnya. Revan menatap sumber suara.
Ia juga kaget dengan orang yang tak sengaja menyapanya itu.
...To be continue...
Luna juga nggak ngarep perlakuan sok romantis mu /Pooh-pooh//Pooh-pooh//Pooh-pooh/
Nikah... tapi kayak nggak d hargain😭sedih sich 😜🤭menurut ku. Walau nggak saling mengganggu tapi kalo status istri itu berat banget, kalo status suami mau lirik"mah biasa ya. 😏🤔Tapi menurut ku sich ya