NovelToon NovelToon
Ragna: Merasuki Tubuh Anak Idiot

Ragna: Merasuki Tubuh Anak Idiot

Status: sedang berlangsung
Genre:spiritual / Reinkarnasi / matabatin
Popularitas:22k
Nilai: 5
Nama Author: Matatabi no Neko-chan

Dituduh sebagai pemuja Iblis, Carvina melakukan bunuh diri dengan meminum racun.
Terombang-ambing dalam kegelapan sembari membawa luka dan menjadi tawanan iblis, tiba-tiba saja dia terbangun dalam tubuh seorang anak kecil yang ternyata memiliki keterbelakangan mental.
Diperlakukan layaknya hewan, dia mulai membalas perlakuan mereka satu persatu.
Bagaimana kisahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sepuluh

Di beberapa kehidupan sebelumnya, Ragna hanya fokus bertahan hidup dan menjadi kuat. Dia tidak sempat, bahkan hampir tidak pernah menikmati masa anak-anak yang katanya menyenangkan.

Di beberapa kesempatan, dia pernah menjadi anak seorang rakyat biasa yang miskin, mengharuskannya bertahan hidup dengan membantu orang tuanya bekerja, bersekolah di Akademi sihir untuk menaikkan derajat keluarga. Atau keluarga bangsawan yang mengharuskannya bersaing dengan saudara lain untuk merebutkan posisi penerus keluarga.

Dia juga pernah terlahir yatim piatu dan menjalani kehidupan yang keras, bahkan terlahir sebagai seorang anak yang ditelantarkan orang tuanya.

Kali ini Ragna memutuskan menjadi anak pembuat onar. Dia sudah lelah hidup dengan anak baik yang teladan. Apalagi satu-satunya keluarga pemilik tubuh ini dikelilingi orang-orang licik yang berpengaruh. Salah-salah pria itu akan bernasib buruk nantinya.

"Apa yang kau pikirkan?" Albert yang tengah menyisir rambut unik Ragna bertanya saat melihat tampang gadis kecil itu yang begitu serius, tetapi terlihat menggemaskan di matanya.

"Tidak ada. Hanya saja, aku heran dengan teman-teman Paman yang seperti itu."

"Mereka memang seperti itu. Mereka bukan temanku. Aku tidak memiliki teman. Mereka selalu mengikutiku kemanapun aku pergi. Dan Lina adalah keponakan kesayangan seseorang yang dipanggil ayah, kakekmu."

Ragna melihat tangan pria itu mengepal erat. Gadis kecil itu menyeringai tipis.

"Paman mau balas dendam? Aku bisa bantu, loh," Ragna menawarkan sambil tersenyum misterius.

Albert hanya tersenyum, "Aku tidak punya apapun untuk menyewa orang."

Gadis kecil itu berbalik dan menatap Albert tak percaya, "Apakah harus melibatkan orang lain? Kita bisa melakukan apapun tanpa sepengetahuan target kita, loh. Black magic misalnya."

Albert menatap Ragna dengan dalam. Di dunia modern ini, black magic merupakan hal yang tabu. Dia hanya mencubit hidung kecil Ragna gemas sebagai jawaban.

"Ayo, kita makan. Kau harus tumbuh sehat." Albert menggendong gadis kecil itu dan berdiri menghadap cermin yang ada di sana, "Lihatlah tubuhmu yang kurus seperti lidi ini. Kau perlu nutrisi untuk tumbuh normal. setelah itu, lakukan apapun yang kau suka."

Ragna hanya berdecak sebagai jawaban.

Perkataan pria itu ada benarnya juga. Tubuh ini terlalu kurus.

"Baiklah."

Albert menata makanan yang sengaja dibuat khusus untuk Ragna atas saran dan petunjuk dari Joshua. Bahkan dokter muda tampan itu membelikan sebuah susu khusus anak-anak.

Aroma makanan tercium membuat siapapun lapar saat menciumnya.

"Aromanya enak sekali. Aku jadi lapar," Celetuk Lina sambil berjalan menuju meja makan.

"Kau hanya membuatkan untuknya saja?" Ikhsan berkata sambil menatap makanan yang berada di hadapan Ragna yang tampak sangat menggugah selera.

"Dia baru saja keluar dari rumah sakit. Jadi, aku merekomendasikan makanan yang cocok untuk anak-anak," Joshua menjawab. Dokter muda itu tampak sibuk mengeluarkan isi paperbagnya yang ternyata berisi berbagai jenis makanan.

"Kau tidak membuatkan untuk kami?" Gio bertanya sambil ikut bergabung di meja makan.

"Aku sudah membawa makanan khusus untuk orang dewasa." Joshua melerai.

"Tapi, aku ingin mencoba makanan itu," Lina merengek pada Kian yang diperhatikan oleh Ragna dengan tatapan datar.

"Kalian ingin merebut makanan anak kecil?" Albert bertanya sambil memasang wajah mengejek saat melihat wajah Lina yang seakan menatap makanan Ragna tanpa kedip.

"Paman, daripada ribut di meja makan, lebih baik aku yang mengalah." Ragna menyodorkan makanannya ke arah Lina, "Silahkan Bibi makan. Aku makan makanan lain saja."

Wajah Lina memerah merasa dipermalukan oleh anak kecil di hadapannya.

"Dasar anak sialan! Kalau bukan karena Kian dan Albert, aku sudah menghajarmu sejak tadi!"

Ragna menyeringai tipis saat mendengar isi hati Lina.

"Kau belum pulih dan tidak bisa makan makanan ini!" Albert berkata tegas.

"Tapi nanti bibi itu menangis jika dia tidak makan makanan buatan Paman. Lagipula aku juga sedang tidak ingin merebutkan makanan di meja makan," Ragna menunduk sedih.

Wajah Lina semakin memerah.

"Benar yang dikatakan pamanmu, Nak. Lambung mu saat ini masih terluka dan kau tidak bisa memakan makanan berbumbu, apalagi makanan ini. Kau makan saja makanan yang kami siapkan. Kau bisa saja kembali masuk rumah sakit jika kau membangkang."

Ragna merotasikan matanya. Dia menatap Lina yang kali ini menunduk dengan sudut bibir tertarik tipis.

"Lambungnya terluka?" Suara pikiran tiga orang itu terdengar di kepala Ragna.

"Lagipula, makanan itu sudah dicampurkan obat untuk mengurangi iritasi pada lambungmu."

"Obat?" Ragna menatap Joshua serius yang kini sedang meringkuk menahan sakit akibat sikutan maut Albert.

"Kau seharusnya tidak mengatakan hal itu!" Albert berdesis dengan berbisik yang dapat di dengar oleh orang-orang yang ada di sana.

"Hehe, aku lupa."

'Aku harus bertingkah seperti anak-anak agar tidak ada yang curiga. Lagipula, aku tidak suka obat.' Batin Ragna.

"Aku tidak mau!" Ragna segera kabur dari meja makan membuat Albert menghela nafas lelah.

"Anak-anak tidak suka obat, Joshua. Kau seharusnya tidak mengatakan hal itu."

"Aku tak sengaja, sungguh!"

"Jika seseorang tidak memenjarakan ku, mungkin saat ini dia sedang baik-baik saja," Albert berkata seraya beranjak dari sana, membuat wajah ketiganya pias.

Joshua menatap Lina yang tengah memasang wajah sedih dengan datar, "Oh, ya. Kalian jadi makan bubur itu, tidak? Sayang sekali masih hangat."

Mereka saling melemparkan pandangan.

"Aku tidak tau jika bubur itu berisi obat." Cicit Lina merasa bersalah.

Joshua menatap Lina tak habis pikir, begitupun dengan tiga pria yang selalu mengikuti gadis itu kemanapun pergi. Padahal mereka bukan remaja dan semuanya sudah memiliki karir masing-masing.

"Kenapa kau mempermasalahkan hal sepele begitu, sih?" Ikhsan melemparkan pertanyaan yang dibalas dengan tatapan kesal dari Joshua.

"Hal sepele? Nyawa anak itu sepele katamu? Sungguh, aku tak tau harus berkata apa," Joshua meneteskan airmata saat mengingat bagaimana kondisi Ragna saat pertama kali ditemukan, "Aku menemukan dia dalam kondisi parah, tubuh dipenuhi luka, kelaparan, dehidrasi, dislokasi kerangka, lambung yang terluka. Dan yang paling parah, tidak ada keluarganya yang datang untuk sekedar menjenguknya."

Mereka terdiam.

"Dan kalian tau? Anak sekecil berjuang seorang diri di rumah sakit. Ibunya meninggal karena insiden tabrak lari, sementara ayahnya? Dari informasi yang aku ketahui dari Albert, ayahnya tak peduli. Dan kalian mengatakan hal sepele? Dia pernah mengalami henti jantung selama beberapa menit. Jangan tanyakan kemana keluarga nya karena mereka tidak pernah menganggapnya ada. Hanya Albert yang satu-satunya keluarga yang dia miliki selepas dari rumah sakit, itupun setelah dia keluar dari penjara."

Dan mereka merasa bersalah setelah mendengar penuturan Joshua.

Ragna mengambil dua genggam jerami di sebuah area persawahan. Angin bertiup sepoi-sepoi memainkan rambut hitam berombre ash blue. Mata ungu kemerahannya memindai sekitar dengan datar.

Gadis kecil itu mengamati langit yang mulai menggelap. Dikejauhan, terlihat beberapa orang pulang dari sawah ataupun datang menuju area persawahan.

Ragna memastikan tidak ada seorangpun yang menyadari keberadaannya dan segera menghilang dari sana, meninggalkan jejak asap hitam yang menguap ke udara.

Ragna muncul di kamar Albert sambil membawa dua genggam jerami, bertepatan dengan kedatangan pria itu dengan membawa semangkok bubur yang masih hangat.

Ragna meletakkan jerami di bawah ranjang dan menatap pria itu dengan datar.

"Ragna, waktunya makan."

"Apakah itu makanan yang tadi?" Tanya Ragna sedikit curiga. Pasalnya gadis itu tidak menyukai obat. Rasanya pasti sangat pahit.

"Benar. Tapi aku sudah menggantinya." Ucap Albert sambil meletakkan mangkok itu di nakas yang ada di sana.

Ragna mengangguk. Tangan kecilnya menjulur hendak mengambil mangkok itu, tetapi tangan kekar Albert lebih dulu mengambil mangkok yang berisi bubur hangat itu.

"Biar aku suapi."

Ragna menurut. Dia membuka mulut saat Albert menyodorkan sesendok bubur padanya.

Satu suapan, dua suapan dan tak terasa bubur dalam mangkok itu telah habis. Albert tersenyum dan mengusap kepala Ragna dengan lembut, "Bagus. Kau memakannya sampai habis."

Pria itu segera keluar kamar membawa mangkok kosong, meninggalkan Ragna seorang diri.

Setelah pintu benar-benar tertutup, Ragna memutuskan mengambil jerami yang berhasil dia dapatkan secukupnya. Gadis kecil itu memutuskan membuat sebuah boneka jerami.

'Cklek'

Albert muncul dengan membawa sebuah botol yang membuat Ragna curiga, apalagi saat melihat senyum dokter tampan di belakangnya. Buru-buru gadis kecil itu menyembunyikan boneka jerami yang baru selesai di bagian kaki di bawah bantal.

"Waktunya minum obat."

Ragna memucat.

"Ini vitamin. Rasanya manis, kok."

Vitamin? Ragna baru pertamakalinya mendengar kata itu.

"Vitamin bisa membuatmu cepat pulih dan membantu menjaga daya tahan tubuh. Jadi kau harus meminumnya," Albert menjelaskan saat melihat raut kebingungan tercetak di wajah pucat Ragna.

Ragna memutuskan mengangguk. Joshua membuka tutup botol vitamin itu dan mengambil sebuah tablet berbentuk hewan yang lucu.

"Kau harus memakannya satu kali setiap malam. Tablet ini dihisap seperti permen," Joshua memberi penjelasan sambil menahan tablet itu.

Ragna mengangguk. Joshua memberikan tablet itu pada Ragna dan gadis kecil itu memakannya.

Rasa manis seperti permen menguar di dalam mulut, meski terdapat sedikit rasa pahit.

"Bagus. Sekarang waktunya pemeriksaan."

Joshua mengeluarkan peralatan medisnya dan mulai memeriksa Ragna. Setelah beberapa saat, pria itu tersenyum lega.

"Kondisinya sudah mulai membaik. Aku harap dia cepat pulih dan bisa beraktivitas seperti anak-anak pada umumnya."

"Syukurlah." Albert tersenyum senang dan menatap Ragna dengan binar bahagia.

Ragna hanya memasang wajah polos. Senyum tipis terbit di wajahnya saat mendengar isi pikiran dua pria di depannya.

'Syukurlah kondisinya membaik. Aku berharap dia tumbuh menjadi anak yang hebat suatu hari nanti.'

'Aku akan memastikan kau tumbuh dengan baik. Meskipun untuk saat ini kita sedang kesusahan, aku hanya ingin kau tumbuh dengan sehat.'

1
Fatin Fiqah
Luar biasa
safira
cerita menarik tapi membinggungkan..sbb tadinya d cafe dengan pamannya serta dokter jushua kenapa tetiba ada adik dari sebelah bapanya..dan berani keluar sulur berduri..bukan ka d tempat awan..🤔
Daniela Whu
ivanka kan seharusx nama perempuan ya 😏 kok ini jd nama cowok 🤭
Cahaya yani
akhr ny raja iblis kmbli
Cahaya yani
lah iy tinggalkn sja
nury
Luar biasa
Daniela Whu
astoge mulut anak SD lo itu sdh kyak mulut jalang
Cahaya yani
sampah teriak sampah
Lina Sofi
jgn kelamaan up thor ak nungguin g nongol2 sedih/Cry//Cry//Cry/
Lina Sofi
bantai musuh2y leon alan
Suzana Diro
jeremy nya cool sekali
Daniela Whu
ragna sama leon juga dokter siapa itu belum balas dendam ke orang" yg berniat membunuh x kh
Daniela Whu
kok bisa leon berubah jd iblis ya gimna cerita x awal kn dia cuma pemuda biasa gk ada tuh hawa" keiblis san
Tati Suriyati
lanjutkan ceritanya, menarik menegangkan 😊
deria
wah thor lama amat upnya😂
siapa tuh yang punya aura hitam😣
Lina Sofi
bumi hanguskan tuh desa
Daniela Whu
la kapan nih mereka balas dendam ke keluarga yg telah membuat mereka hancur? kok sdh lain lg ceritax
Lina Sofi
keren thor up kurang thor
deria
ayo ragna santet aja dia kayak dulu nyantet lina biar sekalian tuh ama anaknya😂😂😂 kalo dah cerai dari ayahmu🤣🤣🤣
Lina Sofi
bodoh cerai aj damai hidup bertiga
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!