Sintia janda malang yang ditinggal suami begitu saja, Sintia bangkit dari keterpurukannya dengan merubah penampilannya supaya tidak ada lagi laki-laki yang seenaknya sama Sintia, Mampukah Sintia membalas sakit hatinya pada mantan yang seenaknya meninggalkan dirinya karena culun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon maya ps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Sintia melihat pria didepannya, wajahnya seperti tidak asing bagi Sintia membuat Sintia berusaha mengingat siapa pria didepannya seperti familiar diingatannyaya Sintia.
"Maaf Pak, apa anda pernah kuliah di kampus Abcde?" tanya Sintia sedikit ragu, takut salah orang tapi Sintia yakin kenal sama client yang ada didepannya.
"Iya benar Bu Sintia, kok anda kenal saya iya, apa kita pernah satu jurusan?" tanya Raka melihat perempuan cantik didepannya.
"Raka yang ketua BEM bukan iya? Saya pernah ikut BEM di kampus itu, apa anda ingat saya?" tanya Sintia yang berusaha ingat, pernah kenal sama Raka.
"Iya benar saya ketua BEM di kampus itu, kamu Sintia yang dulunya culun itu bukan?" tanya Raka yang baru ingat, arah pembicaraan wanita didepannya bukannya bahas pekerjaan justru bahas masa lalu.
"Iya benar saya Sintia yang culun itu, tidak menyangka kita bisa kerjasama seperti ini, apa kabar Raka apa sudah berkeluarga atau masih jomblo?" tanya Sintia yang langsung bahas status Raka.
"Masih jomblo Sintia, masih menikmati kesendirian saya supaya sukses dulu baru memikirkan jodoh, iya ampun kamu lebih cantik loh sekarang apa suami kamu yang makeover kamu sampai secantik ini, saya kagum sama penampilan kamu yang sekarang?" tanya Raka yang kagum sama penampilan Sintia yang sekarang, sangat berbeda sama penampilan Sintia saat kuliah dulu.
Sintia bingung mau jawab apa, Sintia menyesal tanya statusnya Raka dan sekarang cowok didepan nya justru tanya apa perubahan penampilannya karena suaminya atau bukan.
**
Bundanya Kiki melihat calon menantunya sudah rapih, jadi kepo perempuan itu mau kemana setelah Kiki pergi karena ada panggilan kerja.
"Pergi sama siapa kamu? Awas jangan bikin masalah kamu Winda, saya sebenarnya jijik melihat kamu sekamar sama anak saya, tapi sudah terlanjur kebiasaan buruk kalian toh kalian mau menikah juga, jangan cari pria lain karena anak saya nganggur seperti ini kamu!" tanya Bunda nya Kiki, menatap sinis kearah calon menantunya, bagaimana tidak sinis melihat penampilan Winda sangat feminim.
"Sama temen Bunda, jangan bicara kasar seperti itu lah Bunda, saya akan mencari ART untuk kerja dirumah ini karena saya tidak ingin mengerjakan pekerjaan rumah, toh Bunda juga tidak bantu sama sekali biar sama-sama malas dan enak dirumah tidak capek beberes, cuci, dan masak kan." ucap Winda cuek, Winda tidak peduli ucapan calon mertuanya yang penting Winda tidak pegang sapu dan baju kotor setiap hari.
"Memangnya kamu punya uang apa perempuan malas? Sombong sekali tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah sama sekali, memangnya kamu kerja apa untuk bisa bayar ART hah!" tanya Bundanya Kiki emosi, tidak menyangka calon menantunya bisa bersikap sombong padanya.
"Mau tahu saja, sudah saya mau pergi sekalian mencari ART yang sudah tua untuk tinggal disini, supaya bisa merapihkan rumah ini selama dua puluh empat jam." lanjut Winda.
Winda langsung jalan meninggalkan calon mertuanya, karena malas bicara lama-lama karena pasti bikin emosi setiap yang diucapkannya bikin Winda kesel terus.
**
Sintia setelah selesai rapat sama Raka langsung kembali ke kantor nya Wulan, untuk melanjutkan pekerjaan yang sudah menantinya dari tadi.
"Apes-apes SKSD sama orang, ditanya balik jadi bingung sendiri mau jawab apa, masa harus jujur bisa-bisa malu kalo tahu saya jadi cantik setelah ditinggalkan sama Kiki sih, nyesel basa basi seperti tadi!" protes Sintia menyesal sama pembicaraannya tadi sama Raka, yang berusaha mengingat Raka yang pernah dikenalnya akhirnya malu sendiri sama pertanyaannya yang tanya duluan soal statusnya Raka.
Sintia mulai menyalakan komputer nya, berusaha fokus bekerja karena sudah waktunya kerja kembali setelah rapat tadi.
**
Kiki tidak menyangka jadi kuli bangunan ternyata tidak mudah, harus kuat angkat batu bata yang berat dan cukup banyak untuk diberikan ke temennya yang ada di lantai dua.
"Astaga baru sehari kerja, sudah sakit semua badan angkat batu bata yang tidak sedikit seperti ini, ternyata jadi kuli bangunan tidak semudah yang dilihat!" protes Kiki yang mulai merasa lemes dan capek.
"Baru sehari kerja sudah mengeluh, bagaimana saya yang sudah kerja jadi kuli bangunan selama lima tahun, walaupun banyak yang dikerjakan harus ditahan demi kantong diisi untuk beli beras dikasih ke istri buat makan, mau jadi kuli bangunan jangan ngeluh karena dianggap payah." ledek Rekan kerjanya Kiki, yang menatap remeh kearah Kiki.
"Sial protes saja tidak boleh!" protes Kiki kesal, temennya tidak mau denger ucapannya sama sekali.
Kiki berusaha berdiri, walaupun badannya terasa sakit semua tapi Kiki akan berusaha tetep kuat menjalankan pekerjaannya supaya tidak dihina lemah sama rekan kerjanya.