"Apa anda sudah gila..? kenapa anda lakukan ini kepadaku..?"
Pertanyaan yang dibarengi dengan lelehan air mata, keluar dari rongga suara wanita cantik Yara Berker. Netra yang digenangi cairan bening itu, nampak berkilat kemarahan terhunus kearah lelaki tampan yang tengah terduduk dikursi kepemimpinannya.
"Mungkin...!" jawab Asker Meltin, sang CEO pemilik gedung pencakar langit termegah, Meltin Grup.
"Pilihan ada ditanganmu, kaulah penentu masa depanmu sendiri." sambung Asker Meltin membalasan tatapan sang bawahan yang berdiri gemetar dengan tangan terkepal didepan sana.
---------
Alih alih mendapatkan harapan yang ia gantungkan kala melamar pekerjaan diperusahaan terbesar dan termasyur dibeberapa belahan dunia, Yara Berker malah harus menelan kesakitan yang ia dapat dari atasannya sendiri.
Kepahitan kala harus mengorbankan hati dan cintanya, demi menjaga nama baiknya dan orang orang terkasih.
Pilihan yang keduanya sulit mau tak mau harus diambil olehnya.
Inilah kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Datu Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perhatian Kecil
Altair menyerahkan berbagai jenis vitamin juga obat bagi sang kekasih. Ia yang mendengar suara berbeda Yara, dan juga beberapa kali gadis itu bersin, Altair langsung tau jika Yara terserang Flu.
"Maaf sayang, aku jadi membuatmu sakit." ucap Altair merasa bersalah.
Yara terkekeh dibalik masker yang ia pakai "tidak sayang, aku juga senang bermain hujan." balasnya jujur.
"Sudah ah, kamu selalu meminta maaf. Ayo kita berangkat, dan terimakasih..!" sambung Yara lagi sembari mengangkat kantung plastik yang berisikan obat dari Apotik terkenal didekat rumahnya.
"Pakai baju hangatnya yang benar..!" koreksi Altair mengancingkan jaket yang melekat ditubuh Yara, lalu memakaikan helm dikepala kekasihnya itu.
"Lets go...!" seru Altair dan Yara bebarengan.
Dua puluh menit kemudian, sesampainya dimeja kerja. Yara langsung melepas jaket dan melipat rapi lalu menyimpannya. dengan cekatan ia memeriksa pekerjaan hari ini, juga semua jadwal sang atasan.
Sepuluh menit kemudian, Asker dan Liam nampak keluar dari dalam Lift. Yara sigap berdiri, membungkuk guna menyapa kedua pria tampan berbeda usia itu.
Mata Asker memicing, menatap wajah gadisnya.
"Kamu sakit..?" tanya Asker kala mendapati masker yang menutupi separuh wajah Yara.
"Hanya flu ringan saja pak..!"
Asker mendekat, dan dengan lancang mengulurkan tangannya menyentuh dahi Yara.
Wanita itu perlahan mencondongkan tubuhnya kebelakang dengan mata menyipit tipis. Namun masih, telapak tangan Asker bisa menjangkau dan mendarat didahi wanita itu.
"Sudah minum obat dan vitamin..?" tanya Asker selepas usai memeriksa suhu tubuh Yara yang memang hanya sedikit demam saja.
"Sudah pak..!"
"Kalau memang butuh istirahat jangan dipaksakan, biar Liam yang mengurus pekerjaanmu." kata Asker sembari menatap datar Yara.
Pria itu sebenarnya ingin marah, tapi kala mendapati wajah teduh gadisnya, kemarahan itu langsung saja luruh lantah lenyap diterpa udara menjadi butiran debu tak terlihat.
"Tidak pak, saya sudah baik baik saja."
Asker mengangguk "baiklah, bawa jadwal saya hari ini kedalam." titahnya sembari melangkah menjauh dan memasuki ruangannya.
Liam mengekori.
Tak berselang lama, Yara pun sudah berada dihadapan Asker, memberitahukan jadwal atasannya itu hari ini. Tanpa sengaja netra Yara menatap luka menganga disela sela jari sang atas.
Matanya mebola, dan mulutnya sedikit terbuka membentuk gua didalam sana "bapak terluka..?" seru Yara. Dan tanpa bisa dicegah, wanita itu menyentuh tangan Asker kemudian memeriksa luka robekan yang cukup lebar disana.
Jantung Asker berdetak hebat, saat merasakan sentuhan lembut posesif gadisnya.
"Tidak apa apa, hanya luka kecil." ucap Asker menyembunyikan kegugupannya.
"Bagaimana luka kecil, ini robek pak..!" oceh Yara tanpa bisa ia sadari.
"Ini juga belum diobati..? Ini bisa infeksi pak..!"
Asker tersenyum samar, mendengar nada kekawatiran gadisnya.
Begitu juga dengan Liam "pantas saja tidak mau diobati, jadi ini maksudnya." suara hati Liam.
"Asisten Liam, apa ada kotak obat..?" tanya Yara.
"Ada nona..!" sahut Liam, bergerak membuka penutup lemari dan mengambil kotak obat lalu menyerahkan kepada Yara.
"Terima kasih...!" ucap Yara.
Gadis itu lalu duduk dilantai, menggunakan kakinya untuk alas. Asker terkesiap melihat itu, apalagi dengan Liam. Pria itu tidak menyangka jikalau gadis pujaan atasan sekaligus sahabatnya, melakukan hal begitu.
Dengan telaten Yara membersihkan luka Asker, dan nampak pria itu mendesis perih, kala cairan anti septik mengenai lukanya.
"Tahan pak..!" ucap Yara lembut.
Ditiup berulang kali oleh Yara luka luka yang ada ditangan Asker. Setelah dirasa cukup, ia kembali menuang cairan obat lalu mengoleskan keluka, dan membalutnya dengan kain kasa.
"Sudah selesai." ucap Yara "nanti dirumah bapak bersihkan lagi ya..? Atau dibawa kedokter saja. Ini luka robeknya cukup dalam." oceh Yara yang masih belum menyadari atas tindakannya.
"Iya, terimakasih ya..?" sahut Asker, dan barulah kesadaran Yara kembali ketempatnya.
"Ah, maaf pak maaf..!" ucap Yara melepaskan tangan Asker perlahan lalu bangkit dari posisi duduknya.
Asker dan Liam mengernyit bersama, memandang aneh kepada Yara.
"Maaf pak, saya sudah lancang menyentuh bapak dan mengoceh seperti itu. Saya kaget melihat luka bapak, maaf pak maaf..!" ucap Yara dengan berulang kali menundukan kepalanya.
Asker dan Liam terkekeh.
"Kenapa harus minta maaf..? Saya malah berterimakasih, karena kamu mau mengobati luka saya." balas Asker.
Yara mengangkat kepalanya "bapak tidak marah..? Bapak tidak akan mengira saya sedang menggoda bapak kan..?" ucap Yara.
Ya, gadis itu sangat takut jika akan disangka seperti itu. Maklum, korban sinetron dan novel.
Asker kembali terkekeh "kamu sudah berbaik hati mengobati luka saya, bagaimana saya akan marah..?"
"Lagi pula kalau kamu memang mau menggoda saya, justru saya malah senang." sambung Asker tanpa sadar.
"Hah..!" satu kata keterkejutan Yara lontarkan.
Asker gugup, lalu berdehem dan menetralkan air wajahnya. Dengan susah payah, pria itu mengontrol debaran didada yang semakin bertalu talu.
"Tidak, lupakan saja." sergah Asker cepat.
"Kalau begitu saya permisi pak, sekali lagi saya minta maaf." ucap Yara meminta izin.
Baru melangkah kan kaki, seruan Asker memaksa Yara untuk memutar badannya kembali menghadap kepada lelaki itu.
"Nanti siang kamu makan bersama saya saja, sebagai ucapan terimakasih karena sudah mengobati luka saya."
"Maaf pak, saya sudah ada janji dengan Sherin. Soalnya hari ini Sherin membawa bekal makanan kesukaan saya." kata Yara tak enak hati.
"Ajak Sherin makan bersama sekalian, biar nanti Liam yang menemani dan membawa keruangan saya. Lagi pula mulai besok Sherin juga akan dipindahkan menjadi staf asisten Liam dan bergabung bersama diruanganmu." beritahu Asker.
"Benarkah..?" tanya Yara antusias dan Asker mengangguk sembari tersenyum tipis.
"Ah, baiklah kalau begitu. Terimakasih pak, Saya permisi." Yara pun kembali kemejanya setelah berpamitan juga dengan Liam.
"Pantas saja memasak untukku, ternyata naik jabatan." ucap Yara dalam hati seraya melipat bibirnya gemas.
semangat thoorr💪💪
Sebenernya lbh suka yara sama altair..
Asker kyk psikopat iih serem..
Pliss thor endingnya balik sama altair aja,,
Atau klo ttp sama asker, ilangin tuh psikopatnya, serem & nyebelin bgt 🤣