NovelToon NovelToon
Perjalanan

Perjalanan

Status: tamat
Genre:Tamat / Bullying di Tempat Kerja / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / Persahabatan / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: jauharul husni

Namaku Dimas dan kini aku sedang berada di pondok pesantren, sebenarnya aku tidak pernah berpikir untuk mondok bahkan dalam kehidupanku aku tidak pernah merasa kalau Tuhan selalu berada di dekatku.

Tapi setelah aku bertemu dengan salah satu anak bernama Bayu beberapa waktu lalu, aku jadi sangat ingin berada di dekatnya, aku tertarik pada kelakuan radikal yang selalu dia lakukan.

Kelakuannya inilah yang membuatku menyadari sesuatu, bagaimana kalau sebenarnya pertemuan kami ini bukanlah kebetulan, apakah sebuah keberuntungan jika aku berada di dekatnya dan terus mempelajari kehidupannya.

Ceritaku akan lebih berfokus pada sisi gelap dari suatu hal yang selalu kita anggap remeh, seperti pondok pesantren, semua orang juga tahu kalau tempat ini adalah tempat dimana orang orang beragama dilahirkan.

Tapi apa kalian pernah berfikir kalau tempat ini memiliki sisi gelap yang bahkan lebih busuk daripada tempat lainnya, bagaiman jika aku mengatakan kalau disana ada banyak sekali pembullyan dan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jauharul husni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

sebuah fakta mengerikan yang datang untuk Daffa

"Kau tau, sepertinya pertemuan nanti, akan menjadi pertemuan terakhir kita." Seketika mental Daffa langsung ambruk menuju titik paling rendah, dia tidak pernah mengharapkan hal ini akan terjadi. Dia hanya bisa melamun melihat tubuh Bayu yang perlahan berjalan menuju jembatan dengan basah kuyup. Tidak lama setelah itu tiba tiba muncul seseorang yang membuat Iqbal semakin merasa bersalah, Aisyah. Iqbal melihat tubuh Aisyah dengan wajah pucat pasi, gadis itu sekilas melihatnya sebentar sebelum kemudian mendatangi Bayu untuk menamparnya walau tidak berhasil. Iqbal berbalik menuju tempat duduk dan hanya bisa menunduk sedalam dalamnya. Alfin dan Ilul hanya bisa diam saja sembari ikut duduk di samping Iqbal, mereka berdua yang tidak tahu menahu tentang masalah mereka hanya dianggap npc dan tidak dapat melakukan sesuatu yang berarti seperti Daffa.

Daffa yang juga melihat gadis itu mengingatkannya pada pacarnya dulu yang kini sudah menjauh dan tidak lagi mendapat kabar sejak satu bulan lalu. Dia selalu saja mendekati Bayu dan tidak lagi mempedulikan dirinya membuatnya merasa tidak berguna untuknya, sebenarnya Daffa bisa saja menyalahkan Bayu, tapi hal itu justru membuatnya semakin menjauh dari nya karena tingginya derajat Bayu di mata orang lain dan Daffa hanya bisa menjadi beban untuk semua orang, itulah yang sedari tadi dipikirkan olehnya, rumit memang.

"Fa, kon kate nangdi? ( Fa kamu mau kemana? )." Melihat Daffa yang berjalan kearah kamar mandi baru, atau sejalan dengan yang dilewati Dewa membuat Alfin bertanya kepadanya. Dia ingin sedikit demi sedikit mencairkan suasana walaupun itu tidak berguna sedikitpun, karena Daffa hanya menatapnya tajam dengan muka yang mengerikan dan terlihat melepaskan topeng yang sedari tadi dia pakai. "Sembarang wes, Lul ayok ados wes, Kon gak adosa Bal? ( terserah deh, Lul ayo mandi, kamu nggak mandi Bal? )."

Tanpa mempedulikan Alfin lagi, Daffa langsung pergi ke kamar mandi baru yang tadi dimaksud Bayu. Dia terus memikirkan kejadian tadi tanpa henti, terus bertanya tanya, air matanya pun tidak mau berhenti keluar, dia sangat menyesali apa yang telah dia lakukan tadi. Sampai di kamar mandi baru yang masih sepi itu Daffa langsung memukuli dinding sangat keras hingga tangannya berdarah. Tidak mempedulikan tangannya dia masih terus saja memukuli dinding hingga dinding itu memerah karena banyaknya darah yang keluar. Tubuh Daffa ambruk dan terasa lemas, tangannya bergetar karena kesakitan dan air matanya mulai berhenti menetes, matanya bahkan mulai lelah untuk mengeluarkan ekspresi.

"Kau pikir dengan melakukan hal itu kau bisa membuat pikiranmu tenang, kau ahli psikologis kan, masak gini aja nggak tau bangsad." Daffa menoleh, dia sangat terkejut melihat Bayu yang telah berganti baju sedang bersandar di tembok kamar mandi. sedikit penjelasan, kamar mandi ini memiliki 6 ruangan yang semuanya untuk membersihkan diri, di luar ruangan itu ada sebuah tembok berukuran dua meter yang mengelilingi ruangan itu, dan ada sebuah taman kecil pada salah satu sisinya yang memang sedikit menjulang keatas, sedang sisi sisi yang lain diisi dengan tembok besar yang sejajar dengan taman itu, jadi taman itu bentuknya miring, aneh memang tapi inilah yang kulihat, oh iya, tembok besar inilah yang menjadi samsak tinju Daffa. Satu lagi, tanpa Daffa sadari, dia telah menghabiskan 15 menit lebih, untuk memukuli dinding, oke lanjut.

Daffa hanya diam saja dan mulai duduk sembari menekuk dan memeluk lututnya, dia sudah sangat putus asa dengan seluruh situasi ini, dan tidak berani menatap tubuh Bayu. Bayu yang melihatnya hanya bisa menaruh kantung plastik hitam yang dia bawa di tempat cuci tangan, dia mendatangi Daffa yang kini sedang menunduk dan menyembunyikan mukanya di bawah tangan.

"Hei, kau tahu siapa yang menghajar pacarmu beberapa bulan yang lalu kan?." Sembari jongkok Bayu mengucapkan sebuah kalimat yang lebih terkesan seperti mengancam dari pada menyemangati. Daffa yang mendengarnya merasa semakin tertekan karena dia tahu betul kalau Bayu lah yang membuat pacarnya mendekam di rumah sakit selama tiga bulan penuh dan hampir saja meregang nyawa. "Dan kau mau memaafkan ku bukan?."

anak ini malah terkesan seperti tidak ikhlas untuk meminta maaf, perkataannya lebih ke merendahkan Daffa. Tapi tanpa pikir panjang dan walau dia tahu kalau dia direndahkan, Daffa tetap mengangguk cepat yang membuat Bayu semakin marah, bukan ini yang dia harapkan dari dulu. dalam sekejap tangannya sudah berada di kerah baju Daffa yang ditutupi dengan kepalanya dan langsung mengangkatnya hingga sejajar dengan dirinya saat berdiri. Dia menatap Daffa dengan tatapan kemarahan.

"Taek a cok, aku wes gak ngarep disepuro karo awakmu, tapie awakmu malah nyepuro ngunu ae, terus gawe opo aku nulungi awakmu pas iko nek segampang Iki ( tidak bisa diterjemahkan, aku sudah tidak berharap akan dimaafkan olehmu, tapi kau malah memaafkan ku begitu saja, lalu untuk apa aku menolong mu jika semudah ini )." Daffa yang masih teringat dengan kejadian itu tentu merasa sangat tertolong oleh Bayu, itu adalah bantuan besar yang masih berhubungan dengan dunia per santet an, dan Bayu menganggap itu hanyalah hal kecil yang tidak dapat membuat Daffa luluh untuk memaafkannya, entah apa yang ada dipikiran Bayu hingga menganggap kalau itu hanyalah hal kecil, sebenarnya apa yang sedang disembunyikan oleh anak yang penuh misteri itu.

"Tidak, kau salah, itu adalah pertolongan besar, aku sangat berterima kasih kepadamu, jadi tolong jangan menyalahkan dirimu atas kejadian itu, aku sudah memaafkan mu sejak dia sendiri yang memberitahuku." Daffa berusaha meluruskan pengertian yang Bayu, dia berharap agar dia tidak terlalu keras pada dirinya sendiri. tapi ekspresi Bayu nampak tidak berubah, dia tetap marah kepada Daffa walaupun kini dia melepaskan cengkraman tangannya, membuat Daffa terduduk. Entah apa yang ada dipikiran Daffa tapi dia memutuskan untuk, seolah olah dia sedang mencari titik dimana Bayu bisa menerima permintaan maafnya sendiri, sangat aneh, tapi hanya itulah yang ada dipikirannya.

"kalau begitu kenapa kamu malah menyalahkan dirimu sendiri, kenapa kamu memukul tembok sedangkan masih ada muka orang untuk kau tinju. Mimpi yang kau katakan dulu tidak berguna fa, ingin menjadi dokter psikologi, tapi dokternya malah depresi, benar benar tidak masuk akal. Sudahlah, sebenarnya bukan inilah tujuanku kemari, kau tahu kenapa pacarmu tidak pernah menghubungimu selama satu bulan ini?." Bayu mengatakan seluruh kekesalannya pada beberapa kalimat saja, dia kini berbalik dan mengambil kantung kresek itu, dia mengambil dua barang, yaitu sebuah topi biru yang langsung dia pakai dan korek apa yang dia bawa tadi, Daffa yang mendengarkannya hanya bisa kembali tertunduk karena itu jugalah hal yang membuatnya meninju tembok.

"Aku ingin bertanya padamu, tapi aku belum menemukan artinya." Daffa mengatakan alasannya tidak bertanya sedari awal, memang benar ada sesuatu hal yang harus dia lakukan terhadap Bayu, tapi dia tidak bisa melakukannya. Bayu yang mendengarnya tidak terlalu mempedulikan ucapannya dan langsung melempar kantung kresek itu yang berhenti tepat didepan Daffa. Daffa yang tangannya sangat panjang langsung membukanya dan sangat terkejut dengan apa yang Bayu bawa, sebuah perban dan alkohol, kenapa dia membawanya?, apa dia mau merawat tanganku?, jika iya, bagaimana dia bisa tahu?.

"Sebenarnya aku lah orang yang membunuhnya, aku membunuh pacarmu, dan kini aku harus menghukum diriku di depanmu." Tanpa Daffa sadari ternyata korek itu telah berubah menjadi pisau kecil yang langsung Bayu tusukkan pada lengannya hingga tembus, darah mulai keluar deras mengotori tangannya dan lantai itu, hal itu tentu membuat Daffa sangat terkejut bukan main oleh kelakuan mendadak dari anak itu, belum lagi dengan fakta yang lebih mengejutkan tentang pacarnya, matanya seketika menjadi kosong dan tidak dapat berkata kata lagi, air matanya tidak bisa keluar, otaknya telah kebanyakan memori dan kini dia hanya menunduk tanpa memikirkan apa apa, kesadarannya seakan mau menghilang.

"Aku bersumpah dengan darah, kalau aku tidak akan lagi berbicara denganmu."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!