Si Cupu Kesayangan Mr. Mafia

Alvin pada akhirnya sampai di apartemen itu, dia membawa Calya masuk yang masih ada dalam dekapannya dengan susah payah Alvin membuka pintu unit apartemen yang akan di tinggali Calya.

Alvin membaringkan Calya di pembaringan, tubuh Alvin juga merasa sangat lelah saat itu. Calya mencengkeram lengan Alvin dan terus bergumam.

“Ja-ngan pergi..” Itulah yang selalu di gumamkan Calya, tentu saja Alvin juga tak ingin pergi. Namun dia takut kebablasan, si Joni terkadang sulit di bawa kompromi saat berdekatan dengan Calya. Alvin takut bila Calya akan mengetahui aib nya dan malah akan menjauh darinya.

Alvin melepaskan cengkraman Calya dan menuju ke ruang tamu, Alvin melemparkan baju atasannya dan tidur terlentang di atas sofa. 

Benar saja, si Joni tak dapat di bawa kompromi oleh Alvin. Dalam mimpi indahnya dia malah melihat bayangan cantik Calya yang membuat celana Alvin basah dan mengharuskannya pulang dengan cepat.

Alvin pulang ke apartemen lamanya, di bawah kediaman Tuan Khan tentu saja. Meski Calya sudah tidak tinggal di sana, namun Alvin juga harus mengemasi barangnya untuk pindah pada awalnya, namun dia membatalkan niatnya karena dia juga harus tahu apa saja yang di lakukan kedua orang tua Calya selama Calya tidak ada.

Calya terbangun di pagi hari, dia mendapati dirinya berada di sebuah kamar mewah dengan segala perlengkapan mewahnya. Calya menatap sekeliling dan mendapati sebuah kertas di atas nakas.

“Ini rumah baru mu, jangan lupa ubah kata sandinya bila tak ingin aku masuk sembarangan, Alvin.” Calya tersenyum lembut, dia merasakan dadanya bergemuruh kala itu.

Ada beberapa lembar uang tunai dalam lipatan kertas itu, Calya sampai tak habis fikir denan sikap Alvin. Selama ini Alvin memang terkesan acuh tak acuh, namun dia selalu ada di saat yang paling genting di hidup Calya.

Calya ingat saat masa sekolah dulu, dia sangat menderita saat datang bulan, namun Alvin selalu membawakan penghangat perut, makanan manis, pembalut, bahkan pereda nyeri saat hed. Mungkin bila orang lain akan sangat baper dengan tingkah pria itu, namun Calya sadar diri. 

Calya memiliki penampilan yang sangat kolot, dia tak mungkin membuat Alvin terpesona. Secara, selama ini Alvin selalu saja bersikap seenaknya terhadap Calya. Di tambah, banyak wanita cantik yang mengidolakan Alvin meski pria itu terlalu malas untuk melayani dan lebih suka mengganggu kehidupan Calya.

Calya ke luar dari kamar itu dan mendapati ruangan yang begitu mewah, jauh berbeda dengan kediamannya yang terkesan sederhana. Di sana di penuhi barang mewah yang sangat indah.

Calya membuka lemari pendingin dan mendapati banyak minuman di sana, untung tanpa alkohol. Selain itu, di lemari makanan juga penuh dengan makanan cepat saji dengan dapur bersih yang luar biasa.

Calya tersenyum dan yang di butuhkan Calya saat ini adalah pakaian, Calya akhirnya meminta cuti selama satu hari. Dia juga mendapati Alvin di dekat apartemen itu, yang ternyata apartemen itu bersebelahan dengan perusahaan elit A.

“Alvin!” Calya menghentikan Alvin yang sedang berjalan untuk ke kediaman Calya, dia berniat untuk memberikan beberapa pakaian sedehana untuk Calya.

“Aku membawa beberapa pakaian, aku tidak tahu itu sesuai dengan tubuh mu atau tidak. Tapi menurut ku itu sesuai dengan fashion mu.” Calya mengepalkan tangannya, baru saja dia akan berterima kasih. Namun Alvin lagi dan lagi membuatnya kesal seperti dulu.

“Kamu ini ya!” Pekik Calya, Alvin tertawa dan langsung menyogok Calya dengan sebuah kembang kol.

“Aku lapar, bisa tolong memasak untuk ku Nona Bharati?” Calya terkekeh dan menarik lengan Alvin, mereka memasak bersama dan tertawa mengikuti alur yang berjalan begitu saja, mengalir tanpa hambatan seolah tak terjadi apapun selama ini.

Alvin menemani Calya sepanjang hari, hingga siang itu Alvin membawa Calya ke sebuah pasar tradisional. Dia lupa membeli sayuran kecuali kembang kol saat itu, hingga dia akhirnya membawa Calya sekalian agar dia sendiri yang memilih keinginanya sendiri.

“Mau susu?” Seorang pedagang menawarkan, Calya langsung tersenyum dan membeli dua gelas. Tanpa ragu Calya langsung meneguk satu gelas, sedangkan Alvin ternganga dengan tingkah gadis itu.

Tentu saja susu itu bukan sembarang susu, itu adalah rebusan ga*nja. Namun Calya meneguknya sekaligus, Alvin yang memang sudah terkenal di antara preman India juga ikut tersenyum dan bingung harus berbuat apa.

Tak berapa lama kemudian, Calya merasakan kepalanya yang berdenyut. Beberapa benda seolah berubah menjadi dua dan pandangan Calya mulai mengabur.

(YAH JADI PENGEN NYANYI LAGU INDIA YANG KONYOL)

Calya oleng dan menabrak beberapa pedagang, Alvin sigap dan menghentikan banyak tingkah aneh Calya yang terkesan sangat menggemaskan bagi Alvin.

“Hei Baybe, i love you! Hahahah…” Tawa Calya saat menyentuh bibir Alvin dan kembali pergi.

“Dasar gadis itu!” Alvin tepuk jidat dan terus mengikuti Calya yang tanpa arah, dia juga menyanyikan banyak lagu India yang terkenal bahkan lagu barat dan lagu indonesia.

“Sayang, ayo bawa aku pulang, hikh!” Calya melantur dan memeluk Alvin dengan lembut, Alvin sampai tak dapat berkata-kata apa lagi saat Calya tanpa sengaja menyenggol miliknya yang terbangun.

“Uuukh!” Alvin mengigit bibir bawahnya dan langsung tertegun saat menyadari bila Calya sudah tertidur begitu saja.

“Akh, gadis ini!” Pekik Alvin menekan keningnya sendiri, dia membawa Calya kembali pulang dan akhirnya dia belanja sendiri. Memang sangat jarang bagi Alvin membeli sayuran, dia lebih sering membeli makanan siap saji.

“Tumben beli sayur,” Tegur seorang preman pasar ala India.

“Aku memelihara kelinci di rumah ku.” Preman itu tertawa dan nampak mengerti maksud dari ucapan Alvin.

“Kelinci berkaca mata maksud mu?” Ucapnya, ya karena dia adalah penjual susu yang semula memberikan susu pada Alvin dan Calya.

“Hahah, imut sekali bukan kelinci kecil ku itu?” Preman itu terkekeh dan membantu Alvin memilihkan banyak sayuran untuk Alvin, meski pada awalnya Alvin menolak namun pada akhirnya dia tetap menerima niat baik preman itu.

“Ayahnya seorang PNS dan pamannya sebagai seorang Polisi, apa kamu tidak takut akan di bui?” Alvin terkekeh mendengar preman itu.

“Kamu juga preman, menjual rebusan ga* nja dan menyelundupkan sa*bu-sa*bu dengan mudah. Apa kamu tidak takut di bui?” Keduanya tertawa bersamaan, pada akhirnya mereka memang takut hukuman, namun mereka juga membutuhkan uang untuk hidup.

Menghidupi banyak orang bukan perkara mudah, itulah preman di pasar itu. Dia harus memberi makan banyak bocah jalanan yang tidak punya rumah, dia sangat tegas pada mereka namun dia juga sosok yang menjadi suri tauladan bagi mereka.

Meski Preman itu sama halnya seperti mencuci baju kotor dengan air ken*cing, namun itulah hidup yang penting tak menimbulkan bau dan tak di ketahui orang, hal itu akan menjadi hallal saja.