NovelToon NovelToon
Balas Dendam Sang CEO

Balas Dendam Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:11.2k
Nilai: 5
Nama Author: PurpleLinaa

Pernikahan yang terjadi tiba-tiba antara Alvar CEO muda yang selama ini tak pernah menampakkan dirinya di khalayak umum bahkan orang-orang di kantor saja pun belum ada yang bertemu dengannya secara langsung. Tapi saat kedatangan Alvar untuk menikah dengan manager yang ada di kantornya membuat gempar seisi kantor.

Natala Mika Sherina—seorang manager yang dinikahi oleh CEO tanpa alasan yang jelas. Namun yang pasti diketahui oleh Natala bahwa Alvar menikahinya bukan karena cinta, melainkan karena dendam. Dendam atas kematian sang adik.

***

"Kamu menuduhku yang telah memb*nuh adikmu?"

"Ya. Tidak ada orang lain selain kamu di sana, Natala. Terimalah nasib kamu sekarang."

***

"Siapa dia?"

"Kekasih saya Shylla Qara Adiwana."

***

Apakah Natala akan bertahan dengan pernikahan yang dilatarbelakangi oleh dendam ini? Apa benar Natala adalah orang yang telah membunuh adik Alvar? Dan bagaimana cara Natala untuk tetap bertahan dengan perilaku menyakitkan yang Alvar berikan padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PurpleLinaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10: Sakit hati

Sang surya keluar dari persembunyian. Memberikan sinar terang menyilaukan mata hingga sosok perempuan di atas kasur putih berselimut terbangun.

Natala mengerjapkan mata berusaha untuk memulihkan matanya setelah terpejam selama beberapa jam. Natala bangkit dia berjalan menuju kamar mandi. Dia harus segera bersiap karena belum memasak untuk sarapan Alvar dan Shylla. Jika Natala terlambat bangun bisa-bisa Alvar akan menamparnya lagi pagi ini.

Natala keluar kamar berjalan menuju dapur. Dia langsung menyiapkan sarapan untuk mereka bertiga. Mengingat Alvar yang sudah memecat asisten rumah tangga mereka, Natala harus menggantikan semua pekerjaannya. Sesungguhnya itu melelahkan tapi Natala juga tidak bisa apa-apa.

Seperti yang sudah dia duga sebelumnya, Alvar keluar bersama Shylla. Mereka tidur berdua di dalam kamar. Sejujurnya, Shylla itu sangat lancang karena sudah berani tidur di kamar Alvar. Sedangkan Natala yang posisinya sebagai istri sah saja belum pernah tidur sekamar dengan Alvar. Natala belum merasakan apa yang orang katakan nikmat menikah. Dia belum mendapatkan haknya sebagai seorang istri sepenuhnya. Ini tidak adil, tapi begitulah cara dunia memberikan takdir.

Alvar sudah mengenakan pakaian rapi dan lengkap seakan-akan dia sudah siap untuk bekerja. Jadwal cuti pernikahan mereka sudah berakhir. Sekarang Alvar bisa bebas masuk ke kantor kapanpun dia mau.

"Menu breakfastnya apa?" tanya Alvar menggeser kursi Shylla agar gadis itu bisa duduk dengan nyaman.

"Roti bakar selai cokelat, Pak." Natala membawa roti itu ke meja makan. Dia menghidangkan kepada Alvar dan juga Shylla. Selain roti, Natala juga sudah menyiapkan salad buah untuk Shylla dan teh untuk Alvar. Sesuai dengan pesanan mereka kemarin malam.

"Kamu mau kerja, Sayang?" Shylla bertanya pada Alvar setelah menyuapi kekasihnya.

"Iya." Alvar menjawab dalam keadaan mulutnya penuh dengan makanan.

"Kamu mau ikut?" tanya Alvar setelah menghabiskan seluruh makanan di mulutnya.

Shylla sontak menggeleng, "Yang benar aja, enggak lah. Aku kan nggak kerja di kantor kamu. Kak Nata tuh yang jadi manager kantor kamu."

Alvar tidak merespon. Dia lebih memilih untuk masuk kamar mengambil jas dan juga tas kerjanya. Alvar memakai jam tangan. Sebelum pergi dia menyempatkan diri untuk mencium kening Shylla.

"Aku pergi duluan, Sayang."

Alvar keluar dari rumah besarnya. Dia meninggalkan dua perempuan di rumah itu tanpa berpikir akan ada kejadian apa selanjutnya.

"Kak Nata nggak kerja juga?" tanya Shylla.

Natala menautkan alis. Rupanya Shylla belum tahu kalau dia sudah dipecat sepihak oleh Alvar. Namun sepersekian detik berikutnya, Natala menyadari bahwa pecatan Alvar sama sekali tidak berdasar. Ditambah dia juga tidak mendapat surat pemecatan dari kantor mereka. Padahal, sejak 8 tahun Natala bekerja di sana, setiap karyawan yang dipecat akan diberi surat pemecatan yang resmi.

"Kak—"

Natala pergi dari sana. Dia masuk ke kamarnya, mulai mengenakan pakaian kantor seperti biasa. Celana krem serta kemeja putih dipadukan dengan jas krem. Natala menguncir rapi rambutnya. Dia mulai berdandan sambil sesekali melirik jam. Waktu terus berjalan dan Natala tidak boleh terlambat. Ini hari pertama Natala bekerja setelah dia menikah.

"Kak Nata mau kerja?" tanya Shylla. "Padahal aku minta ditemenin ke mall."

"Sorry, gue nggak bisa."

Natala keluar terburu-buru dari rumah. Dia masuk ke salah satu mobil yang ada. Setelah dia mengambil kunci asal, Natala masuk ke mobil putih Alvar.

Natala membawa kendaraan beroda empat itu membelah jalanan. Membawanya tiba di gedung besar tempat dia bekerja. Natala keluar dari sana dan seperti biasa dia disambut dengan senyuman saat masuk ke gedung mewah tempat banyak orang mencari nafkah.

"Itu artinya gue belum dipecat secara resmi, kan? Soalnya orang-orang masih hormat banget sama gue," batin Natala.

Semua orang di kantor masih memperlakukan Natala sama seperti manager mereka. Semua ini memperkuat asumsi Natala bahwa dia masih manager di kantor ini.

Natala duduk di meja kerjanya yang berhadapan dengan meja kerja Alvar. Gadis itu melirik ke dalam ruangan berlapis kaca, Alvar sangat fokus mengerjakan pekerjaannya.

Natala menghela napas lega. Tidak ada masalah di sini bahkan setelah dia duduk di kursi selama lima menit. Itu berarti Alvar memang hanya mengancam saja. Dasar menyebalkan!

"Pak, Natala datang ke kantor."

Bisikan dari Keenan menaikkan pandangan Alvar. Dia menatap perawakan Natala jelas lewat kaca ruangannya. Gadis itu dengan santai bekerja di depan layar laptop yang menyala. Bahkan dia bertingkah seakan-akan dia masih jadi manager di kantor ini dengan memerintah bawahannya.

"Kata Bapak dia sudah dipecat, kan?" tanya Keenan. "Terus, kenapa dia masih di sini sekarang?"

Alvar keluar dari ruangannya menghampiri posisi Natala. Dia berdiri di depan meja kerja Natala. Alvar berdehem agar Natala mau mengangkat pandangnya.

Mata Natala menatap iris hitam Alvar. Mereka berdua membiarkan kedua iris itu saling bertemu. Pertemuan yang seperti sangat tidak diinginkan.

"Ikut ke ruangan saya, Natala Mika Sherina."

Alvar berjalan lebih dulu. Natala mengikuti, di setiap langkahnya dia melihat pasang mata itu mengarah kearahnya. Mereka memberi tatapan seakan meremehkan bahkan ada yang diam-diam tertawa karena berpikir yang tidak-tidak akan apa yang dilakukan Natala di dalam ruangan Alvar. Mengingat sekarang mereka sepasang suami-istri.

"Kenapa Pak?"

Begitu Natala masuk ke dalam ruangan Alvar dia disambut dengan dilempar beberapa berkas. Tidak hanya dilempar, Natala bahkan ditampar oleh dokumen-dokumen Alvar.

"Apa kamu tidak mengerti bahasa apa yang saya gunakan? Apa kamu perlu tindakan tegas dari saya agar mengerti?" Alvar mencengkram kuat tangan Natala. Membiarkan gadis itu meringis kesakitan.

"Pak, saya—"

"Tamparan saya tidak cukup? Kamu menginginkannya lagi?"

Alvar melepaskan cengkeramannya dan menampar Natala sebagai gantinya. Tamparan Alvar kali ini berbeda, Natala sampai terjatuh di buatnya.

Syukur saja ruangan Alvar ditutupi oleh gorden jadi karyawan yang lain tidak bisa melihat apa yang Alvar lakukan pada manager mereka. Kendati demikian, Keenan tetap berjaga-jaga melihat sekitar agar mereka tidak masuk ke ruangan Alvar.

"Dasar perempuan tidak tahu diri!" Alvar menendang kursinya meluapkan kekesalan.

Natala bangkit dalam keadaan tangan memegangi pipi yang perih akibat tamparan Alvar. Natala sudah tidak bisa menghitung berapa banyak tamparan yang Alvar berikan padanya. Gadis itu tidak memberi reaksi apa-apa selain hanya meneteskan air mata dan menatap Alvar penuh kekecewaan.

"Sudah saya katakan, Natala kamu dipecat! Apa kamu tidak mengerti? KAMU DIPECAT! P-E-C-A-T! DIPECAT!"

Alvar berteriak di depan wajah Natala membuat mata Natala terpejam ketakutan.

"Kamu nggak layak di sini. Jangankan untuk menjadi manager di kantor saya menjadi pengemis di tempat ini saja kamu tidak pantas!"

"Segitu bencinya Bapak sama saya?"

"IYA!"

"Perlu saya pertegas?" Alvar mendekati Natala mengikis jarak di antara mereka menyisakan beberapa senti sebagai pembatas agar dia tidak menyentuh tubuh Natala.

"Saya membenci kamu, Natala. Lebih dari apapun yang ada di dunia, lebih dari segalanya. Saya membenci kamu sampai rasanya saya ingin mati setiap kali melihatmu. Saya sebenci itu sama kamu."

Natala memejamkan mata menumpahkan semua air mata yang menggenang di pelupuk mata. Dia menurunkan tangannya dari pipi yang kini sudah berwarna merah akibat tamparan Alvar.

"Pak saya tahu saya salah tapi—"

"Kamu bukan hanya bersalah, tapi kamu berdosa! Kamu melakukan dosa, Natala! Dosa!" potong Alvar lantang.

"Saya minta maaf," lirih Natala.

"Jika maaf kamu bisa mengembalikan adik saya, mungkin saya bisa memaafkan kamu."

"Pak, Hana sudah tidak ada sejak 10 tahun lalu. Apa Bapak tidak bisa ikhlas?"

"Saya tidak akan pernah ikhlas setelah tahu bahwa adik saya tewas di tangan kamu. Saya tidak akan pernah ikhlas sebelum kamu mendapatkan apa yang lebih buruk dari yang pernah kamu lakukan. Saya tidak akan pernah ikhlas sebelum kamu hancur di tangan saya, Natala."

Natala tidak lagi membalas ucapan Alvar. Biarlah, air mata itu turun dengan sendirinya. Biarkan air mata itu menjelaskan segala luka di hati Natala.

Alvar menarik kuat tangan Natala, dia membawa gadis itu kasar keluar dari ruangannya. Di depan seluruh karyawan kantor, Alvar melepaskan cengkraman kasar hingga Natala nyaris saja terjatuh.

Sontak semua pasang mata mengarah ke Alvar dan Natala. Natala yang menangis dan raut wajah Alvar yang jauh dari kata baik-baik saja. Apa yang dilakukan pasangan suami istri itu di dalam ruangan Alvar? Seharusnya mereka keluar dengan raut wajah penuh kegembiraan bukan kebalikannya.

"Natala Mika Sherina, dengarkan saya baik-baik," tegas Alvar.

"Saya, Alvar Clay Darmendhra CEO dari perusahaan DMD company, dengan ini memutuskan bahwa Natala Mika Sherina dipecat! Dia dipecat secara tidak hormat dan dikeluarkan secara tidak layak!"

Alvar mengucapkan itu lantang, menciptakan raut wajah penuh keterkejutan dari masing-masing karyawan di sana.

"Keenan, buat surat pemecatannya sekarang juga. Saya tidak ingin dia ada di sini! Saya benci dia ada di hadapan saya!"

Keenan menurut. Dengan cepat Keenan menyelesaikan surat pemecatan Natala secara resmi dan dikirim langsung ke email Natala.

Natala memeriksa emailnya. Dia menatap Keenan penuh kekecewaan. Padahal, baru saja Natala menganggap Keenan sebagai orang baik karena mau membantu dia untuk selamat dari Alvar. Tapi kini Keenan membuat dia kehilangan sesuatu yang sudah Natala perjuangkan sungguh-sungguh bertahun-tahun lalu.

"Sekarang kamu keluar dari kantor ini! Sekarang Natala!" bentak Alvar.

"Apa perlu saya yang mengusir kamu? Apa perlu karyawan yang lain yang membawa kamu keluar dari kantor ini? Apa perlu?!"

Natala mengambil barang-barangnya dari meja kerjanya. Dia menatap ruangan kaca tempat dia bekerja. Ruangan manager Natala yang gadis itu dapatkan dengan penuh perjuangan.

"Saya permisi, Pak."

Natala berbalik badan melangkah pergi dari sana hingga teriakan Alvar menghentikan langkahnya.

"Kamu melupakan sesuatu, Natala," lanjut Alvar.

Natala berbalik badan, dia menunggu apa maksud Alvar selanjutnya.

"Keenan ambil benda itu di ruangan saya. Hak untuk karyawan yang dipecat," suruh Alvar.

Keenan mengambilnya cepat. Dia memberi beberapa tumpukan uang ke Alvar. Alvar dengan senyuman penuh kesombongan dan kemenangan berjalan mendekati Natala.

Dia melempar uang itu tepat di depan Natala. Membiarkan uang itu berterbangan dan jatuh di bawah kaki Natala.

"Uang kamu. Diambil ya," ucap Alvar.

Mata Natala memerah, dia menutup matanya membiarkan air mata kembali tumpah. Dengan penuh kebencian Natala melihat punggung Alvar dan Keenan masuk ke ruangan kaca dikelilingi gorden putih.

Segala jenis iris mata itu belum bisa melepaskan tatapannya dari Natala. Mereka memberikan tatapan penuh kasihan dan juga keremehan untuk Natala. Ada juga yang masih tak menyangka bahwa istri dari CEO mereka diperlakukan seperti itu di kantor.

Arsen mendekati Natala yang sedang mengutip uang di lantai.

"Nat—"

Natala menghempaskan tangan Arsen yang hendak menyentuhnya. Gadis itu berdiri setelah uang-uang yang dilempar Alvar sudah dikutipnya.

"Kasih sama Ibu gue, bilang itu uang dari menantunya untuk Ibu berobat. Sampaikan maaf gue ke Ibu karena nggak bisa nemuin dia."

Natala menaruh tumpukan uang di tangan Arsen kemudian dia pergi dari tempat di mana ia disanjung dan dipuja namun kini dia dihina dan dipandang rendah.

Natala tidak pernah merasa sesakit hati ini sebelumnya sampai akhirnya sosok bernama Alvar Clay Darmendhra masuk ke dunianya. Natala percaya, bahwa laki-laki itu benar-benar akan menghancurkan hidupnya.

1
Yusria Mumba
kasiang, natali, sabar
Emy S
jadi bingung SM alur ceritanya
Elok Pratiwi
buruk
Elok Pratiwi
cerita ga jelas ... judul cerita sama isi nya ga nyambung
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!