SECRET MARRIAGE WITH FRIEND'S MOM

"Mama, aku akan ke tempat kerja Arkan." Shaga berdiri dari kursi setelah menyelesaikan makan malamnya.

"Apa? Ke Bar?"

Shaga menghentikan gerakannya, saat perkataan Adelia lolos begitu saja.

"Bagaimana Mama tahu Arkan bekerja di Bar?" Shaga memutar tubuhnya kembali.

"Oh itu--karena Mama pernah bertanya padanya saat dia pulang bekerja," Adelia tidak sepenuhnya berbohong karena dia dan Arkan pernah bertengkar ketika Arkan menyelinap seperti biasa ke kamarnya. Adelia marah karena Arkan pulang jam 4 pagi. Ternyata pemuda itu telah kembali bekerja.

"Pulang kerja? Itu sangat pagi sekali Mama? Bagaimana Mama bertemu dengannya?"

Adelia terjebak sendiri dengan perkataannya.

"Itu, ah sudahlah. Bukankah bagus dia telah bekerja, jadi dia bisa menyewa apartment sendiri, bukan?" Adelia menghindari pertanyaan yang menjebak tersebut.

"Kemungkinan untuk sementara waktu dia masih tinggal di sini, Ma."

Adelia merasa tenang saat Shaga tidak lagi bertanya tentang bagaimana ia tahu Arkan bekerja di Bar.

"Kenapa? Bukankah dia tinggal hanya sampai dia mendapatkan pekerjaan dan ini telah berlalu satu bulan sejak, dia kembali bekerja?" sewot Adelia, baginya lebih baik Arkan tinggal di apartmentnya sendiri. Setiap Arkan menyelinap ke kamarnya. Adelia tidak bisa tidur dengan tenang. Selalu was-was dan takut jika putranya memergoki mereka.

"Sepertinya dia terlibat hutang atau investasi yang salah," jawab Shaga.

Hutang? Wanita iyu teringat saat dia masuk rumah sakit dan Arkan berhutang demi membayar biaya rumah sakit pada temannya yang kaya. Benar-benar pemuda yang sangat boros.

"Aku harus bersiap-siap, Mama mengizinkan aku ke bar bukan?" tanya Shaga lagi untuk memastikannya. Dia tidak ingin jika ibunya kembali masuk rumah sakit gara-gara dirinya.

"Pergi saja, asal jangan mabuk."

Wanita itu melihat putranya melangkah menuju lantai dua. Satu sisi Adelia merasa lega satu sisi khawatir putranya terlalu bergaul dengan Arkan akan membuat dia menjadi boros seperti Arkan.

***

Arkan pulang dari bekerja, Shaga mampir bersama Ryan ke Bar tempatnya bekerja. Bar yang sama, tempat dia pernah bekerja, setelah dipecat kelihatannya Bar tersebut kewalahan dan meminta Arkan kembali bekerja. Shaga sendiri telah pulang pukul 2 pagi. Arkan menuju kamarnya dan mandi setelah itu dia menyelinap ke kamar Adelia. Dia melihat wanita cantik itu tengah tertidur lelap, Arkan menyingkap selimut dan berbaring sambil memeluk Adelia. Pria itu menciumi istrinya dengan posesif, membuat sang istri yang tertidur lelap akhirnya terbangun.

"Kau telah kembali," ujar Adelia dengan suara khas bangun tidur.

"Tentu saja." Arkan masih sibuk mencumbu sang istri. Saat pria itu mulai melepaskan piyama tidur Adelia. Wanita itu langsung duduk.

"Tunggu sebentar." Adelia langsung mengambil botol obat yang ada di nakas, dia menelan satu pil dan meminum air putih.

"Kau masih minum obat?" tanya Arkan, dia heran Adelia selalu mengkonsumsi obat sejak dia keguguran.

"Apa? Oh ini hanya vitamin biasa," jawab Adelia dengan suara sedikit gemetar.

Arkan menjadi curiga.

"Boleh aku juga minta satu? Akhir-akhir ini aku selalu sering merasa lelah." Arkan bersiap meraih pil itu. Namun, Adelia menghalanginya.

"Tidak, kau tidak boleh meminumnya!" Adelia menjauhkan pil itu dari jangkauan Arkan.

"Kenapa?" Arkan menjadi curiga.

"Ini vitamin khusus wanita," jawab Adelia asal. Wanita itu kemudian mencumbu Arkan agar suaminya itu tidak bertanya lagi tentang pil itu. Arkan sendiri tidak tahan dengan godaan Adelia dan melupakan tentang obat itu.

Selesai melakukan kegiatan panas, Arkan memeluk istrinya itu, dia berbisik,

"Apakah sudah ada tanda kau hamil?"

"Hamil?" Tubuh Adelia sedikit bergetar dan Arkan dapat merasakannya. Namun, sayang pria itu tidak dapat melihat wajah istrinya karena posisi Adelia memunggunginya.

"Tentu saja, aku sangat ingin kau segera hamil," lanjut Arkan.

"Bukankah, sebaiknya kita tunda dulu memiliki anak?" Adelia mencoba membujuk Arkan.

"Kenapa harus menundanya? Oh, iya kapan kau akan memberitahu Shaga tentang kita." Arkan duduk dengan menyandarkan tubuh di kepala ranjang.

"Aku belum, siap, bersabarlah," bujuk Adelia, wanita itu masih berbaring dan tidak berani menatap Arkan.

"Apa karena itu, kau tidak mau hamil?" cecar Arkan.

"Oh Arkan, please! Jangan memulai pertengkaran. Sebaiknya aku mandi saja." Adelia turun dari ranjang dan menuju kamar mandinya.

"Sebaiknya kau segera kembali ke kamarmu, sebentar lagi Shaga bangun." Adelia menutup pintu kamar mandi.

Arkan kembali ke kamarnya dan mencoba untuk tidur. Namun, dia merasa heran mereka menikah sudah hampir setahun. Lalu mengapa Adelia belum hamil lagi pasca keguguran. Padahal pertama menikah wanita itu cepat hamil. Kenapa sekarang susah sekali. Padahal Arkan tidak pernah sekalipun memakai alat kontrasepsi. Arkan memang ingin Adelia segera hamil dan memberitahukan tentang pernikahan mereka. Siapa tahu dengan memiliki anak, wanita itu melupakan keinginan untuk menceraikannya.

Arkan kembali teringat percintaan mereka tadi, tidak biasanya Adelia mencumbunya duluan, hanya karena Arkan juga ingin meminum vitamin itu. Arkan memutuskan untuk menyelidiki tentang pil itu.

Arkan terbangun sekitar pukul 10 pagi, pria itu tidak ada kuliah pagi hari ini. Selesai mandi dia keluar dari kamar dan memperhatikan sekitar, dia tahu Shaga dan Adelia telah ke kampus. Arkan mengendap ke kamar Adelia dan mengambil pil tersebut.

Pria itu ke apotik langgananya, dia cukup dekat dengan apoteker apotik itu.

"Hi!" sapa Arkan kepada teman apotekernya, dia seorang wanita berusia 27 tahun.

"Oh, hi Arkan, lama tidak ke sini, apakah stock kondommu habis? Dan tumben stock tersebut tidak cepat habis," cecar Windy, sang apoteker.

"Aku berjumpa wanita menarik akhir-akhir ini," jujur Arkan.

"Benarkah? Semoga dia yang terakhir," kelakar Windy. "Katakan, apa yang kau butuhkan?"

Arkan mengeluarkan botol pil yang biasa dikonsumsi Adelia dan meletakkannya di atas meja.

"Aku ingin tahu, pil apa ini?"

Windy melihat pil tersebut dan membaca kandungan yang ada di botol pil itu.

"Ini pil KB, apa ini pil yang biasa di konsumsi kekasihmu sekarang? Kau tenang saja ini adalah pil bagus. Kekasihmu wanita hebat memilih pil ini," beber Windy.

"Apa? Pil KB?" Pantasan saja Adelia tidak hamil, ternyata dia meminum pil KB.

"Kenapa? Bukankah bagus? Kau tidak perlu repot-repot memakai kondom. Apa karena itu kau juga jarang membelinya." Windy tersenyum mengejek.

"Aku ingin kekasihku hamil, kali ini aku serius." Arkan menatap Windy. Gadis tersebut terkejut, seorang Arkan yang dia kenal playboy dan tidak pernah menjadikan wanita kekasihnya. Namun, sekarang telah berubah, Windy sangat penasaran seperti apa rupa kekasih Arkan ini.

"Jadi kau ingin apa?"

"Aku ingin kau mengubah isi pil ini," sahut Arkan. Windy mengerti, pasti kekasih Arkan belum siap untuk memiliki anak.

"Ah, aku ingat ada vitamin yang mirip dengan pil itu, sebentar aku ambilkan dulu." Windi mengambil botol vitamin tersebut.

Wanita itu membuang pil KB Adelia, dan memasukan vitamin ke dalam botol pil KB Adelia. Kemudian menyerahkannya kepada Arkan. Setelah membayar, Arkan kembali ke rumah, pria itu meletakan botol pil Adelia di tempat biasa. Dia tersenyum puas.

🍒🍒🍒