Aku yang dikhianati sahabat dan suamiku kembali ke masa lalu. Aku tidak ingin memiliki hubungan apapun dengan mereka lagi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sia Masya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10(Pov Dinda)
"Tunggu Dinda! Dinda berhenti."
Dinda keluar dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya. Ia tidak peduli dengan suara Lex yang terus-menerus memanggil serta mengejarnya dari belakang.
"Aku mohon Dinda dengarkan penjelasanku." Lex berusaha mencapai Dinda.
Dan saat akan menyebrang, tiba-tiba saja...,
Brukk
Dinda tertabrak oleh sebuah mobil yang seperti nya sengaja mengarah padanya. Orang-orang berlarian mendekatinya dengan raut wajah yang khawatir. Lex yang juga menyaksikan hal itu berdiri kaku sesaat sebelum akhirnya ia berlari mendekati tubuh Dinda yang tergeletak di tengah jalan dengan darah yang terus keluar dari tubuhnya.
"Dinda bertahanlah, aku akan membawamu ke rumah sakit. Jadi aku mohon kuatkan dirimu."
Lex menggendong tubuh Dinda, membawanya ke dalam mobil. Lex menangis sambil terus menyuruh Dinda untuk bertahan. Bahkan kini darah Dinda ikut menodai pakaiannya.
Pandangan Dinda mulai kabur. Kepalanya terasa sakit dan pusing. Namun setelah itu ia tidak merasakan apapun lagi. Hanya sebuah cahaya putih yang menyelimuti pandangannya.
Mama, papa. Aku merindukan kalian.
Apa aku sudah mati. Sekarang saja aku merasa seperti sedang tidur di atas awan. Apa mungkin ini surga?
Dinda masih memejamkan matanya. Ia masih belum siap menerima dunia baru itu.
"Dinda, Dinda."
Apakah itu suara mama? Mana mungkin mama ada di sini, apa mama syok mendengar kematianku dan meninggal juga?
Huss, buang jauh-jauh pikiran seperti itu. Aku harus berpikir positif. Mama pasti dalam keadaan sehat.
"Dinda kamu bisa terlambat masuk sekolah."
Dinda membuka matanya secara perlahan untuk memastikan sebenarnya apa yang terjadi.
Mama?
Mama Bella sedang membuka tirai kamarnya. Namun, ada sesuatu yang aneh. Wajah mama Bella kelihatan jauh lebih muda dari sebelumnya. Kerutan di wajahnya pun hanya satu dan wajah mama Bella terlihat lebih segar.
"Anak ini malah bengong. Cepat bangun kamu bisa terlambat ke sekolah."
"Ke sekolah? Ngapain ma ke sekolah? Apa ada acara reunian? Kok aku nggak diberitahu?"
"Reunian apaan? Kamu kan baru masuk SMA"
"SMA? Aku kan sudah tamat?"
Dinda menyadari ada kejanggalan yang terjadi saat ini.
Bukankah ini kamar ku dulu sebelum kami pindah. Aku menangis berhari-hari saat ayah memutuskan pindah dan aku harus meninggalkan kamar kesayangan ku ini.
"A,aku umur berapa sekarang ma?"
"Kamu kan 16 tahun, umur sendiri masa lupa. Padahal kita baru merayakan ulang tahunmu seminggu yang lalu."
Apa? Dinda bangkit berdiri lalu melihat ke arah cermin.
Wajahku, tubuhku. Apa ini? Apa aku kembali ke masa 8 tahun sebelumnya.
"Aaaaaaaaaa," Teriak Dinda histeris.
Dinda dan kedua orangtua nya duduk di ruang makan untuk sarapan bersama. Semua makannya disiapkan langsung oleh mama Bella. Mama Bella ingin merayakan hari pertama Dinda masuk sekolah jadi kebanyakan yang disajikan adalah makanan kesukaan Dinda.
Dinda mulai membiasakan diri dengan keadaan saat ini, meskipun dirinya masih mengingat kejadian lalu. Awalnya Dinda mengira ini hanyalah mimpi namun sampai sekarang ia belum juga bangun dari mimpinya itu. Jadi ia harus menerima kenyataan kalau dirinya telah meninggal di usia 23 tahun dan sepertinya ia mengulang kembali waktu.
Mungkin ini adalah kesempatan kedua yang Tuhan berikan padaku, sehingga aku bisa mengubah takdirku. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
"Tuh kan pa, apa mama bilang. Hari ini Dinda bertingkah aneh."
"Bertingkah aneh apa maksud mama?"
"Itu masa saat mama bangunin dia tadi, dia malah menanyakan usianya pada mama. Dia lupa dengan umurnya sendiri pa?"
"Benarkah?" Tanya papa Ferdi sambil menatap Dinda dengan heran.
"Bukan hanya itu pa, dia juga tiba-tiba saja berteriak saat berdiri di depan cermin. Seolah-olah dia kaget melihat dirinya sendiri. Mama pun juga ikutan kaget dibuatnya. Untung saja mama tidak serangan jantung."
"Ah itu Pa, Ma. Aku semalam mengalami mimpi buruk. Dalam mimpiku itu aku meninggal. Aku kira hal itu benar terjadi, makanya aku menanyakan usiaku sama mama. Dan soal cermin itu aku hanya kaget saja, ada cicak di sana dan dengan spontan aku teriak. Hehehe..... Maafin aku ya ma." Kata Dinda berbohong, meskipun sebenarnya itu adalah kisah asli nya di kehidupan sebelumnya.
"Kamu ini ada-ada saja. Lagian mimpi itu cuma bunga tidur jadi jangan terlalu dipikirkan."
"Iya ma."
"Tapi sejak kapan kamu jadi takut sama cicak?"
Aduh aku lupa. Aku kan nggak pernah takut sama hewan begituan, kecuali hewan buas baru aku takut.
"Ah itu ma, aku kan pernah tuh minum kopi lalu ada cicak jatuh ke dalam kopiku, sejak saat itu aku menjadi trauma dan jijik dengan hewan itu." Dinda mencari alasan lain.
"Ya sudah sebaiknya kita berangkat sekarang. lagian kamu sudah selesai makan kan. Dari tadi papa nungguin kamu. Ayo, nanti kamu terlambat lagi pada hari pertamamu."
Dinda dan papa Ferdi berangkat bersama. Papa Ferdi mengantarnya terlebih dahulu. Mobil mereka kini tiba di SMA Swasta Muda Karya. SMA yang akan menjadi pertemuan Dinda, Lex dan Alice. Tapi mulai hari ini, hal itu tidak akan pernah terjadi karena Dinda telah bertekad mengubah takdirnya. Dia tidak akan pernah bertemu dengan mereka lagi.
Sekarang aku lah pemegang kunci di kehidupan kali ini. Aku sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya maka aku akan mengubah semuanya dan mengatur sesuai dengan keinginan ku. Maaf Lex aku nggak akan membiarkan kamu dan Alice mengusik hidupku lagi.
Mulai saat ini aku akan membuat cerita versi ku sendiri.
ansk perempuan klu pacaran RUSAKKKK.