Namaku Tiara Putri Mahesa, aku menikah dengan seorang Pria bernama Rio Anggara. Seorang pemuda sukses berjabatan Manager di Perusahaan Besar, dia sangat mencintaiku. Namun sikap dan sifatnya lambat laun berubah, dia menafkahiku dengan tidak layak, bahkan kerab tidak memberiku nafkah. Padahal Tugas Seorang Suami memberi Nafkah Lahir dan Batin Terhadap Istrinya. Tak jarang aku pun bagai seorang pengemis yang harus berkali kali mengiba meminta hakku. Namun kesabaranku seolah di injak injak dengan perbuatannya di belakangku, lelah dengan kesabaran yang tak pernah di hargai. Akhirnya aku Berontak dan Mundur.
Bagaimana kelanjutan kisahku? Yuk baca kisahku
Happy Reading❤️🔥
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cillato, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Struk Belanja Tas Branded
Pagi ini aku terbangun, seperti biasa aku selalu mengerjakan pekerjaan rumah sebelum berangkat tuk bekerja. Dari menyiapkan sarapan, serta menyiapkan kebutuhan mas rio untuk bekerja.
Hari ini, aku izin kepada kak bintang untuk libur kerja satu hari. Tiba tiba tadi pagi aku merasa kurang enak badan, mungkin karena efek semalam. Aku kurang tidur, karena terus memikirkan kejadian itu.
Masih terngiang ngiang tentang tanda merah di dada mas rio kemarin malam, rasa sesak pun kembali hadir. Cepat ku tepis perasaan itu agar tak mengacaukan konsentrasiku, aku harus mendapatkan bukti terlebih dahulu jika benar mas rio mengkhianatiku.
Saat pekerjaan rumah sudah selesai aku pun gegas masuk ke kamar berniat untuk membangunkan mas rio, tapi tak ku dapati mas rio diranjang. Ada suara gemericik air di kamar mandi, pertanda bahwa mas rio sedang membersihkan diri.
Ku siapkan pakaiannya untuk bekerja, lalu aku pun kembali melangkah kedapur untuk menyiapkan sarapan untuk mas rio.
"Mas, sarapannya sudah siap". Ku panggil mas rio untuk segera sarapan bersama
Terdengar langkah kaki mendekat
"Iya ra, kamu istirahat aja ya. Wajahmu pucat sekali, apa mau mas anterin ke dokter untuk periksa?". Ucapnya yang sok perhatian padaku
"Enggak usah mas, nanti juga sembuh sendiri. Mungkin aku hanya kelelahan saja mas".
Iya mas aku kelelahan, lelah dengan keadaan seperti ini ucapku dalam hati.
"Beneran ra, gk mau mas anter. Yaudah kalau gitu kamu juga habis makan jangan lupa minum obat biar mendingan". Ucapnya lagi padaku
"Iya mas, nanti setelah ini aku akan minum obat lalu istirahat". Jawabku
"Oh ya ra, nanti mas pulang kerja mau mampir kerumah teman lama dulu. Teman SMA mas, udah lama gk ketemu".
"Hemm iya mas". Ucapku seraya memutar bola mata dengan malas, entah kenapa akhir akhir ini aku seperti tidak bisa mempercayai perkataannya.
"Ya sudah kalau gitu mas berangkat dulu ya".
Muacchh.. (mencium keningku)
Ku raih tangannya, ku cium tangannya dengan takzim.
Ku dengar deru mesin mobil mas rio meninggalkan pekarangan, ku bersihkan alat makan yang tadi kami gunakan.
Setelah semua selesai, lalu aku pun masuk ke dalam kamar. Ku bereskan kamar ini yang memang dalam keadaan berantakan dan belum ku rapihkan.
Saat tengah mengambil baju kotor mas rio yang berserakan diatas ranjang usai dipakainya kemarin malam, tiba tiba sesuatu jatuh dari balik kemeja mas rio.
Aku pun mengambil kertas tersebut, mataku memicing membaca tulisan di kertas tersebut.
Kertas apa ini?
Struk belanja dari sebuah mall besar di kota ini?
Struk Tas Branded?
Siapa yang membeli Tas Branded?
Kenapa struk ini ada di balik kemeja mas rio?
Ada banyak macam pertanyaan yang berputar putar di otakku.
Dan yang membuatku syok, harga nominal yang tertera seratus dua puluh juta, Wow aku speechless tak bisa berkata kata..
Mendadak kepalaku terasa pusing, kupejamkan mata kuambil nafas sebanyak banyaknya lalu ku buang perlahan.
Apa mas rio memberikan tas branded ini kepada ibu? Tapi sepertinya tidak mungkin
Atau mas rio membelinya untuk mbak manda, bisa jadi sih tapi apa iya semahal itu? Fikirku masih menerka nerka.
Hatiku berdesir, sesak rasanya dadaku. Bagaimanapun tentunya aku merasa iri dengan hal ini, bagaimana tidak? Semenjak menikah mas rio tak pernah membelikan aku sesuatu.
Ku simpan saja struk belanja ini, mungkin suatu saat aku membutuhkannya. Struk ini bisa menjadi bukti, Kuhapus air mata yang sudah jatuh menetes, entah kapan air mata ini jatuh dengan sendirinya. Lantas akupun meneruskan merapikan kamar tidurku.
Malampun telah tiba, mas rio sudah berada dirumah. Tumben sekali dia betah berada dirumah, biasanya kakinya sudah gatal pergi entah kemana.
Kubaringkan tubuhku diatas ranjang, aku pun membuka hp.
Degg..
Loh hari ini kan tanggal lima, dua hari yang lalu berarti mas rio sudah gajian. Tapi kenapa sampai saat ini mas rio tidak memberikan aku uang bulanan seperti biasanya ya?
Apa mas rio lupa?
Aku pun mengecek kembali tanggal yang tertera di ponselku, dan benar hari ini memang tanggal lima.
Akan ku tanyakan ini pada mas rio, siapa tahu mas rio memang lupa memberikannya.
"Mas, mas rio" kupanggilnya mas rio dari dalam kamar
Mas rio pun memasuki kamar
Ceklekk..
Terlihat mas rio didepanku
"Mas, sekarang sudah tanggal lima. Dua hari yang lalu kamu udah gajian kan. Mana uangnya mas, apa mas belum gajian?". Tanyaku padanya
"Eemm.. anu ra, uangnya mas pakai dulu soalnya ada keperluan yang mendesak". Ucap mas rio
Keperluan yang mendesak apa? Aku tahu, mas rio pun tak memiliki hutang, lalu keperluan mendesak apa??.
"Tapi mas, ini kan sudah kewajiban kamu menafkahi aku. Itupun uangnya juga kembalinya ke kamu kok. Lalu belanja kebutuhan sehari hari pakai apa kalau kamu gk kasih uang belanja?". Ucapku dengan nada agak kesal
Mas rio terdiam, nampak tengah memikirkan sesuatu
"Yaelah ra, bantu mas dong. Lagian kamu kan kerja. Juga dapat gaji kan, gajimu itu untuk keperluan rumah sehari hari". Ucapnya enteng tanpa rasa bersalah
Aku mengerutkan dahi, mendengar perkataan mas rio itu. Dengan santainya dia berbicara seperti itu kepadaku
"Ya gak bisa gitu dong mas, itu sudah kewajibanmu menafkahi aku. Masa sekarang kamu malah tidak mau memberi kan ku uang nafkah..". Ucapku
"Bukannya gk memberi, toh kamu juga bekerja. Emang uang gajimu mau kamu apakan ha?, Udahlah pokoknya mulai hari ini keperluan rumah dan kebutuhan sehari hari pakai uang gajimu titik". Ucap mas rio dengan lantang, lalu beranjak pergi dari kamar
Astagfirullah, aku hanya bisa beristigfar mengelus dada.
Bagaimana bisa mas rio berfikir seperti itu, ada rasa sesak yang timbul didada saat mengingat hal itu.
Bukankah tugas suami menafkahi istrinya itu adalah suatu kewajiban?
Lalu apa yang dilakukan mas rio ini?
Aku kembali mencerna ucapan mas rio, mas rio punya keperluan apa sampai tega teganya tidak memberikanku nafkah?
Aku teringat kembali tentang struk belanja dari mall tadi, yang ku temukan di kemeja mas rio.
Apa jangan jangan uangnya dibelikan tas branded itu?
Lantas tas untuk siapa?
Secara mas rio tidak pernah membelikanku apa apa.
Diberikan ke pada ibu? sepertinya tidak mungkin ibu memakai barang mewah hingga ratusan juta, toh juga gk berguna buat ibu.
Diberikan mbak manda? Sudah pasti akan selalu dipostingnya di sosial medianya untuk ajang pamer.
Lalu untuk siapa? Fikiranku menerka nerka, menerawang apa saja yang dilakukan mas rio di belakangku.
Aku tidak bisa tinggal diam lagi, aku harus mencari tahu dan menyelidiki semua ini. Sudah dua hal yang membuatku curiga, yang pertama tentang tanda merah pada bagian dada mas rio, dan yang kedua struk belanja tas branded hingga ratusan juta ini.
Aaarrggghhh..
Semua ini membuatku ingin berteriak, tentu benar benar sangat membuatku kefikiran.
usulnya