Sudah tiga bulan Kinara merasakan perubahan pada sang suami. Suaminya seperti tak berhasrat ketika bersama-nya. Merasakan perubahan sang suami yang sangat signifikan, diam-diam Kinara pun mencari tahu apa yang menyebabkan suami-nya berubah. Dan ternyata...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_Les, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DLHS 10
Halaman Belakang.
Sesampainya di halaman belakang, barulah Rangga menjawab telepon dari nomor tak dikenal itu.
"Halo..." jawab Rangga.
"M-m-mas... ka-ka-mu bi-sa ke-sini gak? A-a-aku ada di kli-nik Kasih Ibunda de-ket apartemen." ucap Erika dari seberang telepon dengan suara yang terbata-bata seperti orang kesakitan.
Rangga yang mau marah karena Erika menghubunginya ke ponsel utama jadi mengurungkan niatnya untuk marah. Yang ada sekarang Rangga malah cemas mendengar suara Erika yang seperti itu.
"Kamu ngapain disitu?" tanya Rangga.
"Pe-pe-perut aku tadi ke-jang Mas makanya aku kesini, aku takut anak kita kenapa-kenapa." jawab Erika.
"Terus bidannya bilang apa?" tanya Rangga.
"Bidannya bilang mungkin karena aku stres, Mas makanya perut aku jadi kejang." jawab Erika.
"Kamu bisa kesini kan Mas? Siapa tau aja kalau di elus Papa-nya perut aku jadi gak sakit lagi." rengek Erika.
"Sekarang masih sakit?" tanya Rangga.
"Sedikit. Kadang kejangnya dateng, kadang hilang." jawab Erika.
"Ya udah, aku kesana. Kamu jangan kemana-mana sebelum aku dateng, oke." jawab Rangga.
Setelah itu Rangga pun menutup teleponnya.
"Kalau aku antar Nara pulang dulu terus ke klinik bakalan makan waktu tapi kalau aku tinggal Nara disini, alasan aku apa?" lirih Rangga pelan namun masih bisa di dengar Mama Rena yang tanpa Rangga sadari sejak dari mendengar kata-kata Rangga.
"Kamu lagi nyari alasan apa?" tanya Mama Rena.
Sontak Rangga pun menoleh ke belakang.
"Mama..." pekik Rangga.
"Perempuan itu kan yang baru nelpon kamu?" tanya Mama Rena dan di jawab dengan anggukkan kepala oleh Rangga.
"Perut Erika kejang, dia ada di klinik dekat apartemen. Rangga harus kesana Ma, Rangga takut terjadi apa-apa sama kandungannya Erika." ucap Rangga.
"Ya bagus lah kalau kenapa-kenapa! Kalau perlu keguguran sekalian!" balas Mama Rena.
"Mama! Mama kok ngomong gitu! Kalau anak yang di kandung Erika itu memang anak Rangga gimana?!"
"Ma, Rangga titip Nara dulu yah, nanti Rangga balik lagi jemput Nara." izin Rangga.
"Mama ikut!"
"Ya gak bisa dong Ma! Kalau Mama ikut nanti Nara curiga." tolak Rangga.
"Rangga gak lama kok Ma, sebentar aja." kata Rangga lagi.
"Tapi-"
"Please Ma. Yang Rangga khawarin cuma anak Rangga aja Ma, gak ada yang lain." mohon Rangga sambil menggenggam tangan Mama Rena.
Mama Rena menghela nafasnya kasar. Melihat sorot mata Rangga yang sangat khawatir, Mama Rena jadi tidak tega. Mungkin karena Rangga sangat mengidamkan seorang anak makanya meski belum tahu pasti anak yang di kandungan Erika itu anaknya atau bukan, Rangga tetap menganggap anak yang di kandungan itu adalah anaknya.
"Ya udah, pergilah. Jangan lama-lama! Sebelum jam delapan kamu harus udah jemput Nara!" jawab Mama Rena memberi izin.
Rangga pun beranjak dari halaman belakang dan masuk keruang tengah.
"Sayang, aku ada pertemuan urgen banget, kamu disini dulu yah, nanti aku jemput." izin Rangga.
"Pertemuan urgent apa, Mas? Memangnya siapa yang nelpon tadi?" tanya Nara.
"Nanti aja aku jelasin. Sekarang aku harus pergi." jawab Rangga.
"Kamu lama gak perginya, Mas?"
"Gak tau juga. Tapi aku usahain jam delapan aku udah jemput kamu." jawab Rangga.
"Aku pergi yah." pamit Rangga. Cup. Lalu mengecup puncak kepala Nara.
"Mas, aku pergi dulu yah. Titip istri Rangga, Mas." pamit Rangga pada Rafka.
"Hati-hati kamu." balas Rafka.
Nara hanya menghela nafasnya kasar. Entah kenapa feelingnya mengatakan ada sesuatu yang tidak beres, tapi dia tidak berani menebak-nebak apa yang tidak beres itu.
💋💋💋
Klinik Kasih Ibunda.
Sementara di klinik, setelah menelpon Rangga, Erika berjalan menghampiri bidan yang berjaga malam itu. Ia berjalan biasa saja, tidak seperti yang ia adukan pada Rangga kalau perutnya kejang.
"Bu bidan, nanti kalau suami saya dateng, tolong bilang seperti yang saya bilang tadi yah." ucap Erika.
"Siap Bu." jawab bidan itu.
"Kalau gitu, ranjang yang mana yang bisa saya pakai?" tanya Erika lagi.
"Mari saya antar." Bidan itu pun mengantar Erika menuju bilik rawat.
"Ibu bisa pakai ranjang yang ini." ucap bidan itu.
"Makasih yah Bu bidan." ucap Erika.
"Sama-sama Bu." balas bidan itu. Setelah itu, bidan itu pun pergi dari bilik rawat Erika.
Setelah bidan itu pergi, Erika pun berbaring diatas ranjang lalu senyum-senyum sendiri membayangkan kalau rencana-nya untuk membuat Rangga kembali menyetubuhi-nya malam ini berhasil.
Saat datang ke klinik tadi, Erika mengatakan kalau saat ini dirinya sedang ngidam ingin membuat panik suaminya dan meminta bantuan para bidan yang ada disana untuk memenuhi ngidam yang ia buat-buat itu.
Kebetulan bidan-bidan yang berjaga malam itu adalah bidan muda yang belum menikah. Mendengar ngidam aneh-nya Erika, awalnya bidan-bidan itu menolak membantu Erika, tapi setelah melalui proses bujuk rayu yang lumayan panjang, akhirnya para bidan itu pun mau membantu Erika memenuhi ngidamnya.
💋💋💋
Bersambung...
cepet sehat nara... biar ada tenaga buat benyek2in suami kamu...