Viona mendapati sang mama yang tiba-tiba menikah lagi tanpa persetujuan darinya, membuat gadis itu menolak tegas dan menentang pernikahan itu. Ia yang awalnya sangat membenci ayah barunya karena usia sang ayah tiri jauh lebih muda dari ibunya, kini justru kepincut ayah tiri nya sendiri. Yuk kepoin bagaimana ceritanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arish_girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
"Vio... !!" pagi pagi sudah terdengar suara Sisil yang datang ke rumah Viona.
Pagi itu Sisil datang untuk meminta maaf atas kejadian semalam. Sisil mendapatkan kecaman dari orang-orang suruhan Steven karena telah ketahuan sedang berpesta di rumah Alex. Tanpa ia ketahui sebenarnya pesta itu adalah pesta minuman Terlarang yang sengaja dibuat oleh Alex. Untung saja orang-orang suruhan Steven tidak membawa Sisil dan teman-temannya ke dalam sel tahanan, mereka hanya diberikan peringatan agar tidak lagi mengulangi kejadian yang sama.
"apaan sih, Sisil. Pagi-pagi udah datang bertamu, kayak lo kurang kerjaan, sungut Fiona merasa kesal begitu mendapati Sisil sudah masuk ke dalam kamarnya.
"Vio, bangun dong."kata Sisil membangunkan Fiona.
"iya, gue udah bangun. Berisik lo!" sahut Fiona dengan rasa malas.
"gue mau bersih-bersih dulu mending lu tungguin gue di bawah." ucap Viona.
"oke, gue tunggu di bawah." kata Sisil.
Sisil akhirnya keluar dari kamar Viona untuk memberikan Fiona waktu sebelum akhirnya mereka bersama. Sisil turun ke lantai bawah, di sana dia sudah melihat Steven sedang duduk di ruang keluarga sambil menikmati gorengan. "Selamat pagi om!" sapa Sisil dengan senyum semanis mungkin.
"Selamat pagi Sisil," sahut Steven datar.
"Boleh gabung nggak, Om?" tanya Sisil.
"Boleh, silakan! Ini juga ada gorengan, kamu bisa mengambilnya kalau kamu suka." ujar Steven.
Sisil merasa sangat senang, Ia mendapatkan kesempatan untuk bisa lebih dekat dengan ayah tiri Fiona, dengan langkah Anggun, Sisil berjalan mendekati sofa dan duduk di samping Steven. Sisil mengangkat satu kaki bertumpu pada kaki lainnya sedikit menarik rok Mininya ke atas agar pahanya yang mulus dan cantik bisa terlihat dengan jelas di samping Steven. Sengaja, Sisil ingin menarik perhatian duda Tampan itu. Tak hanya itu juga, Sisil terlihat mengobrol begitu dekat dengan Steven.
"Om, buat sendiri gorengannya atau beli?" tanya Sisil sok akrab.
"aku hanya beli mentahnya saja, aku menggoreng sendiri tadi pagi." sahut Steven.
Sisil mengangguk, Mencoba memahami. kemudian Alangkah terkejutnya Sisil begitu Steven tiba-tiba menjulurkan gorengan di hadapan mulutnya. Sisil terkejut saat tangan itu berusaha menyuapinya makan gorengan. Dengan tersipu malu, Sisil pun akhirnya membuka mulutnya.
"ah ah hem hem hem...!! gorengannya enak, Om. Sangat gurih dan lezat, apalagi ada orang setampan Om yang menyuapi Sisil, gorengannya jadi tambah lezat dan nikmat." kata Sisil dengan tersenyum simpul. Tawanya renyah seakan ingin memikat.
"Kamu suka?" tanya Steven.
Sisil mengangguk pasti, tentu saja Gadis itu sangat, suka Apalagi ada duda tampan yang sedang menyuapinya makan. Sisil merasa dunia seakan milik berdua, yang lain hanya ngontrak. Bahkan Ia jadi lupa bahwa tujuannya datang ke rumah itu adalah untuk meminta maaf sama Viona sekaligus ingin mengajaknya jalan-jalan mumpung Hari ini adalah hari libur.
Namun kebahagiaan Sisil saat berdekatan dengan Steven seakan hanya terbatas waktu, karena tiba-tiba Viona datang. "ngapain kamu, Sisil, Duduk dekat-dekat seperti itu!" sungut Viona terlihat kesal. Dengan kasar Fiona menarik Sisil bergeser ke samping, sedangkan ia sendiri duduk berada di tengah-tengah antara Sisil dan Steven.
"Lho kok begini?" tanya Sisil keheranan.
"biarin, gue nggak suka elu deket-deket sama...." Fiona tidak jadi mengucapkan kalimatnya, selama ini Viona sendiri tidak pernah menyebutkan Steven sebagai ayah maupun Om, karena jika Viona menyebutnya sebagai ayah, Fiona merasa tidak pantas karena secara batin Viona sangat menyukai pria ini sedangkan jika Viona memanggilnya Om, Ia juga merasa malu karena Viona tidak pernah menganggap pria ini sebagai Omnya. Fiona menginginkan pria ini sebagai kekasih hatinya.
"Ah, curang lu! masak begitu saja nggak boleh, boleh dong, bokap lu kan sekarang udah jadi duda, jadi boleh dong gue PDKT." sungut Sisil tak kalah lebih pedas dari Fiona.
"nggak! Nggak boleh, lu datang ke sini tujuannya untuk menemui gue, bukan? kalau begitu ayo kita pergi." sentak Fiona.
Entah mengapa Fiona merasa sangat kesal begitu melihat Sisil sedang dekat-dekat dengan Steven Ayah tirinya, ada perasaan tidak rela yang Viona rasakan. Mungkin bisa dikata, Ia cemburu saat melihat Sisil dekat dengan ayah tirinya.
"Vio, Sudahlah! kamu tidak perlu marah-marah, kamu juga boleh kok gabung di sini bersama kita." sahut Steven seakan tidak menyadari perasaan Viona yang saat ini sedang dilanda cemburu.
"bodoh! lu Dan Kita itu berbeda generasi, mana nyambung elu sama kita jika bersama?" Tolak Fiona dengan kata-kata yang pedas, sebenarnya Fiona sendiri merasa malu untuk mengakui perasaannya karena ia sudah pernah ditolak oleh Steven hanya karena alasan bahwa dia adalah anak dari mendiang istrinya.
"Ya sudah kalau begitu, Pergilah kalian! tapi ingat, kejadian semalam Jangan sampai terulang lagi atau kalian akan dibawa Satpol PP ke sel tahanan. Sebagai seorang perempuan seharusnya kalian memilah dan memilih di mana dan yang mana teman yang baik untuk kalian." pesan Steven pada Sisil dan Fiona, atau jika seandainya tadi malam aku tidak datang tepat waktu, maka kalian semua akan digiring ke kantor polisi." ujar Steven.
Fiona dan Sisil terdiam, mereka semua menyadari kesalahannya bahwa semalam Memang mereka tidak mengetahui bahwa pesta yang mereka hadiri adalah pesta yang dilarang. Pikir mereka itu adalah pesta hanya untuk merayakan kemenangan Alex saat balapan.
Sisil dan Fiona akhirnya memutuskan untuk pergi ke taman ditemani juga oleh Steven yang mengantarkan mereka.
"Om, Aku mau es krim itu." kata Sisil begitu mereka sudah sampai di taman.
"Baiklah, aku panggilkan!" kata Steven yang kemudian memanggil tukang es krim itu agar mendekat.
"Vio, kamu mau?" tanya Steven menawarkan es krim.
"ogah, gue bukan anak kecil yang suka makan es krim." sahut Fiona dengan suara Ketus. Entah mengapa Fiona merasa kesal melihat kedekatan Sisil dan Steven.
"Oh ya sudah, kalau tidak mau." sahut Steven
Akhirnya Steven membeli dua congor es krim—satu untuk dirinya, satu lagi untuk Sisil. Mereka duduk bersebelahan, sama-sama menyantap es krim dengan nikmat, sementara Fiona hanya menatap mereka dengan tatapan penuh iri dan kesal yang tak bisa disembunyikan.
“Om, coklat itu enak, ya?” tanya Sisil, matanya tak lepas dari sudut mulut Steven yang sibuk mengunyah es krim rasa coklat.
“Enak banget! Kamu belum pernah coba?” jawab Steven santai, dengan senyum mengembang.
Sisil menatap es krim vanilanya, lalu dengan lembut menjilatinya sambil membalas, “Aku lebih suka vanila.” Suaranya terdengar manis tapi ada maksud terselip di balik tatapannya. Ia ingin lebih dekat, ingin mencuri perhatian pria yang sudah lama melajang itu.
“Boleh aku coba nggak, Om?” tanyanya dengan nada genit, seolah sengaja membuka peluang."
Steven tertawa kecil, menyunggingkan senyum penuh kehangatan, "Boleh, emang kamu gak jijik, ini kan bekas ku?" Tanyanya heran.
“Kok bisa jijik? Wong pemiliknya ganteng banget, masa iya jijik?” batin Sisil menjawab polos, tapi dalam hatinya berdebar, “Ya nggak lah, Om. Aku kan nggak bisa jijik sama yang punya.” ucapnya malu malu.
“Ya sudah, sini coba,” kata Steven, sambil menjulurkan es krim coklatnya ke hadapan Sisil. Sisil tersipu malu, tapi tangan mungilnya meraih es krim itu dengan hati-hati. Ia mengulum bibirnya perlahan, lalu mengecap lembut es krim dingin yang manis dan lembut itu. “Ham ham ham! Enak banget, Om!” serunya dengan mata berbinar.
Dalam momen sederhana itu, ada kedekatan yang perlahan tumbuh, sebuah kehangatan baru di hati Sisil yang tengah berusaha merangkai cerita bersama pria pujaannya.
Fiona, di sudut sana, menelan cemburu yang membakar dada, menyadari bahwa pertarungan hati ini baru saja dimulai. Fiona tidak suka saat melihat ayah tirinya dekat dengan sahabatnya.