NovelToon NovelToon
Ya, Aku Akan Pergi Mas Kapten

Ya, Aku Akan Pergi Mas Kapten

Status: tamat
Genre:Poligami / Selingkuh / Kehidupan Tentara / Penyesalan Suami / Tamat
Popularitas:836.8k
Nilai: 4.8
Nama Author: Hasna_Ramarta

Bismillah karya baru,

Sudah tiga tahun Elyana menikah dengan Excel Damara, seorang Perwira menengah Angkatan Darat berpangkat Kapten, karena perjodohan.

Pernikahan itu dikaruniai seorang putri cantik yang kini berusia 2,5 tahun. Elyana merasa bahagia dengan pernikahan itu, meskipun sikap Kapten Excel begitu dingin. Namun, rasa cinta mengalahkan segalanya, sehingga Elyana tidak sadar bahwa yang dicintai Kapten Excel bukanlah dirinya.

Apakah Elyana akan bertahan dengan pernikahan ini atas nama cinta, sementara Excel mencintai perempuan lain?

Yuk kepoin kisahnya di sini, dalam judul "Ya, Aku Akan Pergi Mas Kapten.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32 Pertemuan Elyana dan Excel

     "Terimakasih Arman ucapannya. Tentu saja keponakan kami sangat sedih. Padahal dia baru sebulan yang lalu pulang dari Kalimantan, setelah delapan bulan berjauhan dengan istrinya yang sedang mengandung. Namun, takdir berkata lain. Sebulan sebelum bisa melihat anaknya, calon anak dan istrinya justru diambil sang Khalik," balas Pak Erik setelah beberapa menit hening.

    "Kami turut prihatin dan sedih, semoga saja keponakanmu, bisa tabah dan kuat," balas Pak Arman. Sejenak suasana kembali seakan ikut berduka atas kabar duka yang dialami keponakan besannya Pak Arman dan Bu Elis. Bu Elis tiba-tiba muncul sembari menenteng baki, yang di atasnya air minum dan kue bolu yang masih hangat.

     "Silahkan Pak Erik, Bu Gina, dicicip bolu ketan dan pisangnya. Mumpung masih hangat. Kebetulan aku tadi sengaja membuat bolu ini untuk cemilan anak ...." Pak Arman menyenggol lengan istrinya yang hampir keceplosan.

     "Ya ampun, kamu ini, repot-repot saja Elis." Bu Gina merasa tidak enak. Alih-alih merasa tidak enak, Bu Gina pada akhirnya meraih satu potong bolu ketan yang masih hangat. Karena dia sudah tidak tahan dengan wanginya.

     "Wah, ini enak banget, kamu memang pandai membuat bolu sejak dulu." Bu Gina memuji bolu ketan buatan Bu Elis.

     "Sebetulnya aku itu sudah memberitahu Excel untuk mengajak Elyana dan Nada, tapi kata Excel Nada sedang kurang sehat, sehingga kalau ikut, khawatir tambah parah sakitnya," lanjut Bu Gina, mengungkit kembali Elyana dan Nada yang tidak ikut atau diajak, sembari mengunyah bolu ketan yang diambilnya tadi.

     Bu Elis dan Pak Arman saling lempar tatap, lalu dengan cepat beralih pada besannya. Namun, Pak Arman tersenyum kecut sebelum melanjutkan obrolannya.

     "Silahkan. Kalian cicipi. Mumpung ada di sini. Ayo, Nak Excel, cicipi bolu buatan mertuamu. Nanti, setelah ini, Nak Excel tidak bisa mencicip lagi bolu ini, lho," ucap Pak Arman mempersilahkan, diimbuhi kalimat akhiran yang sedikit janggal.

     "Pasti masih bisa menikmatinya Pak Arman. Anakku tentu saja akan kembali ke sini, setidaknya enam bulan sekali. Iya, kan, Cel?" tukas Bu Gina sembari menatap ke arah Excel.

     "Maksud aku, kalau sudah kembali ke kota, Nak Excel tentu saja tidak akan pernah merasakan kembali kue bolu buatan istriku," sambungl Pak Arman menyergah dengan cepat. Padahal di dalam hatinya hanya ingin tahu seperti apa reaksi Excel diberikan sindiran-sindiran seperti itu.

     "Iya betul sekali, setelah ke kota, Excel tidak akan menemukan bolu buatanmu," sambung Bu Gina.

     "Tidak apa-apa. Di kota juga masih banyak bolu-bolu sejenis seperti ini. Excel tidak akan merasa kehilangan rasa bolu seperti ini. Kalau bolu buatan istriku, hanya bolu kampung." Pak Erik merendah. Sesungguhnya lagi-lagi dia hanya menyindir Excel, dia ingin tahu sikap Excel.

     "Iya, Pak. Tapi, bolu buatan Ibu, bagi Excel sangat enak, tidak ada yang lebih enak dari buatan Ibu. Kalau yang dijual di toko-toko di kota, rasanya beda dan bahannya kurang." Excel menanggapi serius, dia benar-benar membahas tentang bolu.

     Pak Arman tersenyum simpul. Dia merasa Excel bodoh, tidak bisa mengartikan bahasa sindirannya.

     "Bagaimana pekerjaannya Nak Excel. Apakah lancar saja?" Pak Arman mengalihkan topik pembicaraan.

     "Alhamdulillah, Pak."

     "Bagus itu. Kalau pekerjaan baik-baik saja. Bapak yakin kehidupan yang lain-lainpun baik-baik saja. Namanya orang tua, selalu berharap segala aspek kehidupan anak dan menantu, selalu dalam keadaan baik-baik saja, betul bukan Erik?" Pak Arman mengalihkan tatap pada Pak Erik.

     "Tentu saja, Arman. Itu benar sekali."

     "Assalamualaikum." Suara salam sejenak mengejutkan semua termasuk Excel. Pintu yang sudah sejak tadi terbuka, langsung dimasuki dua orang perempuan dan satu bocah kecil yang dipangku. Mereka Elyana dan adiknya yang baru pulang dari pasar malam.

     Tadi, saat di depan, Elyana sudah melihat mobil Excel dan mertuanya. Sebentar dia terkejut, bahkan ingin sekali berlari. Namun Elida segera memberi saran supaya dihadapi saja dengan elegan.

     "Tapi, gimana dengan Nada, mbak tidak mau papanya Nada merebut Nada dari mbak?" risau Nada.

     "Tenang saja Mbak, kami, aku dan orang tua kita, tidak akan membiarkan Nada diambil suami Mbak. Aku akan bertaruh nyawa jika Mas Excel memaksa membawa Nada," balas Elida peduli.

     Itulah beberapa obrolan antara Elyana dan Elida tadi di depan, setelah mengetahui mertua dan suami Elyana datang ke rumah.

     "Waalaikumsalam." Kompak mereka menjawab.

     "Elyana, Nada, kalian di sini? Kalian menyusul? Ya ampun, kenapa kalian menyusul, bukankah kata Excel, Nada sedang tidak enak badan?" kejut Bu Gina menatap Elyana lalu menghampirinya.

     "Nada sakit?" seru Elyana sembari menjauh, matanya menatap tajam pada Excel yang bangkit dari duduknya dengan wajah kaget lalu perlahan pias.

     "Elyana, kalian di sini?" ucap Excel tidak percaya.

     "Papaaaaa. Nda pengen Papaaaa," teriak Nada sembari berontak ingin turun, tapi Elyana menahannya karena ia takut Nada diambil Excel.

     "Papaaaaa." Nada menjerit lagi, dia ingin segera merangkul Excel. Tapi, lagi-lagi Elyana menahannya.

     Pak Arman menoleh ke arah Elyana, memberi kode supaya Elyana membiarkan Nada turun dan menghampiri papanya. Awalnya Elyana ragu, tapi karena desakan kedua orang tuanya, Elyana melepaskan Nada.

     Sementara Bu Gina kembali ke samping suaminya yang masih bengong dan bingung dengan apa yang dilihatnya saat ini.

     "Papaaaa." Nada meraih tangan Excel lalu merangkulnya. Excel pun demikian, dia begitu kangen dengan Nada. Bagaimanapun dia sangat menyayangi gadis kecilnya.

     "Excel, katakan, apa sebenarnya yang terjadi?" sentak Bu Gina sembari menatap Excel tajam.

     "Apakah kamu berbohong, kamu katakan Nada sedang tidak sehat, tapi ternyata mereka di sini? Katakan, kenapa kamu tidak jujur?" Kini giliran Pak Erik yang mencecar Excel. Excel hanya diam, sebagai suami dan anak saat ini dia benar-benar tidak berkutik.

     "El, katakan, apa yang sebenarnya terjadi? Mama mohon, ceritalah. Kenapa kamu tidak bicara terus terang sama mama?" Bu Gina menghampiri Elyana, meskipun Elyana sempat menghindar.

     "Elya, hanya ingin pergi, Ma. Karena Mas Excel tidak mengharapkan Elya. Dan kenapa Elya pergi lalu tidak memberitahu Mama atau Papa Erik, karena Mama dan Papa Erik tidak percaya kalau pernikahan kami memang tidak tercatat di kedinasan," tutur Elyana.

     "Ya Allah. Excel. Kamu buat keluargamu sendiri bercerai berai seperti ini? Mama tidak terima, kurang ajar kamu," geram Bu Gina beralih pada Excel dan marah.

     "Mama, tahan. Ada Nada, tolong amarahnya ditahan," bujuk Pak Erik. Bu Elis dan Pak Arman terkejut, karena mereka baru yakin kalau besannya tidak tahu kalau Excel ternyata sudah berbohong dan tidak mendaftarkan pernikahannya ke kedinasan.

     "Elida, ambil Nada. Bujuk dia," suruh Pak Arman. Elida menghampiri Excel dan merayu Nada agar mau dibujuk dan dibawanya.

     "Mas, aku bawa dulu Nada," ucap Elida seraya meraih tangan Nada.

     "Nada Sayang, ayo kita buka belanjaan Nada tadi. Ada boneka kesukaan Nada yang belum dibuka. Ayo," bujuk Elida sebisa mungkin.

     "Nda pengen sama Papaaa." Nada menolak.

     "Sebentar, Sayang. Papanya Nada masih di sini, malah akan tidur di sini. Benar, kan?" Elida menoleh ke arah Excel.

     "Tentu saja, Excel akan menginap di sini," timpal Pak Erik. Elyana terhenyak, hatinya menolak. Dia tidak mau Excel menginap. Jangankan menginap, melihat Excel di sini saja sudah jengah.

1
guntur 1609
hahahah makanya dikunci. bingung aku memikitkanya
guntur 1609
dasar kalian egois semunay
guntur 1609
dasar rafka. raja drama
guntur 1609
alasan sj rafka
guntur 1609
hahah kau dukunglag si rafka tu.
guntur 1609
dasar rafka. ada ja alasanya
guntur 1609
mantannya Exel. tu ya cewek yg kau sukai babang rafka
guntur 1609
radain kau kan kau selingkuhi elyana. akhirnya kau dibalas dengan oerselingkuhan
guntur 1609
kau dikit elyana serep mu nyet. sdh mulai bosan kau sm Erin kau mau berpaling lagi sm rl... hello sok kepedean kau
guntur 1609
bangun woi
guntur 1609
kepedean kau
guntur 1609
kau yg egois monyong
guntur 1609
sdh yg ketiga kalinya. brti jodohmu yg tertunfa
guntur 1609
gak perlu lagi kau hub ginaneliana. ujung2 nyandiabterap membela exel
Nasir: Wkwkwkw.... keren si Kakak ksh nama kepanjangan nene gina.
total 1 replies
guntur 1609
dasar kau gina. bukanya kau tanyain dlu sm el. kau mau gk di dusun sm suamimu. nmnya anakmu pasti kau bela
Sabaku No Gaara
👏👏👏
Nasir: Makasih Kak..,
total 1 replies
guntur 1609
biadab kau axel
guntur 1609
ngapai dipertahankan uat makin sakit hati saja. tinggalkan laki setan sprti axel. cari laku2 yg mau menerima mu apa adanya
guntur 1609
pasti selingkuhan si axel. gak mngkn kalau komandannya gk langsung fiangkat
Elizabeth Zulfa
knpa gak lewat pintu samping/ blakang... setiap rumah psti ada kan
Elizabeth Zulfa: hadeeeeecchhh... 🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️
Nasir: Kan dihalangi Bi Ocoh... heheheh...
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!