NovelToon NovelToon
Pelabuhan Terakhir Sang Sekertaris

Pelabuhan Terakhir Sang Sekertaris

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan di Kantor
Popularitas:14.8k
Nilai: 5
Nama Author: Puji170

Shanaya Sanjaya percaya bahwa cinta adalah tentang kesetiaan dan pengorbanan. Ia rela menjadi istri rahasia, menelan hinaan, dan berdiri di balik layar demi Reno Alhadi, pria yang dicintainya sepenuh hati.

Tapi ketika janji-janji manis tersisa tujuh kartu dan pengkhianatan terus mengiris, Shanaya sadar, mencintai tak harus kehilangan harga diri. Ia memilih pergi.

Namun hidup justru mempertemukannya dengan Sadewa Mahardika, pria dingin dan penuh teka-teki yang kini menjadi atasannya.

Akankah luka lama membatasi langkahnya, atau justru membawanya pada cinta yang tak terduga?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

Keheningan menggantung di ruangan itu setelah Arya kabur lebih dulu, tentu saja karena takut pada ancaman Sadewa—meskipun Sadewa tidak mengucapkannya secara langsung. Shanaya masih tetap duduk, menunduk sedikit, berusaha menikmati makanannya meski suasana di sekitarnya terasa canggung.

Di menit berikutnya suara Sadewa tiba-tiba memecah kesunyian.

"Kamu mau ke mana?"

Shanaya mendongak pelan, dahi berkerut. Bagi Shanaya, pertanyaan itu terasa... ambigu. Dia jelas-jelas masih duduk di sana, garpu dan sendok masih di tangan. Tapi kenapa Sadewa menanyakan hal seperti itu?

"Hah? Saya, Pak?" tanyanya, bingung.

Sadewa menatapnya datar. "Menurutmu?"

Shanaya menggeleng cepat. "Nggak ke mana-mana, Pak. Saya lagi makan," jawabnya pelan.

Sadewa mendecak pelan, terdengar sebal. "Saya tahu."

Shanaya tersenyum kikuk, mencoba mencairkan suasana. "Oh, tahu… terus kenapa tanya saya mau ke mana? Pak Dewa aneh," gumamnya sambil tertawa canggung.

Sadewa yang tadi memegang gelas, kini meletakkannya ke meja dengan suara lembut tapi tegas. Matanya menatap Shanaya dalam.

"Shanaya, kamu nggak ngerti maksud pertanyaan saya?"

Shanaya membeku sejenak, mencoba memahami. Tapi otaknya yang sudah tegang mendadak loding lama. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan menjawab pelan, “Pertanyaan yang mana, Pak?”

Sadewa menghela napas. “Lupakan.”

Shanaya langsung menunduk, berpura-pura fokus pada makanan di depannya. Tapi jelas itu hanya pelarian. Ia tahu betul, Sadewa sedang memperhatikannya dan justru itu yang membuatnya makin salah tingkah.

"Pak, saya nggak akan kabur kok," ucapnya cepat, mencoba mencairkan suasana. "Tenang, makanan ini benar-benar saya yang traktir."

Ia buru-buru menyendok potongan terakhir dari kue penutup ke mulutnya. Sayangnya, potongan kue itu terlalu besar. Pipinya langsung membulat seperti ikan buntal, dan ia hanya bisa mengunyah pelan dengan mata sedikit membelalak, menyadari kebodohannya sendiri.

Sadewa sempat terdiam. Lalu sudut bibirnya perlahan tertarik. Tatapannya melunak, dan tanpa sadar ia berbisik, nyaris tak terdengar, “Lucu.”

Entah Sadewa sengaja mengucapkannya atau tidak, tapi suara itu cukup untuk membuat Shanaya berhenti mengunyah sesaat. Matanya melirik cepat ke arah Sadewa, mencoba memastikan.

Tapi Sadewa sudah kembali ke ekspresinya yang datar, seolah tak terjadi apa-apa. Seolah kata “lucu” tadi hanyalah angin lewat.

Shanaya menunduk lagi, mencoba fokus mengunyah, tapi pipinya masih menggembung. Ia merasa bodoh. Apalagi ketika ia sadar ada sisa krim kecil yang menempel di sudut bibirnya.

Ia buru-buru meraih tisu, tapi belum sempat mengelap, tangan Sadewa lebih dulu bergerak.

Dengan tenang, ia mengambil tisu di depannya, lalu berdiri sedikit mendekat, dan sebelum Shanaya bisa bereaksi, ia mengelap sudut bibir Shanaya dengan gerakan pelan tapi mantap.

Shanaya membeku. Jantungnya berdetak terlalu cepat, dan ia bahkan lupa cara bernapas sesaat.

“Ada sisa,” ucap Sadewa datar, nyaris seperti basa-basi, tapi jemarinya tak sepenuhnya tegas. Ada sedikit getar halus yang bisa dirasakan Shanaya. Dan jarak mereka—terlalu dekat.

Sadewa menatapnya sesaat, lalu kembali duduk. Menyisakan keheningan yang menggantung lebih terasa dibandingkan sebelumnya.

Shanaya tidak berani menatap. Wajahnya panas. Ia tahu pipinya pasti semerah saus sambal.

“Terima kasih,” gumamnya pelan, hampir tak terdengar.

Sadewa meraih gelasnya lagi, menyeruput minumannya dengan tenang, lalu menatapnya sambil bersandar.

***

Setelah makan malam selesai sekitar pukul sembilan malam, Shanaya dan Sadewa keluar dari ruang privat. Tanpa sengaja, di saat yang hampir bersamaan, Reno dan Malika juga keluar dari ruangan yang ternyata berada persis di sebelah mereka.

"Shanaya!" seru Reno sambil menghampiri cepat dan langsung menarik tangan Shanaya.

Shanaya berusaha melepaskan diri meski tenaganya kalah, "Reno, lepasin!"

"Lepas? Kamu pergi makan malam sama laki-laki lain. Sebagai suami, aku berhak melarang kamu!"

Shanaya mendengus kesal, tatapannya kini bukan ke arah Reno, tapi ke Malika yang berdiri tak jauh darinya. "Ternyata dari semua sifat jelek kamu, masih ada juga sifat sok tau."

Ia kembali mencoba melepaskan tangannya, namun Reno tetap mencengkeram erat.

"Lepasin, Reno!" teriaknya lebih keras.

Sadewa yang sejak tadi hanya mengamati, matanya menangkap pergelangan tangan Shanaya yang mulai memerah. Tanpa pikir panjang, ia langsung menendang perut Reno hingga pria itu terjatuh.

Malika buru-buru menghampiri untuk membantu Reno, namun bukannya berterima kasih, Reno justru menepis tangan Malika dengan kasar.

"Reno, kamu—" ucap Malika terkejut.

Tapi Reno tak menghiraukannya. Yang ada di pikirannya kini hanya satu, pria di depannya telah main fisik lebih dulu. Jika pagi tadi ia masih menahan diri, sekarang tidak.

"Brengsek!" makinya sambil bangkit dan langsung menghantam Sadewa dengan pukulan telak.

Sadewa tidak sempat menghindar. Bogem mentah Reno membuat sudut bibirnya robek, mengalirkan darah segar. Tak tinggal diam, Sadewa membalas, dan pertengkaran pun tak terhindarkan.

Shanaya panik, ia mencoba melerai, tapi tenaganya terlalu lemah. Suaranya serak karena berteriak terlalu lama, dan saat tubuhnya tanpa sengaja berada di antara keduanya, pukulan Reno malah mendarat tepat ke arahnya.

"Shanaya!" seru Sadewa begitu menyadari apa yang terjadi. Ia segera menghampiri dan menopang tubuh Shanaya yang limbung.

"Kamu nggak apa-apa?" tanyanya cepat, matanya menatap penuh kekhawatiran.

Wajah Reno seketika dipenuhi penyesalan. "Shanaya, a… aku nggak sengaja. Aku nggak bermaksud…"

Shanaya menepis tangan Sadewa pelan, lalu berdiri dengan gemetar. Ia menatap Reno dengan tatapan terluka. "Reno, kamu sudah membuatku seperti ini," katanya sambil menunjukkan memar di wajahnya. "Kamu pikir aku akan memaafkanmu? Ingat, besok sidang pertama kita. Dan aku akan menambahkan kejadian ini ke dalam berkas perceraian."

"Shanaya, aku sudah bilang tadi, itu nggak sengaja. Harusnya kamu tahu, saat laki-laki bertengkar, kamu nggak perlu ikut campur," ucap Reno, mencoba membela diri.

Shanaya mendengus. "Lalu, kalau aku diam, apa aku harus lihat kalian saling bunuh?"

"Bukan itu maksudku, Shanaya. Aku cuma mau bilang—"

"Cukup, Reno!" potong Shanaya tajam. "Kamu itu egois. Kamu nggak pernah mau dengar orang lain. Yang kamu pikirin cuma dirimu sendiri."

Tatapannya beralih ke Malika, yang kini berdiri di dekat Reno sambil mengelus perutnya. Shanaya paham betul maksud dari gestur itu. Ia mendekap pipinya yang masih berdenyut, lalu menatap mereka bergantian.

"Kamu nuduh aku makan malam sama laki-laki lain, terus sekarang kamu sendiri sama dia? Itu bukan salah paham, Reno. Itu kemunafikan."

Malika melangkah mendekat. "Shanaya, tolong jangan salah paham. Kami cuma makan—"

"Makan malam antara atasan dan bawahan?" potong Shanaya tajam. Ia berdecak, lalu berkata lirih namun tajam, "Malika, aku dan Reno sebentar lagi resmi berpisah. Jadi, kamu nggak perlu repot-repot kasih klarifikasi. Aku nggak peduli."

"Shanaya, yang Malika bilang itu benar," sahut Reno cepat.

Shanaya menatap Reno lurus. "Kalau begitu, aku dengan Pak Dewa juga sama. Jadi, Reno… terlepas dari hubungan kita yang sekarang sudah di ujung tanduk, kamu juga jangan salah paham, ya?"

Reno terdiam. Tubuhnya kaku. Ia baru sadar Shanaya sudah lebih dulu menarik lengan Sadewa dan pergi meninggalkannya begitu saja.

Reno tersentak saat Malika bicara pelan, "Ren, ayo ke rumah sakit. Luka kamu parah."

"Aku nggak butuh rumah sakit," jawabnya datar, lalu berbalik dan pergi, tanpa peduli lagi.

Malika hanya bisa menatap kepergian Reno dan Shanaya yang berjalan ke arah berlawanan. Tapi sebelum Shanaya dan Sadewa benar-benar hilang dari pandangan, Malika buru-buru mengangkat ponselnya dan diam-diam memotret mereka.

"Shanaya... jangan salahkan aku."

1
Made Armini
trmksh
Hayurapuji: ditunggu kelanjutannya ya kak
total 1 replies
Made Armini
menarik
Chacha
terima kasih kak...udah up date lgi🙏
Chacha: tdk apa" kak...yg penting msih lanjutkan sampai tamat kak ?? 🙏
Hayurapuji: iya kak, maaf belum bisa fokus disini
total 2 replies
Chacha
alhamdulillah...akhirnya yg di nanti" up jg kak💖❤
iqbal nasution
teruss
Chacha
waowwww...apa yg akn terjadi selanjutnya di antara mereka??
Chacha: hrus tutup mata ini mahhh😎
Hayurapuji: mungkin anu kak
total 2 replies
Chacha
semangat Sadewa...kamu pasti bisa, jgn menyerah ya💪
Chacha: siappp menunggu kelanjutan perjuangan si Komodo nichhh😂
Hayurapuji: si komodo, mau berjuang, kita lihat seperti apa, hahhaha
total 2 replies
Chacha
duhhh...reno dtang, apakah dewa akn berubah pikiran
Chacha
nah lohhh...duh shanaya sprti nya akn ada yg makin dingin nichhh auranya...
Chacha
tuhh kan...bru hari pertama dah bikin jagung ga baik" az...sabar mu hrus seluas samudra ya shanaya...semangat 🤗🤗
Chacha
semangat ya shanaya...semoga ga darah tinggi ngadepin bos mong kodomo mu😂😂😂
Chacha
semangat sahanaya...semoga bisa cpet lepas dri reno...n menjalani hidup kedepannya lebih baik lgi💪💪
Chacha: sama-sama kak🤗
Hayurapuji: harus, ini. terimakasih kakak
total 2 replies
Chacha
berharap Sadewa yg akn menolong shanaya
Eca Elsa Srilya
ceritanya bagus bangett, jangan lupa mampir di karya aku yaa "ASI untuk CEO Manja"
mommy Fadillah
cerita nya menarik kak👍
css
Sadewa cemburu dg Arya🤣
Hayurapuji: cemburu sama asisten sendiri, kyak bakal jadi. protektif ya kak 🤣
total 1 replies
css
next 💪💪💪
knp update nya Arsen buk bgt y🫢🫢🫢
Sadewa JD anak tiri 🤔
Hayurapuji: biar cepet tamat dan fokus dimari kak hehehhe
total 1 replies
css
next kakak, tak tunggu karyaMu 💪
Hayurapuji: siap kakak terimakasih
total 1 replies
Nunung Nurhayati
bagus aku suka
Hayurapuji: terimakasih kakak, ditunggu ya updatenya
total 1 replies
Nunung Nurhayati
lanjutkan kakak aku suka novel mu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!