Aryani Faizah yang sedang hamil tua mengalami kecelakaan tertabrak mobil hingga bayi yang ia kandung tidak bisa diselamatkan.
Sang suami yang bernama Ahsan bukan menghibur justru menceraikan Aryani Faizah karena dianggap tidak bisa menjaga bayinya. Aryani ditinggalkan begitu saja padahal tidak mempunyai uang untuk membayar rumah sakit.
Datang pria kaya yang bernama Barra bersedia menanggung biaya rumah sakit, bahkan memberi gaji setiap bulan, asalkan Aryani bersedia menjadi ibu susu bagi kedua bayinya yang kembar.
Apakah Aryani akan menerima tawaran tuan Bara? Jika mau, bagaimana kisah selanjutnya? Kita ikuti yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Ahsan gemetar ketika menatap Barra yang berdiri tegap di depan pintu, masih ingat ketika beberapa minggu yang lalu dibuat tak berdaya oleh pria yang melindungi Faiz. Dia hendak menutup pintu kembali, tapi Barra mendorong dengan mudah.
"Begini cara kamu menyambut tamu? Sopan sekali." Barra menatap Ahsan tajam.
"Ini rumah saya, jika saya tidak menyambut kedatangan Anda dengan sopan, itu hak saya." Ahsan menjawab seberani itu hanya untuk menyembunyikan rasa takut. Dia menatap pria di belakang Barra yang tak lain Abdullah, semakin takut. Karena Ahsan pikir Barra membawa bolo. Pria kurus itu, berjalan mundur ketika Barra merangsak maju diikuti Abdullah.
"Tapi saya sudah mendapat izin dari Faiz mantan istrimu yang akan kau binasakan seperti binatang. Karena rumah ini bukan seluruhnya milikmu bukan..." Barra sebenarnya ingin bertamu baik-baik, tapi karena Ahsan menghalangi, terpaksa dengan cara paksa.
"Jangan mengada-ngada. Faiz tertabrak mobil karena tidak hati-hati, mana ada saya akan membunuhnya." bantah Ahsan terpaksa duduk di kursi karena sudah terdesak, Barra mengunci tubuh Ahsan dengan dua tangan yang menekan tembok.
"Jangan bohong!" Barra mencengkeram kaos Ahsan bagian dada. Dia mencoba melepas tangan Barra tapi tidak bisa, pada akhirnya pasrah.
"Kamu sudah kerja sama dengan istrimu ingin membunuh Faiz bukan? Kamu tidak bisa mengelak karena saya sudah mengumpulkan bukti-bukti" Barra mengancam Ahsan akan telepon polisi jika tidak mau mengakui.
"Benar Tuan, saya tidak berbohong" Ahsan merubah panggilan menjadi tuan yang awal Anda. Dia geleng kepala sebagai isyarat jika tidak melakukan itu, karena begitu takut rasanya ingin pipis, apa lagi Barra tidak juga melepas tangannya.
"Bang, sekarang kita bicarakan baik-baik" Abdullah menarik pelan pundak Barra.
Barra pun akhirnya melepas kaos Ahsan lalu duduk bersebelahan dengan Abdullah.
"Mas, sebaiknya katakan dengan jujur, apa benar yang dikatakan Abang saya?" Abdullah bertanya baik-baik.
"Saya mengakui memang sering bertengkar dengan Faiz, tapi sama sekali tidak punya niat untuk membunuh. Apa lagi Faiz sedang mengandung anak saya yang sudah saya nantikan selama tujuh tahun." Ahsan pun membeberkan kisah rumah tangganya bersama Faiz, tanpa dia tutup-tutupi.
"Baik, jika memang kamu tidak terlibat, berarti istrimu pelaku tunggal." Barra menunjukkan bukti-bukti hasil penyelidikan anak buahnya, rekaman cctv di tkp, dan juga kesaksian pemilik mobil yang dia sewa.
Ahsan tercengang, melihat bukti-bukti yang mengarah ke Shafia. Istri yang dia nikahi secara siri 6 bulan yang lalu ketika masih menjadi suami Faiz tanpa sepengetahuannya.
Rupanya Ahsan mengkhianati Faiz selama itu.
Flashback On
"Mas, cepat nikahi aku" Shafia menuntut karena sudah menjalin hubungan dengan Ahsan selama satu tahun, tapi tidak juga dinikahi.
"Tapi tidak sekarang Fia, Faiz kan sedang mengandung, tunggu sampai Dia melahirkan" Ahsan akan menjadikan Shafia istrinya tapi tidak sekarang.
"Nggak mau! Pokoknya aku mau nikah sekarang, kalau kamu tidak mau lebih baik kita putus!" ancam Shafia kesal lalu beranjak hendak pergi meninggalkan Ahsan.
"Tunggu, Fia" Ahsan menahan tangan Shafia. "Baiklah aku nikahi kamu" Lanjut Ahsan. Namun, Ahsan tidak akan menceraikan Faiz karena sebentar lagi akan memberinya anak.
"Ya deh, nggak apa-apa, tapi Mas harus adil." Shafia menerima jika hanya dijadikan yang kedua. Mereka pun akhirnya menikah siri tanpa sepengetahuan Faiz.
Awal-awal menikah, Shafia menerima saja ketika Ahsan giliran tidur di rumahnya bersama Faiz. Tetapi akhir-akhir ini setelah Faiz hamil tua, Ahsan menjadi lebih betah tinggal bersama Faiz.
"Mas, bukankah kamu sudah berjanji akan adil, tapi kenapa kamu bohong? Faiz... terus yang kamu pikirkan" Protes Shafia ketika malam itu Ahsan menginap di rumah kontrakan Shafia.
"Sayang... Kamu harus sabar" Ahsan memberi penjelasan jika Faiz tinggal menunggu hari akan melahirkan. "Jika anakku sudah lahir, aku berjanji akan adil" lanjut Ahsan.
"Itu hanya alasan kamu saja, Mas" Shafia marah lalu tidur memunggungi suaminya. Dia berpikir jika Faiz sudah melahirkan nanti Ahsan bukan adil justru semakin betah tinggal bersama anak istrinya.
"Kamu kok tidak percaya sih, aku mencintaimu sayang..." Ahsan memeluk Shafia dari belakang, hingga terjadi malam panas di antara mereka.
Flashback Off.
"Sebentar Tuan saya panggilkan Shafia..." Ahsan meninggalkan Barra dan Abdullah, masuk ke kamar.
Di dalam kamar, Shafia masih mengobrak abrik pakaian hingga berantakan karena emosi tidak menemukan yang dia cari.
"Stop Shafia, jangan teruskan mencari sertifikat itu." Ahsan mengejutkan Shafia, wanita itu kaget ketika menatap wajah Ahsan yang tengah emosi.
"Kalau kalah judi, jangan salahkan aku Mas, aku kan sudah sering katakan, daripada uang kamu buat judi lebih baik buat aku saja, supaya bisa makan enak" Shafia mengira suaminya kalah judi, ia tetap membolak balik lipatan pakaian Ahsan mencari sertifikat.
"Jangan acak-acak pakaian aku Shafia!" Ahsan berkata keras, karena Shafia tidak menghiraukan kata-katanya yang sedang kesal.
"Terus, kita tidak jadi menjual rumah ini?" Shafia kecewa, dengan menjual rumah ini dia bisa membeli rumah yang baru, sisanya untuk membeli keperluan rumah. Karena jika tetap di rumah ini, pikirannya selalu tidak tenang, bayang-bayang Faiz sering kali hadir. Terutama Ahsan, kadang masih termenung memikirkan Faiz.
"Lupakan untuk menjual rumah ini Shafia!" Tandas Ahsan, untuk apa pula ia mengikuti rencana Shafia setelah tahu siapa dia.
"Maaasss!" Shafia kesal karena Ahsan sudah tiga kali membentak padahal selama ini tidak pernah.
"Jangan teriak-teriak, sekarang ikut aku keluar" Ahsan menarik paksa tangan Shafia. Tetapi Shafia tetap menolak karena biasanya hanya disuruh membuatkan minuman untuk teman-teman Ahsan, padahal sudah tidak punya gula apa lagi kopi.
"Shafia, apa yang sudah kamu lakukan terhadap Faiz?" Ahsan yang tidak pernah memanggil istrinya nama, kecuali 'sayang, kini memanggil Shafia saja.
"Melakukan apa memang? Bertemu dia saja hanya sekali, dan kamu juga tahu itu kan." Shafia kesal karena Ahsan tiba-tiba membela Faiz.
Ahsan tidak menanggapi Shafia, kali ini berhasil menyeret istrinya menemui Barra dengan Abdullah.
Tiba di ruang tamu, Shafia termangu menatap pria tampan di hadapannya. "Mas Ahsan punya teman sekeren itu? Sejak kapan? Batin Shafia.
...~Bersambung~...
ayooo trima faiz, jngan lama lama kalau mikir....
lanjut...
semangat...
terima ajaaa
mau dkasih hadiah kah.?? atau perpnjang kontrak... 🤭
lanjut kak